4. His destiny

30 10 1
                                    

Joshua baru saja menyelesaikan urusan dengan dosennya, menjadi mahasiswa tingkat akhir membuatnya lelah setengah mati, dia memutuskan untuk pergi ke kantin urusannya tadi tidak hanya membuat otaknya meronta tapi juga perutnya yang sedari tadi tidak bisa diam

Dia mengambil cola di vending machine yang tersedia dan meneguknya hingga tandas, dia tidak peduli pandangan lapar para gadis yang menatapnya yang terpenting adalah ia dapat menghilangkan rasa hausnya sesegera mungkin, Joshua mengurungkan niatnya untuk menyantap sebuah makanan ketika melihat betapa ramainya antrian

Dia paling anti berada di antrian padat bukan karena tidak di ajarkan mengantri. Hanya saja, Joshua tidak tahan terhimpit di antara orang orang yang memiliki aroma badan yang berbeda beda jika wangi sih dia masih bisa toleransi tapi jika beraroma tak sedap bukan toleransi lagi yang ia depankan, terkadang orang wangi juga dapat membuatnya sesak nafas ketika mencium parfum mereka yang terlewat menyengat

Menjijikan dan menyusahkan

Joshua melangkahkan kakinya menuju taman belakang fakultasnya yang selalu sepi, spot terbaik untuk menghindarkan diri dari dunia dan kebisingannya

"JOSHUA"

Joshua menghentikan langkahnya dan membalikan badan ketika mendengar suara seseorang yang sangat ia kenali

"Kenapa ?"

"Kita harus ke La Rosa sekarang" ucap Alice dengan wajah yang panik

"Kenapa ? 30 menit lagi aku ada kelas, sudah ya aku harus merevisi skripsi" Joshua kembali melangkahkan kakinya

"MARIA DIBUNUH, JOSHUA"

Langkah kaki Joshua spontan berhenti, dia membalikkan badannya dan menatap nyalang ke arah Alice

"Bercanda mu keterlaluan itu sama sekali tidak lucu" bantah Joshua

"MANA MUNGKIN AKU JADIKAN SEBUAH KEMATIAN SEBAGAI CANDAAN" Teriak Alice yang sudah habis kesabarannya

"Kau tampak senang ketika Vassa mati"

"Kau juga, jika kau lupa"

Joshua terbungkam dengan kata kata yang Alice lontarkan, apakah dia bahagia ketika Vassa mati?

"Demi Tuhan, Joshua kita ke La Rosa sekarang atau kau akan menyesal"

Baru saja Joshua akan membantah perkataan Alice, namun ponsel miliknya berdering terlebih dahulu

"Maria menelpon ku" ucap Joshua dan mengangkatnya

"Halo"

"Hiks aku Nicholas kak cepatlah kemari Maria telah tiada"

"Kau tidak berbohong kan ?"

"Mana mungkin aku berbohong tentang kekasihku"

Joshua segera menarik lengan Alice ke tempat dimana mobilnya terparkir dan melajukannya dengan kecepatan penuh menuju La Rosa High School untung saja jalanan pagi ini lengang membuatnya dengan cepat sampai di tempat tujuannya

Joshua berlari memasuki kawasan sekolah elit ini di ikuti oleh Alice

"Joshua, tunggu kau cepat sekali"

"Kaki mu saja yang pendek"

"KAKI MU YANG TERLALU PANJANG BRENGSEK" Hardik Alice

Joshua melihat kerumunan di ujung koridor segera menerobos kerumunan itu dan alangkah terkejutnya dia melihat pemandangan mengerikan yang ada di hadapannya

Maria, salah satu sepupu kesayangannya tewas bersimbah darah dengan dua buah stiletto yang tertancap di leher dan keningnya,di sebelah mayat Maria terdapat Nicholas, Marley dan Josiah yang sedang meraung menangisi kepergian Maria

Alice juga menangis dengan kencang melihat adik perempuannya mati dengan mengenaskan, Joshua melirik tajam kepada orang yang menjabat sebagai kepala sekolah dan langsung menarik kedua kerah kemejanya dengan kasar

"BAGAIMANA KEJADIAN SEPERTI INI BISA TERJADI ?" Joshua mengamuk seperti orang kesetanan dan menghajar kepala sekolah

"Kakak sudah, kau meruntuhkan langit pun tidak akan membuat Maria kembali" ucap Josiah menenangkan kakaknya

Joshua yang akhirnya tersadar langsung melepaskan kepala sekolah yang sudah babak belur, air matanya terjatuh membasahi pipinya ia memandang sepupunya yang telah tidak bernyawa itu dengan pilu

• • Alive • •

Prosesi pemakaman Maria telah di laksanakan kini yang tersisa adalah keheningan yang menyesakkan, kematian Maria membuat keluarganya merasakan kesakitan yang amat dalam

"Aku ke kamar dulu" Joshua melangkahkan kakinya ke kamar dan membaringkan dirinya di ranjang, hari ini terasa sangat melelahkan baginya, begitu menguras emosinya begitu dalam

Joshua memejamkan mata, membiarkan kegelapan merenggut dirinya

"Jangan bersedih, tunggu aku ya!"

• •Tbc • •
Undefined world,8 April 2020

Jangan segan untuk memberikan kritik dan saran ya:')

AliveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang