xxi.

4.4K 725 52
                                    

chapter ini masih berbentuk narasi.

"hei, jimin. kendalikan dirimu, oke?"

"mustahil," jimin meremas rambutnya hingga berantakan, ia terduduk di bangku panjang besi, kontras dengan manusia-manusia yang riuh berhamburan di bandara hingga perlu ditertibkan oleh keamanan, "mustahil dia meninggal hanya karena... kecelakaan pesawat?"

"dia belum meninggal, park jimin!" kesabaran yang tadi diusahakan tersisa oleh jeongguk kini habis, dengan sentakan kuat dia menarik kerah baju jimin, "dan dia tidak meninggal."

"jeon jeongguk, kita berdua sama-sama tahu betapa berbahayanya kecelakaan pesawat yang jatuh. aku juga pilot, jeon, dan kau adalah presiden direkturnya. penerbangan itu pedang bermata dua. kita tahu bahwa evakuasi memakan waktu, persentase kemungkinan yang hidup hanya sekian persen."

"mungkin saja taehyung tidak ikut pesawat ini hanya untuk membercandai kita berdua."

"aku juga berharap pada kemungkinan itu," jimin tersenyum amat tipis, terlihat getir dan pahit, "tapi sejahil-jahilnya taehyung, ia memegang omongannya sendiri, lagipula tidak ada yang tahu kapan kecelakaan akan terjadi. kau tentu tahu itu, kan?"

"aku tahu," cengkeraman jeongguk kerah bahu jimin melemah, meluruh lunglai di kedua sisi tubuhnya, "kapan daftar korban diumumkan?"

"biasanya tiga jam, paling minimal untum evakuasi. tergantung banyaknya penumpang, identifikasi akan lebih lama lagi."

"kau terlihat sangat tenang, pilot park."

"begitu, presdir jeon?" senyum pahit itu masih sama, "aku hanya berusaha mempertahankan secuil kewarasanku. sedikit saja pemicu, aku mungkin akan mengamuk saat ini juga. kau juga, bukan? tanganmu mengepal kencang sekali sampai telapakmu berdarah."

"ah," jeongguk tersadar teguran implisit jimin, ia kemudian menatap telapak tangannya, berpikir sekencang apa ia menggenggam hingga berdarah begini. "aku akan minta maskapai terkait untuk mengirim update daftar identitas korban padaku."

"hah? bagaimana bisaㅡoh, baiklah. kau bisa." jimin kemudian terdiam sejenak. "jeongguk, apa menurutmu taehyung benar-benar meninggal?"

"rasionalitasku menyuruhku untuk percaya, tapi sesuatu dalam diriku menolaknya."

"mana yang kau percaya?"

"penolakannya."

"kurasa itulah yang bisa mengendalikanmu tetap tenang. walaupun taehyung adalah salah satu korban, setidaknya dia selamat. begitu kan pikirmu?"

"walaupun dengan memercayai itu, aku harus mengambil resiko untuk kecewa."

"begitu juga denganku."

"jadi, apa yang akan kita lakukan saat ini?"

"apa lagi? tentu saja menunggu daftar dan status keselamatan korban."

jeongguk terdiam sejenak, lalu bicara lagi dengan suara pelan. "apa diam-diam kau berharap tidak ada nama taehyung di daftar korban?"

ada jeda yang panjang sebelum jimin akhirnya menjawab, dengan suara agak bergetar. "iya, sedikit aku berharap begitu. namun aku tidak setegar itu untuk melihat namanya terpampang. tapi itu juga berarti bahwa taehyung tidak ditemukan." [ ]



#####
asik bener kayaknya ngamuk di chapter kemarin sampai komentar tembus 200 hehe

oh iya, sepertinya sebentar lagi 'ring-ring, hello' tamat! bubye~

ring-ring, hello? | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang