xxiii.

4.8K 714 59
                                    

maaf ya ini narasi lagi. dan ini lumayan panjang. udah triple ya hari ini, sampai besok!



sebelumnya, di ruangan jeongguk, pemuda bertubuh lumayan mungil itu mondar-mandir mencari sesuatu. ibu jarinya digigit, pertanda panik, takut jika ada dokumen yang hilang lagi. pemuda itu, lee euiwoongㅡmenjabat sebagai sekretaris jeonggukㅡ ingat betul bahwa tadi ia baru saja menyatukan dokumen penting yang diperlukan untuk rapat dalam satu map.

nyatanya, saat ia cek lagi, ada satu dokumen yang hilang. euiwoong langsung sakit kepala, tubuhnya gemetar, takut jeongguk marah lagi seperti sebelumnya. jeongguk tidak pernah menampilkan emosi apapun selama ini, namun pernah ada masalah internal dan euiwoong bersumpah tidak akan pernah membuat seorang jeon jeongguk marah lagi. presdirnya itu mengerikan. bahkan melihatnya saja mungkin bisa bikin euiwoong mati berdiri. beruntung saat itu, emosi jeongguk reda karena ada telpon yang harus ia angkat.

dan kini, ia dalam masalah besar! apalagi tiga hari ini pasca kecelakaan pesawat maskapai lain, jeongguk benar-benar suram. lee euiwoong benar-benar tidak mau terlibat masalah, ia tidak mau dipecat!

"ya Tuhan, dokumen itu terselip dimana?" gumamnya panik. "Tuhan yang Maha Pemurah, tolong jangan hukum aku hari ini."

saat euiwoong membuka laci jeongguk (karena euiwoong sekretarisnya, jeongguk mengizinkan semua akses ruangan), ponsel di atas meja yang berada dekat dengan laptop berderit. euiwoong mengangkat kepala, mengintip. menemukan nama 'Si Iseng' sebagai nama kontak.

"si iseng? teman presdir? haruskah kuangkat?" euiwoong masih dilema, walaupun jeongguk mengizinkan akses, euiwoong tetap tahu diri karena ponsel adalah hak privasi. "ah, biarkan saja. toh sebentar lagi presdir kembali. biar presdir yang angkat sendiri... aaahh! dokumen! aku harus mencarinya!"

euiwoong memeriksa laci dan tumpukan map lain, siapa tahu terselip dan ia tidak ingat. namun konsentrasinya pecah karena derit ponsel itu. tidak enak juga. siapa tahu si pemanggil punya urusan serius, karena itu dia langsung menghubungi, bukannya mengirim pesan.

"presdir, kumohon jangan marahi aku. oke?" euiwoong takut-takut meraih ponsel jeongguk, lalu menggeser ikon hijau, "halo?"

"jeongguk, maaf tiba-tiba, sekarang kau sibuk?"

"mohon maaf, tuan. ini bukan presdir jeon."

"a-ah, bukan? maafkan aku, sepertinya aku salah sambungㅡ"

"tidak, tuan! ini benar nomor presdir jeon. saya sekretaris presdir, nama saya lee euiwoong. ponsel beliau ada di tangan saya sekarang karena beliau sedang keluar ruangan setelah rapat, saya kira sebentar lagi beliau kembali untuk rapat selanjutnya. apa tuan ada suatu keperluan yang ingin disampaikan?"

"sebenarnya ada yang ingin kusampaikan, tapi agaknya dia sedang sangat sibuk ya?"

"untuk saat ini tidak, tuan. jika ada yang ingin disampaikan, apa tuan ingin secara langsung bicara pada presdir jeon atau lewat saya saja?"

"apa bisa jika bicara langsung dengannya?"

"tentu saja, tuan. mohon tunggu sebentar, saya akan mencari beliau. saya harap tuan tidak keberatan."

"ah, terima kasih banyak. kau baik sekali. omong-omong, namaku kim taehyung, jangan panggil aku 'tuan'. oke?"

"baiklah, tuㅡmaksud saya, taehyung-ssi."

"jangan bilang namaku jika jeongguk bertanya, serahkan saja ponselnya langsung, oke? oh, kau mungkin perlu membawakan kunci mobilnya juga."

"kunci mobil untuk?"

ring-ring, hello? | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang