38. Mati dengan Ikrar

79 10 1
                                    

ANGGIA POV

Mataku terbuka perlahan, dengan pandangan awal yang kabur berubah menjadi terang. Aku bingung melihat seisi ruangan itu, tempat aku berada saat ini. ruangan yang hanya berisikan kursi tua tempat aku bersandar dan meja tua di dekatku.. Disudut ruangan ada kardus-kardus yang tersusun berantakan yang aku tidak tau apa isi di dalamnya.

Dan... siapa itu di jendela kusam yang terlihat kabur ketika kita memandang ke arah luar. Aku menyipitkan mataku memerhatikan punggung pria bertubuh tinggi dengan memakai kemeja berwarna Biru langit itu. Aku mengingat kejadian tadi ketika aku di culik oleh para Preman berjaket kulit membawaku ke dalam pelosok hutan.

Lalu siapa pria itu hingga ia menculikku, apakah ia akan menelfon Fikran dan meminta uang kepada Fikran sebagai tebusan untuk menyelamatkanku. Oh tidak, aku tiba-tiba teringat pada Fikran. Dimana dia sekarang? apa dia akan menyelamatku dan membawaku dari tempat menyeramkan ini. Aku jadi merindukannya dan berharap ia akan datang menjemputku di tempat ini.

"Hei... akhirnya kau bangun juga Anggia," ujar lelaki itu membalikkan badannya melihat ke arahku lalu tersenyum manis padaku.

"Afan!!!" kaget ketika Aku tau ternyata Afan yang melakukan semua ini.

Afan adalah temanku dari SMA hingga aku kuliah S1 dulu. Dia sengaja memilih PTN yang sama denganku karna dia sudah menyukaiku sejak aku menginjak bangku SMA.

"Ternyata kau masih mengenalku sayang," ujarnya lalu melangkah mendekatiku mencondongkan wajahnya padaku. "Jangan sentuh aku Afan!," dengan nada penuh amarah padanya.

Dulu aku sudah menolaknya beberapa kali, bukan karna dia jelek ataupun lelaki yang bersikap tidak baik. Tapi, karna aku tidak menyukainya. Dia bahkan akan melakukan apapun, dan usaha apapun untuk membuat aku membalas perasaannya. Namun, tetap saja aku tidak bisa memaksakan perasaanku padanya karna aku tidak menyukainya sama sekali.Aku pikir dia sudah melupakan aku setelah aku dekat dengan Arya selama dua tahun, tapi kenapa lelaki itu malah datang lagi. Apalagi ketika aku sudah memiliki suami bahkan sedang mengandung seperti ini.

"Kamu tidak boleh seperti itu padaku Anggia. Karna aku akan melakukan apapun untuk menjadikan kamu milikku sepenuhnya."

"Lepaskan aku Afan!!!"

"Tidak semudah itu sayang. Aku sudah bersusah payah mendapatkanmu," Afan kembali tersenyum sinis lalu sedikit menjauh dariku.

Tak bisa aku hindari rasa takut meluapi seluruh tubuhku. Aku takut Afan akan melakukan perbuatan yang tidak pantas untukku. "Aku ingin pergi dari sini."

"Kamu tetap akan bersamaku Anggia."

Air mataku tak bisa aku kondisikan, Aku tak bisa menjelaskan seberapa besar rinduku pada Fikran. Aku ingat perlakuannya padaku. Dia tidak pernah marah padaku atau bahkan membentakku. Dia selalu saja bersikap lembut padaku dengan sifat keras kepala yang aku miliki. Dia tau kalau aku mencintai Arya sampai saat ini, tapi dia tidak pernah memaksaku untuk melupakan Arya. Dia hanya akan menerima perasaanku walau dia tidak akan melepaskanku untuk Arya.

Dia selalu memperlakukanku dengan baik bahkan sangat baik tanpa membuatku mengalirkan setitik air matapun karna kesalahannya. Tapi aku hanya bisa menghormatinya sebagai seorang suami tanpa bisa mencintainya dengan tulus. Istri macam apa aku ini tidak pernah menyadari ketulusan yang di berikan oleh suamiku setiap detik waktunya.

"Aku akan melayanimu dengan baik Anggia. Sampai saat ini aku masih mencintaimu. Bertahun-tahun aku mencintaimu kenapa kamu tidak pernah bisa menyadari perasaan itu? Aku akan melakukan apapun untukmu, apapun Anggia. Bahkan kalau kamu ingin aku menjadi kaya seperti suamimu itu aku sanggup dan aku akan melakukan itu.

Nadi Yang Menghidupkan (TAMAT) sudah terbit, Full PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang