15

7.2K 756 86
                                    

Junkyu berlari, tanpa sadar melepaskan diri dari pelukan Haruto. Dia berlari penuh air mata ke kamar perawatan Noa. Kerinduannya membuncah, rasa syukurnya tak tertahankan.

Ketika sampai di depan pintu perawatan nafasnya terengah, dia berhenti karena pintu itu masih di tutup rapat, suster Jisoo tergopoh-gopoh mengejarnya.

"Junkyu, jangan masuk dulu, dokter baru menstabilkan kondisinya."

Penantian itu terasa begitu lama, sampai kemudian Junkyu diijinkan masuk, hanya lima menit untuk sekedar menengok Noa, setelah itu dokter harus mengevaluasi kondisinya Noa lagi.

Dadanya sesak tak tertahankan ketika mata itu balas menatapnya. Mata yang selama ini terpejam, tertidur dalam damai, membuat Junkyu menanti, mata itu sekarang terbuka, hidup, dan balas menatapnya.

"Noa..."

Suara Junkyu serak oleh emosi, dan tangisnya meledak, dia menghampiri tepi ranjang, ke arah Noa yang masih terbaring, pucat dengan alat-alat penunjang kehidupan yang masih menopangnya, tapi hidup dan membuka mata. Junkyu meraih tangan Noa dan menciumnya, lalu menangis.

"Noa..."

Banyak yang ingin Junkyu ungkapkan, dia ingin mengucap syukur karena Noa akhirnya bangun, dia ingin merajuk karena Noa memilih waktu yang begitu lama untuk terbangun, dia ingin menangis kuat-kuat, tapi semua emosi menyebabkan suaranya tercekat di tenggorokan.

Air mata tampak menetes dari pipi Noa, laki-laki itu mencoba berbicara, tetapi tampak begitu susah payah.

"Stttt... Kau tidak boleh bicara dulu." gumam Junkyu lembut, mencegah Noa berusaha terlalu keras, "Mereka memasang selang di tenggorokanmu, untuk makanan, kau koma selama kurang lebih dua tahun."

Mata Noa menatap Junkyu, tampak tersiksa, dan dengan lembut Junkyu mengusap air mata di pipi Noa.

"Nanti, setelah mereka yakin kondisimu membaik, mereka akan melepas selang itu dan kau akan bisa berbicara lagi, tapi sekarang, kau cukup mengangguk atau menggeleng saja ya. Sekarang..."

Junkyu menelan ludah, menahan isak tangis yang dalam.

"Sekarang kita harus mensyukuri karena kau akhirnya terbangun, ya?"

Noa menganggukkan kepalanya, dan seulas senyum dengan susah payah muncul dari bibirnya.

"Sekarang istirahatlah dulu, dokter akan mengecek kondisimu lagi." bisik Junkyu lembut ketika melihat isyarat dari dokter yang menunggui mereka.

Ketika Junkyu akan beranjak, genggaman Noa di tangannya menguat. Dengan lembut Junkyu menoleh dan memberikan senyuman penuh cinta kepada Noa.

"Aku tidak akan kemana-mana, aku harus menyingkir karena dokter akan memeriksamu lagi, tapi aku tidak akan kemana-mana, aku akan berada di dekat sini sehingga saat kau butuh nanti aku akan langsung datang."

Pegangan Noa mengendor, laki-laki itu mengerti. Dengan lembut Junkyu mengecup dahi Noa dan melangkah menjauh keluar ruangan perawatan.

Air matanya mengucur dengan derasnya ketika dia melangkah menghampiri suster Jisoo. Suster Jisoo masih berdiri di sana dan Junkyu langsung berlari ke arahnya, menangis keras-keras.

"Dia sadar suster... dia akhirnya sadar... aku masih tak percaya, selama ini aku hampir kehilangan harapan. Mulai berpikir kalau Noa memang tidak mau bangun, mulai berpikir kalau semua perjuanganku ini sia-sia... Tapi sekarang..." Junkyu terisak, "Aku tak percaya bahwa pada akhirnya dia sadar... dia kembali dari tidur panjangnya, dia ada di sini untuk aku..."

Dengan lembut Suster Jisoo mengelus rambut Junkyu.

"Ini semua karena perjuanganmu Junkyu. Tuhan melihat keyakinanmu maka ia mengabulkannya." mata suster Jisoo juga berkaca-kaca, terharu melihat pasangan yang sudah hampir menjadi legenda karena kekuatan cintanya di rumah sakit ini, akhirnya akan berujung bahagia.

A Romantic Story About Junkyu + Harukyu (✓)Where stories live. Discover now