21 (epilog.)

12.3K 778 178
                                    


Junkyu mulai larut dalam kantuknya ketika suara langkah bergema di lorong kamar rumah sakit itu. Matanya terbuka, bersamaan dengan sosok Haruto, yang masuk dengan penampilan acak-acakan serta rambut berantakan, dasi dilonggarkan seadanya dan mata yang menatap tajam. Setengah panik.

Dengan menahan geli, Junkyu menatap Haruto yang sedang mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan tempat Junkyu berbaring.

Mata mereka bertatapan, seulas senyum tampak di mata mereka. Senyum yang sama yang selalu mereka bagi ketika mereka bertatapan, bahkan sejak 5 tahun yang lalu di hari pernikahan mereka.

"Kupikir aku terlambat." Haruto mengusapkan jemari di rambutnya yang berantakan, "Mereka menelpon kantor dan mengatakan kau dibawa ke rumah sakit karena sudah kontraksi, aku ke sekolah Jinwoo dahulu setelah itu kemari."

Junkyu tersenyum, menatap perutnya yang membuncit. "Belum Haruto, kata dokter aku harus menunggu sebentar lagi."

Haruto mendesah melangkah masuk dan duduk di tepi ranjang, digenggamnya tangan Junkyu penuh kasih.

"Aku panik..." matanya menatap Junkyu cemas, "Bagaimana rasanya sayang? Apakah sakit? Apakah kau merasa nyaman?"

Junkyu mengangguk sambil membalas remasan jemari Haruto, kemudian seperti menyadari sesuatu, tatapannya melirik ke belakang punggung Haruto,
"Dimana Jinwoo?"

Dengan senyum dikulum, Haruto ikut menoleh ke arah pintu, "Tertahan di pintu seperti biasanya, suster-suster sibuk mengagumi dan mengerubunginya, dan meskipun masih kecil sepertinya ia menikmati banyaknya perhatian dari lelaki-lelaki itu." Alis Haruto tampak berkerut bersungguh-sungguh ketika mengucapkan kata-kata itu sehingga Junkyu terkekeh geli.

"Mungkin karena dia putra Watanabe Haruto, seorang playboy sejati." canda Junkyu sambil menahan tawa.

Junkyu menatap suaminya dengan penuh perasaan sayang. Selama lima tahun pernikahan mereka, cintanya kepada suaminya semakin dan semakin dalam, oh.. Haruto memang tidak berubah, dia masih pria yang sama, yang arogan dan keras kepala dengan mata gelap menyala ketika marah, tetapi laki-laki itu sekaligus berubah menjadi lembut dan... Banyak tertawa.

Pada awal mulanya Haruto masih membatasi diri, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi batasan di antara mereka. Haruto ternyata bisa menjadi suami yang begitu penyayang dan lembut, membuat Junkyu merasa menjadi isteri yang luar biasa bahagia dan dicintai.

Mendengar perkataan Junkyu, Haruto cemberut meskipun ada senyum menari-nari di matanya, dikecupnya jemari Junkyu lalu matanya menatap nakal.

"Playboy sejati yang akhirnya tunduk di bawah kuasa yang mempesona." godanya setengah berbisik.

Pipi Junkyu memerah, dalam kondisi hamil sembilan bulan, ia tampak cantik dan berisi, apalagi dengan pipi merona yang begitu menggoda.

Tatapan Haruto meredup penuh arti, "Dan sekarang yang cantik, mengingat sudah cukup lama aku tidak menyentuhmu, maukah kau setidaknya memberikan kecupan dibibir suamimu yang merana ini?" tambahnya nakal.

Pipi Junkyu makin terasa panas oleh godaan Haruto itu, dan rupanya itu membuat Haruto gemas, dengan lembut disentuhnya dagu Junkyu, di dekatkannya bibirnya ke bibir ranum Junkyu yang sedikit membuka, menanti. Napasnya mulai terengah, ah... Betapa manisnya ciuman ini... Haruto amat rindu merasakan bibir mereka berpadu dalam tautan panas yang....

Suara berdehem keras membuat bibir mereka yang hampir bersentuhan menjauh seketika. Haruto mengumpat pelan, sedangkan Junkyu menoleh dengan penuh rasa bersalah ke arah pintu.

"Aku harap aku tidak mengganggu apapun," gumam suster Jisoo dengan senyuman lebar tanpa rasa bersalah, "Tapi bocah kecil yang kalian lepaskan ini membuat para perawat sibuk merubunginya dan lupa pada pekerjaannya."

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang