1. 45 Juta

282 59 0
                                    

ANGGIA POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ANGGIA POV

Mobil melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Jangan tanya apa alasan kenapa aku bisa melakukan hal itu. Bukan karna stress apalagi sedang mengikuti ajang lomba balapan mobil liga international. Tapi, hari ini aku terlambat ke kantor. Tak bisa dibayangkan bagaimana Kakek nantinya akan menceramahiku sebagai karyawan yang terlambat dihari pertamanya bekerja.

Kakekku bukanlah layaknya Kakek pada umumnya yang akan memanjakan cucunya bagaimanapun caranya itu. Ia adalah seorang CEO perusahaan tersepuh di dunia yang akan memarahiku ataupun adikku Aletta jika kami melakukan kesalahan. Jadi, 'tidak usah berharap kalau kau akan diampuni Anggia', kataku didalam hati.

Aku tidak menggunakan jasa supir pribadiku hari ini. Tadi aku sangat terburu-buru dan tidak menemukan Pak Gun di garansi mobil rumahku. Maka, aku memutuskan untuk mengendarainya sendiri.

"BRAK"

"Astaghfirullah", aku berhasil menabrak sebuah mobil berwarna hitam di depanku, jangan tanyakan apa merek mobil itu atau keluaran tahun berapakah ia. Aku benar-benar tidak tau apa-apa. Kepalaku pusing membentur setir mobil, untung saja aku tidak pingsan atau bahkan terluka. Aku mencoba menormalkan rasa sakit di kepalaku. Bagaimana tidak jidatku membentur setir itu dengan keras, semoga aku tidak amnesia karna tragedi kecerobohanku ini.

Kupandangi sekitarku, ternyata aku berada di lampu merah. Pantas saja mobil di hadapanku dapat dengan mudah kutabraki.

"Tuk.. tuk.. tuk", suara jendela mobil diketuk oleh seseorang. Dia bukan makhluk halus, tapi dia adalah seorang manusia biasa yang bisa dipastikan adalah pemilik mobil yang sudah aku tabrak.

Aku menelan ludahku. Jutaan atau bahkan puluhan juta uang akan melayang dengan sekejap. Aku tau karna aku melihat sebuah mobil APV hitam keluaran terbaru telah menjadi korban dalam kecelakaan ini. Oh tidak, ini akan menjadi hari pertama kesialanku di Indonesia setelah dua tahun aku tidak ada disini.

Ku buka jendela mobilku perlahan,hanya sebagian yang kubuka. Jujur saja aku takut kalau pemilik mobil itu adalah preman kaya. Seorang pria dengan rambut yang tersisir rapi menatap kearahku dingin, dia tidak terlihat marah mungkin karna dia menyembunyikan kemarahannya. "Anda sudah merusak mobil saya Nona."

Aku terdiam tak tau harus mengatakan apa. Bukan karna aku adalah seorang wanita pendiam, tapi aku sedang mengumpulkan kekuatanku untuk membantahnya. "Kita bicarakan di depan alfamart itu saja," katanya menunjuk kea rah alfamart yang ada disebrang lampu merah sana. "Buka pintu mobilnya!"

"Hah? Untuk apa?," tanyaku bingung. Namun karna melihat tatapannya yang dingin akhirnya aku membuka pintu mobilku juga.

Ia mengambil tasku yang kuletakkan di kursi depan disampingku, "hei! Buat apa?"

"Anggap ini jaminan, takutnya anda malah kabur Nona," jawabnya. "Cepatlah! Sebentar lagi lampu hijau."

Aku membalas tatapannya kesal sekesal-kesalnya, dia sudah menghilangkan 99% mood ku untuk hidup. Sedang 1% nya lagi aku tetap ingin hidup. Aku masih ingat kalau aku butuh hidup untuk merasakan yang namanya menikah. Akhirnya setelah lampu hijau menyala aku mengendarai mobilku menuju ke tempat yang tadi dikatakan oleh lelaki itu. Aku tidak ingin tasku yang berisi barang berharga seperti HP ku hilang. Terlebih, aku memang harus bertanggung jawab dengan masalah ini.

Nadi Yang Menghidupkan (TAMAT) sudah terbit, Full PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang