MT PRAU #2

133 8 0
                                    

(part 2)

Minggu, 8 Desember 2019, langkah ini akan dimulai. Berawal dari niat, tekad, dan usaha, niscaya hasil akan mengikutinya. Pagi ini mentari kurang menampakan sinarnya, hingga mendung datang untuk menggantikannya. Aku sudah packing barang dari semalam. Hanya logistik dan obat-obatan saja yang belum. Aku dan Mas Irvan memang akan membeli logistik usai nanti di jalan. Kami memang berniat hanya mendaki berdua karena aku yang masih pemula. Jadi, kalau misal nanti berniat untuk balik bisa seenak hati. Tetapi, aku tak mau itu, sebelum kondisi yang menjawab akan usahaku. Kamipun telah membuat kesepakatan berangkat jam 9 pagi dari rumah. Namun, aku selalu paham waktu di Indonesia selalu tidak ontime. Kebetulan hari ini orang tuaku akan pergi ke Boyolali, bisa dipastikan aku di rumah sendiri. Seusai packing, jam menunjukan pukul 10. Kami lekas mengeluarkan motor lalu berjalan menyusuri jalanan.

Usai 3 menit berlalu, kami berhenti pada suatu minimarket untuk membeli logistik dan beberapa obat yang belum ada. Setelah itu, kami harus packing ulang karena ternyata cariernya tidak nyaman dipakai jika logistik dimasukan begitu saja. Yah, niat kami berangatkat pagi sudah gagal. Packing pun tidak bisa sekali jadi, karena kenyamanan bagi kami adalah yang utama. Dari kenyamanan itulah kami bisa menikmati semesta nanti secara sempurna.

Pukul 11 kami melanjutkan perjalanan dari Magelang menuju Wonosobo. Baru tiba di Temanggung, motor kami serasa tidak nyaman dan oleng. Setelah dilihat, ternyata bannya bocor. Kami turun dan melihat GPS untuk mencari alamat tambal ban terdekat. Kemudian Mas Irvan mengendarai motornya sendiri, aku naik bus sampai pada tambal ban itu. Usai ban motor jadi, kami jalan dan berhenti pada mushola di pinggir jalan. Kami istirahat sejenak, karena siang bolong begini nyatanya panas juga. Setelah kami istirahat dan minum, kami melanjutkan perjalanan lagi. Aku meminta kala nanti sampai di Alun-alun Wonosobo kita berhenti untuk istirahat sejenak. Perutku sudah keroncongan,tetapi aku tak mau merepotkan, jadi aku hanya diam.

Tak lama kemudian kami tiba di daerah Wonosobo. Kami sudah lama diatas kuda besi ini. Jalan yang sedari menanjak tidak kunjung sudah. Pegal sudah semakin terasa. Tetapi katanya, "ini masih lumayan jauh nduk". Aku seperti mau nyerah. Tak lama kemudian, hujan datang dengan deras dan menguyur badan kami berdua. Kami memutuskan untuk berteduh hingga hujan reda. Cukup lama kami di situ, sembari makan gorengan yang kami beli.

Apakah semesta tidak memberi izin untukku mendatangi tempat itu? Lagi-lagi fikiranku memikirkan hal itu. Tetapi sudahlah, toh ini memang lagi musimnya.
"jika hujan terus datang, sebaiknya kita tidak usah mendaki saja," Kata Mas Irvan
Perasaan kecewa dan tak yakin sampai puncak mulai ada. Aku bingung, tetapi hati kecil seolah memberikan isyarat bahwa perjalananmu baru dimulai, ini masih awal, lanjutkan. Hari mulai sore, kabut mulai tebal hingga mengurangi jarak pandang. Kami terus melaju hingga tibalah kami di basecamp pendakian. Kami segera menunaikan sholat asar.
.
.
.
.
.
Jangan lupa dikasih bintang dan komentar. Terimakasih. Maaf masih banyak kesalahan. Selamat melanjutkan di part berikutnya.

JEJAK LANGKAHDonde viven las historias. Descúbrelo ahora