10. Kenapa aku Khawatir

167 27 5
                                    

ANGGIA POV

Pak Gun mengendarai mobil perlahan menuju rumahku, kami memilih jalan cepat karna waktu yang sudah mulai larut. Tadi setelah makan malam dengan Nyonya Meirinda dan Fikran. Nyonya meirinda mengajakku melihat kebun kecilnya dibelakang rumah. Karna aku terlalu menikmati suasana kebun yang elok itu aku tidak sadar kalau aku pulang jam 04:35 sore. Aku tidak mau kalau kakek sampai mencemaskanku karna dari pagi tidak ada dirumah. Tidak tau entah kenapa aku senang tadi sudah bercerita banyak pada Nyonya Meirinda.

Laju mobilku mulai perlahan, aku tidak tau apa yang terjadi pada mobilku. Sepertinya akan ada masalah pada mobil ini. "Ada apa Pak?" tanyaku pada Pak Gun.

"Non... saya tidak sadar kalau bensinnya habis."

"Trus gimana Pak. Jarak tempat pengisian bensin dengan mobil masih jauh," Kataku mulai merasakan kecemasan dalam hatiku.

"Entahlah Non. Saya akan cari orang yang bisa membantu," kata Pak Gun mengambil HP nya. Namun tidak beruntung, HP nya tak berdaya. Sepertinya ia lupa men-charger HP nya tadi malam.

Pak Gun membalikkan pandangannya melihat kearahku. Aku paham maksudnya, aku langsung mencari ponselku didalam tas selempangku. 'tidak ada'. Aku mulai berfikir dimana aku meletakkan ponselku? Beberapa detik akhirnya aku ingat kalau aku meletakkannya di atas meja dekat tasku saat tadi mengangkat telfon dari Aletta. 'sial' apa yang harus aku lakukan sekrang?

"Pak HP saya ketinggalan di rumah Fikan" jelasku singkat.

"Trus bagaimana Non?" Pak Gun bertanya.

Aku hanya menggeleng.

Pak Gun tampak berfikir. "Saya akan mencari orang yang bisa membantu kita"

Aku mangangguk.

Pak Gun mulai menunggu orang yang lewat dijalanan agak sepi itu. Sepertinya sudah tiga puluh menit mencari bantuan tak ada yang berhenti untuk membantu. Aku mulai merasakan kegelisahan lebih dari tadi yang aku rasakan. Namun, tiba-tiba ada dua orang pria yang menghampiri Pak Gun. Aku mulai merasa agak lega, aku membuka jendela melihat keluar siapa yang akan menolongku.

Ada dua lelaki yang berbadan kekar menghampiri pak Gun. Salah satunya melihatku dan menatap aneh penuh sumringah seakan-akan dia adalah singa dan aku adalah mangsanya. "Wah.... Sepertinya ini akan menjadi bonus kita malam ini bro!" katanya pada temannya.

"apa maksud kalian?" aku bertanya dengan perasaan heran juga gelisah. Aku tau apa yang ingin mereka lakukan, mereka bukan orang baik yang akan membantu kami. Melainkan ingin mencelakakan kami.

"Kami tidak bermaksud apa-apa Nona manis."

Aku dengan cepat menutup jendela mobilku, aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Aku sudah pernah diganggu oleh lelaki bajingan seperti mereka. Untung saja ada Arya yang menolongku.

Tapi, diluar ada Pak Gun. Aku kembali membuka sebagian jendela mobilku "Tidak. Saya tidak mungkin membiarkan kalian menyakiti Mona Anggia," kata Pak Gun terlihat marah

"Kalau begitu kau berurusan dengan kami Pak kurus," kata salah satu lelaki bertubuh kekar itu.

Aku tidak mungkin tetap disini. Aku tidak mungkin membiarkan Pak Gun sendirian, aku harus membuang rasa takutku. Aku keluar dari mobil mendekati Pak Gun yang sedang membuat ancang-ancang untuk menyerang. "Pak! Apa yang akan Bapak lakukan?"

"Saya akan membunuh mereka Nona."

"Bapak gak akan mampu."

"Tenang Nona. Saya memang kurus, tapi saya kurus karna saya adalah titisan dari barrnecle boy," katanya. Aku tau siapa yang dia maksud. Seorang pahlawan kurus kebanggaan dan memiliki teman pahlawannya yang gendut dalam Flm Spongebob. Tidak kusangka Pak Gun sempat juga menonton Flm anak kecl itu.

Nadi Yang Menghidupkan (TAMAT) sudah terbit, Full PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang