MT. SINDORO #5

29 0 0
                                    

(part 5)

      Mentari kian mennggi, udara kian memanas. Aku, Haqi, dan Bima turun ke sunrise camp duluan karena Mala dan Resta masih butuh istirahat. Aku berjalan bersama kawan laki-laki semua. Entah kenapa yang awalnya kuat, sehat, dan bisa mengimbangi langkah mereka, lama-lama memudar. Aku kunang-kunang mungkin karena panas, perut terasa mual. Aku memutuskan untuk istirahat sebentar lalu berjalan pelan.
“kamu kenapa? Sakit?”, Tanya Bima
“sedikit pusing dan mual”. Jawabku

     Lalu aku kembali berjalan ditemani Haqi karena Bima sudah sangat cepat dan meninggalkan kami berdua. Berdua saja mungkin kalian bakal mengira sangat romantis. Benar dugaan kalian, ditemani cowok ganteng memang bonus dalam pendakian ini. Apalagi ketika jalanan licin, digandeng dan dijaga itu yang membuatku merasa sempurna. Tapi sayang, ini hanyalah kawan belaka. Usai aku tidak kuat menahan haus, aku istirahat.
“haq, ada minum?” tanyaku
“ada, tapi air panas mau?” Tanya Haqi
“yah (, gapapa deh, sama millo keknya enak.”

      Akhirnya aku membuat minuman susu milo dibawah pohon untuk berteduh. Usai minum, rasa mual semakin menjadi-jadi. Aku memutuiskan untuk memakai balsem. Aku memakai balsem didalam semak-semak. Bau balsem lumayan tercium, tapi ah sudah yang penting aku sehat.
“bagaimana jika aku sakit? Siapa yang akan membawa carier teman-temanku? Siapa yang akan membantu mereka? Kasian anak laki-laki jika harus membawakan semuanya“, itulah yang ada difikiranku kali itu

      Aku makin sehat, berjalan mulai bisa cepat. Akhirnya aku sampai dipost sunrise camp. Aku memasuki tenda dan melihat Bima telah usai menanak nasi untuk kami makan. Aku membersihkan muka yang begitu kotor lalu memasak mie instan. Kami bertiga makan mie instan bersama karena lauk nugget kami peruntukkan untuk kawan-kawan yang sakit.

      Tak lama setelah kami makan, Mala, Ucup, dan Resta datang. Aku segera menggorengkan mereka nugget untuk lauk mereka makan. Sembari menunggu mereka makan aku dan beberapa kawan lain membereskan tenda. Kami packing barang, tak lupa juga kami membersihkan sampah supaya tidak ada yang tertinggal. Aku memilah sampah sesuai prosedur dari basecamp. Waktu dibasecamp kami diberi petunjuk bahwa 1 sampah yang tertinggal akan dikenakan denda sebesar 25.000 rupiah. Usai semua siap kami turun pada pukul 13.00 WIB.

      Langkah pelan kami jalankan. Jangan banyak istirahat itu konsekuensi karena nanti jika banyak istirahat waktu sampai basecamp akan kesorean dan harus registrasi lagi besok pagi. Itu sangat tidak kami harapkan. Ucup dan Bima berjalan duluan. Mereka berniat akan menjemput kami yang sudah kelelahan. Namun Mala, dan Resta lagi-lagi istirahat. Aku semakin tidak kuat karena makin banyak istirahat, perutku mulai mual. Aku berjalan saja sendiri kebawah dari post 3 menuju post 2. Tanpa berbekal air minum, aku berjalan gontai menikmati alam ini. Aku berjalan tanpa istirahat. Ditemani pendaki lain aku bercanda gurau. Sesekali dari mereka menggodaku. Biasalah anak gunung mah gitu, makanya jangan mudah baper.
Aku bertemu pendaki yang baru naik keatas, mereka 1 rombongan terdiri 3 anak laki-laki.
“sendiri aja mbak?” Tanya salah satu diantara mereka
“engga mas, yang 2 duluan yang 3 masih dibelakang.” Jawabku dengan senyuman
“oh, berani juga. Boleh minta foto?” Tanya cowok tadi
“boleh, hehe” jawabku malu-malu kucing
Akhirnya aku foto bersama laki-laki itu. Sayang, tidak berkenalan. Siapapun kamu, aku harap kita bisa bertemu lagi.

      Kabut mulai turun, mengingatkan ku pada teman-temanku. Aku menunggu mereka tapi tak kunjung terlihat. Akhirnya aku berjalan pelan menapakan kaki pada batu-batu itu. Kala aku sedang berjalan sendiri, aku melihat Bima dan Ucup berjalan keatas tanpa membawa carier karena sudah ditinggal di warung post 2.
“kemana mereka?” Tanya Bima
“masih diatas, aku duluan”. Jawabku
“ya udah, turun saja. Tunggu kami di post 2, sekalian nanti beli minum.” Jelas Ucup

     Akupun mengiyakan, lalu kembali meneruskan perjalanan sampai di post 2. Disana cukup ramai. Banyak pendaki yang beristirahat. Aku meletakan tas lalu membeli minum di warung post 2. Minuman es sangat nikmat untuk menambah kesegaran. Baru juga aku meminum sampai setengah, kawan-kawan datang. Resta lalu mengambil gelas minum yang aku pegang. Begitupun Bima. Dengan kondisi seperti ini, kami tidak begitu memandang bekas siapa. Resta dan Mala kembali kewarung dan membeli semangka serta gorengan untuk kami semua. Kami sejenak istirahat disana. Canda tawa kini menghiasai bibir kami, begitu indah untuk diceritakan.

     Kami melanjutkan perjalanan dan menemukan pangkalan ojek. Kami yang cewek semuanya mengojek dan yang cowok berjalan tanpa carrier. Kami membawakan cerrier anak laki-laki. Post ojek disini sangat luar biasa, begitu jagonya mereka berkendara melawati medan yang menurutku lumayan ekstream. Tak butuh waktu lama, akhirnya aku sampai di basecamp pendakian.

      Saat tiba di basecamp aku bertemu dengan kawanku. Mereka baru akan memulai mendaki nanti malam. Tak banyak bercerita akhirnya dia kembali kedalam basecamp karena harus registrasi. Aku, Resta, dan Mala segera ke bank sampah untuk pengecekan. Namun saat pengecekan, kami menemukan 1 sampah yang kurang. Disini menjadi masalah bagi kami. Entah ide darimana, aku bersama kawan-kawan memutuskan untuk membeli di warung sebelah, supaya tidak didenda. Tapi naas, berbohong memang tidak berkah. Kami ketauan dan kena marah dari pengurus basecamp. Tapi kami ingat, kami adalah anak organisasi di sekolah. Ketika mereka salah, kami berhak membantah.
“tadi beli?” Tanya petugas basecamp
“iya,” jawabku singkat
“kenapa kalian berbohong? Ide siapa? Kalian berarti sering bohongin orang tua?” tanya pengurus basecamp
“ide kami semua. Kadang-kadang.”
“ya sudah, kalian berbohong kalian berhak kena hukuman, push up”,
“loh, katanya kemarin waktu pengarahan kena denda 25 ribu” jelas Resta
“berarti anda juga bohong!” tambahku dengan nada tinggi
Mereka hanya terdiam. Lalu menyuruh kami untuk mengikuti kakak-kakak yang ada disana. Kami harus menerima hukuman.
“dah sekarang senam 20 menit!” perintah kakak itu
“apaan, disana suruh push up 20 kali. Disini senam 20 menit. Berarti itu juga bohong.” Ujarku sambil tertawa mengejek
Akhirnya kami mengalah daripada harus berdebat dengan manusia keras kepala. Kami menjalanan hukuman push up 20 kali. Hal itu dipertontonkan untuk umum. Malu mungkin iya, tapi kondisi yang mengharuskan kita seperti itu. 

     Kawan-kawan datang. Kami segera meninggalkan basecamp menuju parkiran motor. Kami langsung check out dan menuju ketempat saudara Ucup tinggal. Kami disana istirahat dan membersihkan badan. Pukul setengah 8 malam kami kembali membelah jalanan untuk pulang ke rumah Ucup. Pukul setengah 9 kami tiba, lalu kami membereskan bayar membayar. Aku dan Bima tidak lama dirumah Ucup langsung pulang, perihal mengingat rumah kami yang masih lumayan jauh dan hari sudah malam. Sampai di rumahku, orang tuaku menyuruh Bima tidur di rumahku. Namun, ia menolak dan tetap melanjutkan pulang padahal hari sudah malam.

       Kami masih aktif chattingan melalui grup mendaki. Entah saling mengejek satu sama lain atau membahas hal yang gak penting. Hari itu, setelah pulang mendaki Resta memberikan kabar bahwa ayah Ucup masuk rumah sakit. Dan kami tidak tahu akan hal itu. Padahal malam itu sebelum ayah Ucup masuk rumah sakit, kami telah tidur dirumahnya. Begitu bodohnya kami hingga tidak bisa mengenali. Seegois Itukah kami?. betapa kuatnya perasaan Ucup ketika mendaki. “Aku salut padamu Cup”.

.
.
.
.
.

Jangan lupa dikasih bintang dan komentar. Terimaksih. Maaf, masih terdapat banyak kesalahan. Ditunggu ya "JEJAK LANGKAH 3"

JEJAK LANGKAHWhere stories live. Discover now