Jendela 13

61 18 5
                                    


Dunia maya dan dunia nyata bisa berjalan beriringan. Seperti dunia atas dan bawah. Ketika Regin lebih fokus mengurusi nama-nama yang lebih sering dicoret daripada di lingkari, pada suatu siang, di dunia nyata muncul seorang lelaki yang memberinya kacamata berbingkai cokelat. Katanya lumayan buat menutupi mata Regin yang sembab. Namun, kehadiran lelaki itu memudar seiring Regin semakin sibuk mencari di dunia maya. Memilih diantara ratusan foto dan menghabiskan berjam-jam waktu luangnya berbicara dengan mereka di dalam pesan seperti yang dulu dilakukannya dengan Dale.

Sampai pada coretan nama terakhir, Regin menyadari telah melewatkan sesuatu. Dia menarik sebuah kotak di samping rak cat kukunya. Ada banyak barang-barang kecil di dalamnya seperti bandana, ikat rambut, cermin, pulpen, dan tempat pensil yang sudah berhari-hari datang diantar supir ojek online. Terkadang juga makanan. Seorang nasabah bernama Bayu lah, pengatur dibalik semua kiriman yang membuatnya jadi bahan ledekan teman-teman kantornya.

Keesokannya, Bayu muncul satu menit terakhir waktu penerimaan nasabah. Satpam sempat mencegahnya masuk namun, dengan tenang dia terus jalan melewati satpam kemudian duduk di depan Regin. Tersirat canggung dari gerak-geriknya namun secepat mungkin dia tutupi agar tetap terlihat profesional. Seolah tak peduli ledekan teman-temannya, Regin mempertahankan senyum dan tatapan yang sama seperti yang dia berikan pada tiap nasabah.

"Hai."

"Selamat sore, Pak Bayu." Sahut Regin berujung suara sorakan teman-temannya.

"Kacamatanya masih di pakai." Bayu terlihat puas. Regin cuma senyum, ternyata firasatnya benar memutuskan membawa dan memakai kacamata itu hari ini.

Selanjutnya Bayu memberanikan diri mengajak Regin keluar, melakukan hal-hal yang sudah dia rencakan. Akhirnya, datang hari ini datang setelah beberapa lama sengaja memupuk rindu, Bayu merasa seperti di ujung jurang dan siap jatuh ke dunia perempuan yang memikat hatinya sejak pertama kali dia mendapat nomer antrian. Banyak susunan kata lalu-lalang memadati pikirannya namun macet di depan mulut karena di bebat bahagia. Rasa bahagia kadang bisa menyulitkan.

Bayu membawa mobilnya pergi, tujuan pertamanya adalah restoran Jepang. Mereka duduk berhadapan saling melempar senyum, pandangan, senyum lagi dan begitu hingga beberapa menit.

"Awkward." Seru Regin akhirnya.

Bayu tertawa kecil. "Maaf."

"Banyak hal sebenarnya ingin dibahas, tapi kayanya pas ketemu kamu aku jadi enggak bisa-enggak tahu mau bilang apa."

"Bisa di mulai dari yang kamu rasain saat ini."

"Íni lebih dari senang."

"Bahagia?"

"Mungkin."

Regin kembali terkekeh. "Anggap semua hal yang mau di sampaikan adalah barang-barang dan makanan yang kamu kirim buat aku."

Bayu merapatkan dua tangan di meja dan mencondongkan tubuhnya ke arah Regin.

"Di luar nalar, aku malah bersyukur kartu ATM saat itu terblokir, uang cash habis, jadi aku langsung ke kantor cabang disini. Kalau harus urus di Depok, aduh lama deh dan enggak mungkin ketemu kamu."

Regin tidak bereaksi apa-apa mendengar hal kebetulan seperti itu.

"Aku malu bilangnya, tapi kamu lebih dari apa yang aku lihat beberapa jam lalu dan yang selama ini aku pikirkan."

Regin menundukan kepala tidak mau tahu apa yang Bayu pikirkan soal dirinya. Sesaat kemudian seorang pelayan datang membawa makanan pesanan mereka, dan moment berikutnya tidak ada lagi kata-kata yang keluar dari mulut Regin maupun Bayu. Mereka diam menikmati makanan, hingga satu jam kemudian keduanya sudah berada di tengah kursi bioskop, tertawa-tawa menyaksikan film komedi pilihan Regin.

Pukul sebelas lewat lima menit. Mobil Bayu memenuhi gang rumah kos Regin. Sesaat kemudian, lampu yang sempat mengusik ketenangan kucing-kucing yang tidur di pinggir pagar padam tertarik kedalam kap ketika mesin mobil dimatikan. Sebelum turun, Regin mengucap terimakasih. Dan sebelum turun, Bayu mengajak Regin kembali jalan dengannya sabtu-minggu ini.

"Oke." Jawab Regin kemudian membuka pintu mobil.

Dia sama sekali tidak melepas pandangannya pada Regin yang tengah membuka pintu pagar. Kucing-kuncing berdiri, sebagian pindah karena terganggu. Dia melambaikan tangan sebelum masuk, begitu juga Bayu. Dia menghempaskan napas keras dan berteriak kecil. Rasanya lega bukan main. Rencana kecil yang dipupuknya berhari-hari bisa di eksekusi dengan luar biasa.

Rasanya sudah berabad-abad lalu Bayu tidak membiarkan hatinya menyukai wanita. Bukan tidak normal seperti yang orang tuanya sangka. Bayu punya prinsip lain, dia tidak ingin mencari seseorang yang akan langsung di jadikan istri sebelum kuliah strata duanya selesai, punya pekerjaan tetap dan mapan. Kini setelah semuanya berhasil dia raih, Regin menjadi wanita pertama yang kembali mengisi hidupnya.

___________________________________________________________

Upload part yang ini ngeri di timpukin pembaca, soalnya dari DM-DM yang masuk request harus terus Dale. Pokoknya sampe Regin ketemu Dale. 

Oke oke aku noted nih, tapi yang namanya cerita kan kalo lempeng2-gampang ketebak kurang greget. Makanya, biar greget kita balik ke cowok lokal dulu. Kenalin nih gebetan barunya Regin. DARI DUNIA NYATA. 

Ayo, siapa yang akhirnya udah cape sama yang onlen-onlen hehehe...

Sampai ketemu Jum'at depan jam 7 atau 8 malam. 

Stay safe and healthy. #Dirumah aja baca cerita THE WINDOW. Feel Free kalo mau dishare lagi ke teman-temennya. 


The WindowWhere stories live. Discover now