19

7.9K 746 250
                                    

"Junkyu." dengan lembut Jihoon menggoyangkan pundak Junkyu yang tertidur pulas. Sementara Noa mengikuti di belakangnya.

Dengan sedikit lemah Junkyu membuka mata dan agak waspada melihat wajah Jihoon yang pucat pasi, dengan segera dia duduk, gerakan tiba-tiba itu langsung membuat kepalanya pening, tapi Junkyu menahannya sambil mengernyit.

"Ada apa dokter? Noa kenapa?"

"Aku baik-baik saja di sini." gumam Noa dalam senyum.

Junkyu menatap Noa dengan lega, tapi lalu menatap dokter Jihoon yang begitu pucat pasi.

"Junkyu, aku... Ah aku bingung bagaimana mengatakannya, tapi aku harus segera pergi, ini darurat. Tapi aku bertanya-tanya mungkin kau mau ikut..."

"Ada apa dokter?" Junkyu mulai tegang ketika Jihoon tidak juga mengatakan maksudnya.

"Haruto, barusan kecelakaan di jalan tol, dia sudah dibawa ke rumah sakit, tapi kami belum tahu kondisinya, Yoonbin juga sedang dalam perjalanan menuju kesana."

"Apa?" warna pucat mulai menjalar ke wajah Junkyu, lalu segera digantikan dengan kepanikan luar biasa, "Ya Tuhan, aku ikut ke rumah sakit, dokter!"

Noa mengamati kepanikan Junkyu dari kejauhan, tapi dia hanya diam dan menatap. Junkyu tampak pucat pasi dan ketakutan luar biasa. Kenapa sampai begitu? Seolah-olah kondisi Haruto benar-benar membuatnya cemas.

Padahal Haruto kan hanya atasannya di perusahaan? Atau... Jangan-jangan lebih dari atasan?

Pikiran buruk itu menyeruak dalam benak Noa, dan dia cepat-cepat menyingkirkannya. Tapi ketika dia melihat betapa Junkyu mulai gemetaran karena cemas dan panik ketika bersiap-siap berangkat, mau tak mau pikiran buruk itu memenuhi benaknya, ada hubungan istimewa apa antara Haruto dengan Junkyu?

***

Perjalanan ke rumah sakit berlangsung begitu menyiksa bagi Junkyu, dia terus menerus berdoa, seakan semua trauma masa lalu menghantamnya lagi keras-keras.

Ini hampir sama dengan kecelakaan yang membunuh kedua orangtuanya dan melukai Noa dulu. Dan Junkyu tidak akan kuat menanggungnya kalau sampai terjadi apa-apa kepada Haruto.

Ya Tuhan! Jangan sampai terjadi apa-apa pada Haruto, dia belum sempat mengatakan... Dia belum sempat mengatakan dengan jelas, bahwa dia... Bahwa dia mencintai Haruto.

Junkyu berlari di depan menuju ruangan gawat darurat sementara Jihoon mendorong kursi roda Noa di belakangnya. Dia melangkah memasuki ruang perawatan itu dan langsung bertatapan dengan Haruto.

Haruto duduk di meja perawatan, telanjang dada, kepalanya terluka dan sudah di tutup perban, dokter sedang membalut luka di pundak dan lengannya. Banyak darah, tapi sudah dibersihkan. Selebihnya, Haruto tidak apa-apa.

Haruto masih hidup, masih untuh, dan ketika Haruto memalingkan kepalanya lalu menatap Junkyu dengan mata gelapnya yang menyala-nyala... Junkyu pingsan.

Haruto berteriak memanggil Junkyu, begitu juga dengan Jihoon dan Noa yang ada di belakang Junkyu. Tapi Junkyu pingsan mendadak dan jatuh ke lantai.

Dengan kasar Haruto menyingkirkan tangan dokter yang sedang membalut lukanya dan melompat turun, setengah berlari menghampiri Junkyu, perawat datang menghampiri, tapi Haruto menyingkirkannya.

"Biar aku saja." gumamnya serak, mengeryit sedikit ketika mengangkat Junkyu menyakiti luka di lengan dan bahunya, tapi dia tidak peduli, dipeluknya Junkyu dengan posesif dan dibaringkannya ke meja perawatan.

"Tuan, saya belum menyelesaikan membalut lukanya." gumam dokter di ruang gawat darurat itu sedikit jengkel.

"Nanti saja." Haruto bergumam tajam dengan arogansi yang sudah seperti pembawaan alaminya sehingga membuat dokter itu terdiam, mengangkat bahunya lalu pergi.

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang