7

7.8K 785 146
                                    

Junkyu terbangun sendirian di ranjang itu. Haruto sudah tidak ada. Yah Haruto mungkin sudah pergi pagi-pagi sekali kembali kerumahnya sebelum berangkat ke kantor. Dia kan punya rumah, tidak mungkin kan dia terus-terusan berada di apartemen ini?

Tapi entah mengapa Junkyu merasa ada yang kosong. Setelah beberapa kali dia terbangun dengan Haruto di sisinya, entah kenapa ada yang kurang saat dia terbangun sendirian sekarang.

Bodoh! Apa yang kau pikirkan Junkyu? Kau hanyalah lelaki simpanannya, yang dibelinya untuk memuaskan nafsunya! Jangan pernah berpikir macam-macam. Lagipula masih ada Noa yang harus kau cemaskan.

Sambil membungkus tubuhnya dengan seprai, Junkyu melangkah ke kamar mandi. Tubuhnya terasa agak nyeri, karena entah kenapa pagi tadi Haruto bercinta seolah-olah kesetanan dan tidak menahana-nahan diri.

Ketika mengaca dan menurunkan selimutnya Junkyu mengernyit. Dari Leher, dada sampai perutnya, semuanya penuh dengan bekas ciuman Haruto. Lelaki itu seolah sengaja meninggalkan jejak di mana-mana. Warnanya merah di sekujur tubuh Junkyu, dan Junkyu yakin tak lama lagi akan berubah menjadi ungu.

Dasar Haruto! Siapapun yang melihat akan tahu kalau ini bekas ciuman. Di bagian dada bisa dia sembunyikan, tapi yang di leher?

Junkyu belum pernah mendapatkan bekas ciuman seperti ini di tubuhnya sebelumnya. Percintaannya dengan Noa selalu sopan dan tidak pernah sepanas itu sehingga Noa bisa meninggalkan bekas-bekas ciuman di kulitnya. Tapi Junkyu tahu bekas ciuman seperti ini butuh beberapa hari untuk hilang.

Dasar Haruto bodoh! Gerutunya sambil mencari-cari turtle neck yang dapat menutupi tubuhnya sampai ke leher lalu memadankannya dengan blazer. Junkyu hanya menyapukan pelembab ke mukanya, lalu segera melangkah keluar, jangan sampai dia terlambat ke kantor lagi.

Ketika berdiri di tepi jalan menanti bus, Junkyu merasakan sengatan sakit yang tiba-tiba di kepalanya. Aduh! Di saat seperti ini migrainnya kambuh.

Tapi tentu saja hal itu terjadi, dia belum sarapan, dan dia kurang tidur gara-gara Haruto hampir tidak pernah membiarkan tidur nyenyak tiap malam.

Dengan memaksakan diri Junkyu naik ke dalam bus menuju kantornya.

***

"Wajahmu pucat sekali." salah seorang temannya memandang Junkyu dengan cemas ketika Junkyu mendudukkan diri di kursinya. Tadi dia hampir terlambat dan setengah berlari ke mesin absen.

Junkyu memegang pipinya, memang terasa agak panas, apakah dia demam? Dan kepalanya juga pusing sekali. Tapi tetap dipaksakannya tersenyum.

"Tidak apa-apa kok, mungkin karena belum sarapan, nanti setelah minum teh hangat pasti agak baikan."

Tapi ternyata tidak, rasa pusing itu makin menusuk nusuk di kepalanya terasa nyeri, bahkan untuk menolehkan kepalanya saja terasa sangat sakit.

Badannya juga sama saja, rasanya nyeri di sekujur tubuh seperti habis dipukuli. Junkyu bertahan dengan tidak bergerak di kursinya, tapi rasa sakitnya makin tak tertahankan.

"Junkyu coba kesini sebentar, lihat draft pemasaran ini bagaimana menurutmu?" salah seorang rekannya memanggilnya.

Dengan mengernyit Junkyu mencoba berdiri, tubuhnya limbung sejenak, tapi dia berdiri dan bertahan sambil berpegangan di tepi meja.

Lalu setelah menarik napas dalam-dalam, dia melangkahkan kaki ke meja rekannya. Tapi tiba-tiba rasa nyeri tak tertahankan menyerang kepalanya dan semuanya menjadi gelap.

***

"Pingsan?!" Haruto setengah berteriak kepada Yoonbin yang menyampaikan kabar itu padanya.

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Where stories live. Discover now