Bab 5

204 16 0
                                    

Terdengar suara mobil berhenti tepat didepan rumahku, ku lihat di jendela kamarku dan ternyata itu adalah keluarga mas Fathan.

"Ya Allah Fathan dan keluarganya sudah datang, bantu hamba ya Allah, semoga jawabanku ini adalah jawaban yang tepat untukku ya Allah"lirihku, tak terasa bulir bening itu menetes lagi dengan sendirinya.

Masa lalu?
Kenapa kau selalu datang padaku?
Apakah kau tak bosan selalu menjelma dalam pikiranku?
Sungguh itu adalah sesuatu yang sulit aku hilangkan begitu saja.
Walaupun aku sudah berusaha untuk membuangnya.

Tiba tiba...

"Syifa ayo nak...lo kok nangis anak Ummi? kenapa?"

Kupeluk Ummi dengan erat, untuk membuang rasa sesak itu supaya tak tersisa lagi, tapi nyatanya masih saja ia bertahan didalam sana.

"Lo ko nangis? Ada apa? Coba ceritakan sama Ummi..."

"Ummi...hiks hiks hiks, Ummi tau kan gimana rasanya cinta?"

"Haha,,,Oalah anak Ummi jatuh cinta ya, Ummi juga pernah muda lo, Ummi tahu ko apa itu cinta.."jawab Ummi.

"Terus kenapa nangis kalau cinta sama Fathan gak usah nangis kan bentar lagi kalian menikah..."

Menikah?
Apa itu harus ku lakukan secepatnya ya Allah?tanya batinku.

"Ee,, Ummi, bukan itu maksudnya_ belum sempat mengatakan sudah dipotong pembicaraanku oleh Ummi.

"Sudah sudah, gak usah ngelak sekarang ayo kita turun, mereka sudah nungguin di bawah..."

Lalu aku dan Ummi berjalan menuju ruang tamu. Aku yang merasakan semua ini rasanya sangat menyesakkan. Gimana tidak sesak hatiku, kalau nama seseorang itu selalu terngiang-ngiang dipikiranku. Tanpa kusadari air bening itu menetes lagi dan cepat cepat ku hapus air bening itu agar tidak ada yang tahu kalau aku sedang sakit, iya sakit! Sakit yang membuatku tak dapat berpikir dengan tenang sekarang.

"Ooalahh, ini to Ummi....calon istrinya bang Fathan?"
Ku lihat ada seorang perempuan yang seumuran dengan Zahra, terlihat pancaran kesenangan dalam matanya, mungkin ia terlalu berharap_batinku.

"Aw...sakit Ummi..."

"Kamu ini bisa diam gak? Maaf ya Rahma, Ali, maklum terlalu senang ia melihat abangnya ingin menikah"

"Iya gak apa apa..."ucap Ummi.

"Mari kita mulai acara ya Adnan..."kata Abi, kuharap aku lebih baik pergi saja dari sini, semua membuat aku sakit ya Allah_batinku.

"Baiklah Ali, saya disini ingin melamar nak Syifa untuk anak saya Fathan, dan penjelasan selebihnya dilanjutkan Fathan, nak ayo..."

Aku hanya diam menunduk tanpa aku menoleh kepada lawan bicara.

"Syifa, maksud kedatangan saya dan keluarga ingin menjadikan kau pendamping hidup saya hingga menuju Jannah_Nya bersama sama, akan saya perlakukan kamu dengan sebaik baiknya, saya memang belum sempurna tapi jika kita terus belajar bersama-sama pasti kita akan memenuhi kesempurnaan itu, maukah kamu berjuang bersama saya?"

Bingung?
Ya kebingungan itu datang lagi!
Harus apa dia sekarang?
Harus jawab apa?

"Syifa, heyy...itu, nak Fathan tanya ke kamu, ko malah melamun? Bisik Ummi yang tak kuhiraukan ucapannya.

"Syifa..

"Ah iii...ii..yaaa, maaf Ummi...." Jawabku terbata-bata.

Rasanya mataku sudah berkaca-kaca,ingin rasanya aku menangis sekencang-kencangnya, tapi apalah dayaku hanya bisa diam, diam dan diam.

Penantian HalalkuМесто, где живут истории. Откройте их для себя