Bagian 3

68.2K 6.8K 1.2K
                                    

MARK yang baru saja ingin masuk ke dalam kelas seketika menghentikan langkah kaki saat Taeyong menghadang; berdiri tepat di hadapannya dengan wajah tertekuk kesal. Mark memutarkan bola mata malas lalu mendorong tubuh Taeyong ke samping dan melangkah menuju meja kelasnya.

Sungguh, kemarin adalah hal yang sangat menjengkelkan! Bagaimana bisa Taeyong melepas pakaian di hadapan Ayahnya? Apakah lelaki cantik itu sudah tidak waras?! Meskipun Ayahnya tidak mengatakan apapun tentang hal tersebut, namun tetap saja Mark mencium aura licik dari seorang Lee Taeyong.

"Markie!" seru Taeyong yang kini menghentakkan kaki, ia mengikuti Mark, tidak memperdulikan bila siswa atau siswi lain di kelas memperhatikannya, "kau tidak boleh mengusirku seperti kemarin! Aku masih harus mengerjakan tugas bersamamu!"

Itu adalah kebohongan, Taeyong hanya ingin melihat Ayah Mark lebih lama. Ia tidak bisa mengalihkan pandangan dari seorang Jung Jaehyun yang sangat tampan dan panas! Sial, belum pernah Taeyong menemukan seseorang seperti Jaehyun, lelaki dewasa itu tentu bukan manusiaㅡtapi dewa dari Yunani!

Mark duduk di bangkunya dan mengangkat sebelah alis. "Kupikir kau tidak mau mengerjakan tugas, kau hanya bermain-main, kau bahkan memecahkan guci milik Ayahku!"

Kedua pipi Taeyong menggembung, ia duduk di atas meja dan menatap lurus pada wajah Mark. "Aku ingin mengerjakan tugas! Sekarang aku mau menginap di rumahmu! Aku bahkan membawa pakaianㅡ"

"Kau gila?! Tidak."

"Ayolaaaaaaaaaaaaah!" rengek Taeyong seraya memasang puppy eyes, mencoba membuat Mark luluh padanya, "aku sudah membawa baju gantii Markie!"

Sebenarnya Mark tidak menyukai panggilan itu. Markie terdengar seperti anjing peliharaan, namun Mark juga tidak bisa melarang Taeyong. Lelaki bermarga Lee itu selalu bertindak sesuka hati! Rasanya Mark ingin sekali mengubur Taeyong hidup-hidup agar lelaki cantik itu kehilangan oksigen secara perlahan!

"Tidak," ujar Mark cepat, ia mengeluarkan buku dari dalam tas. "Besok hari sabtu dan aku akan mengunjungi Grandma."

"Apa Ayahmu juga ikut?"

"Tidak."

Taeyong mengulum bibir, mencoba menahan senyum. "Jika begitu, aku tidak masalah bila harus menginap di rumahmu! Masih ada Ayahmu yang akan menemani.."

Mark tersedak air liurnya sendiri, ia melemparkan tatapan tajam pada Taeyong. "Sebenarnya apa yang kau rencanakan Lee Taeyong?!"

"Uhm.. Tidak ada, hanya ingin mengenal Ayahmu lebih jauh."

"Dan untuk apa?"

Taeyong tersenyum lebar; memperlihatkan barisan giginya yang tersusun rapih. "Untuk menjadi Ibumu! Oh aku jatuh cinta pada pandangan pertama, Ayahmu sangat tampan!"

"YAA!" hampir saja Mark melempar buku yang ada di tangannya pada wajah Taeyong, ia mendelik dan mengusap wajah frustrasi, "hentikan omong kosongmu, sialan!"

"Ish!" seru Taeyong kesal, akhirnya ia memutuskan duduk di samping Mark dan menopang dagu, "ayolah! Aku ingin bertemu dengan Ayahmu lagi!"

"Kau ingin mati?" Mark mengangkat tangan kanannya yang sedang memegang buku tebal, mengarahkan benda itu pada wajah Taeyong, "sekali lagi kau mengatakan omong kosong seperti itu, aku akan melemparkan buku iniㅡ"

"Aku ingin menginapㅡAAWW! YAAAK! ITU SAKIT!" Taeyong mengusap kepalanya dan mengaduh, Mark baru saja memukul kepala Taeyong menggunakan buku tebal.

Memang tidak berkepriTaeyongan! Padahal Taeyong sudah mencoba untuk jujur.

"Diam." ujar Mark dengan nada datar, ia kembali membuka buku dan memeriksa tugas yang kemarin ia kerjakan, "diam atau namamu tidak akan kutulis di dalam tugas ini."

Taeyong mengerucutkan bibir lalu mengalihkan pandangan ke arah lain. "Hmph!"

Menyebalkan! Lihat saja nanti, Taeyong tidak mau menyerah, ia harus bertemu dengan Jaehyun dan melanjutkan adegan panas yang kemarin!

Oh, bukankah kemarin ia sudah membuka bajunya? Pertemuan kedua nanti, mungkin Taeyong akan melepas seluruh pakaian di hadapan Jaehyun!

Hehehe, itu ide bagus!

Omong-omong, kemarin Mark melemparkan seragam Taeyong dari jendela rumah, jadi Taeyong tidak pulang tanpa atasan! Meskipun Mark kejam, tapi lelaki bermarga Jung itu masih memiliki sedikit rasa kemanusiaan.

***

Taeyong memandangi pintu rumahnya dan menghirup napas dalam. Ia membuka pintu secara perlahan, telinganya bisa mendengar suara kedua orang tuanya yang sedang beradu mulut. Ini sungguh tidak asyik.

Bayangkan, ketika Taeyong pulang sekolah dengan tubuh dan pikiran yang lelah, ia harus mendengar seluruh omong kosong yang di lontarkan oleh kedua orang tuanya. Terkadang Taeyong harus menyembunyikan kekecewaan serta rasa sedihnya dengan tawa dan tingkah laku konyolnya.

"Taeyong!"

Tubuh Taeyong berhenti, ia menatap Ayah dan Ibunya yang sedang berdiri di ruang tengah dengan melemparkan tatapan tajam satu sama lain. Taeyong menatap malas kedua orang tuanya, kepalanya pening.

"Apa? Aku pulang."

"Anak kurang ajar, kau bahkan tidak memberi salam pada Ayahmu!" seru Ayah Taeyong dengan urat yang menonjol di leher, "lebih baik kau tidak perlu kembali lagi ke rumah ini!"

"YA!" Ibu Taeyong berseru, "dia masih anakku! Jaga kata-katamu! Taeyong-ah, pergi ke kamar saja ya?"

Taeyong mengangguk lalu pergi menjauh dari sana. Ibunya memang masih menyayanginya, berbeda dengan Ayahnya yang seratus persen sudah tidak waras.

"YA! ANAK KURANG AJAR!"

Terserah, Taeyong tidak peduli lagi. Ia masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu; menempelkan punggung pada pintu kamar. Iris hitam Taeyong menatap lurus pada lemari. Taeyong tidak ingin pulang ke rumah, ia ingin mendapatkan ketenangan.

"Mark bilang dia akan berangkat sore ini kan?" gumam Taeyong pelan, sebelah sudut bibirnya terangkat, ia berlari menuju lemari pakaian untuk mengganti seragam, "aku ingin pergi ke rumah Mark saja!"

Itu lebih baik, tidak ada Mark di sana, hanya ada Taeyong dan Jaehyun.

Oh astaga, Taeyong tidak sabar! Apa yang sedang Jaehyun lakukan sekarang ya? Taeyong bahkan tidak sempat meminta nomor ponsel lelaki tampan itu!

Setelah berganti pakaian, Taeyong mengambil tas dan earphone, ia menyumpal kedua telinganya menggunakan benda tersebut sebelum keluar dari dalam kamar. Taeyong tidak mau memperdulikan teriakan Ibu atau Ayahnya, lebih baik ia pergi dari sini.

Menginap di rumah Mark sampai besok atau lusa. Itu adalah ide yang Taeyong terapkan di dalam kepala.

Taeyong membuka pintu rumah dan berlari keluar, ia sempat mendengar Ayahnya memanggil; berteriak padanya. Taeyong tidak mau ambil pusing.

"Let's go to the Jung mansion!" seru Taeyong senang.

Tbc

Daddy Don't Stop《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang