Bab 21

115 8 0
                                    

Arfan POV
.
.

Setelah mengucapkan Ijab Qabul selesai, ucapan syukur tak henti-hentinya ku ucapkan, aku bersyukur kepada Allah karena Allah telah melancarkan acara pernikahan ini.

Hari ini aku benar-benar tidak menyangka, takdir memang sulit untuk ditebak. Lihatlah sekarang aku sudah menikah dengan orang yang ku cinta. Allah telah mendengar doa doa ku, tadinya aku telah putus asa karena aku akan menikah dengan Fathan tapi nyatanya itu tidak. Aku benar-benar bersyukur kepada Allah, jodoh memang tidak ada yang tahu kecuali Allah saja.

Kini rasa sesak yang ku dapat sekarang sudah hilang dan Allah gantikan dengan rasa kebahagiaan. Kalian pasti tahu sebahagianya aku hari ini, bagaimana aku tidak bahagia karena 'Dia' sudah menjadi seorang istri dari Muhammad Arfan.

Istri??
Hm, kata yang sangat menghangatkan batinku.
Ku harap 'Dia' adalah jodoh dunia dan akhiratku.

Aku berjanji pada diriku sendiri Syifa, aku akan selalu buat kamu tersenyum dan selalu akan buat kamu bahagia, dan aku akan menjauhkan kamu dari kata menangis lagi! Sudah cukup kau selalu menangis dalam menungguku, akan ku buat kau selalu tersenyum jika melihatku, jika seandainya kau menangis maka akan kupastikan itu bukanlah air mata kesedihan melainkan air mata kebahagiaan! Batinku.

"Fan...

Aku terlonjak kaget saat ada yang menepuk punggungku dan saat aku berbalik ternyata itu Fathan.

"Fan, aku mohon jagain Syifa ya..aku tahu ini memang sulit untukku berbuat ikhlas, tapi jika itu bisa membuat dia bahagia aku akan melakukan apa pun itu..." Ucapnya.

Aku tak bergeming, biarkanlah dulu ia mengutarakan apa isi hatinya sekarang, aku juga tau ini sangatlah sulit untuk diterima, tapi...aku juga tak mau menyalahkan siapa-siapa, inilah takdir, iya takdir Allah yang sudah di tulis di Lauhul Mahfudz. Baik itu rezeki, jodoh, dan kematian itu sudah Allah gariskan sebelum kita dilahirkan ke dunia ini.

"Aku tak tahu kapan rasa itu ada Fan, yang aku tahu, saat aku berada di sampingnya aku merasa bahagia, tapi tidak dengan nya, aku tak pernah melihat kebahagiaan dimatanya saat aku bersama dengannya, ku harap kau bisa menjaganya. Untuk soal mengikhlaskan, in syaa Allah aku akan ikhlaskan Syifa untukmu, mungkin 'Dia' adalah jodohmu bukan jodohku..." Ucapnya lirih.

Sebenarnya aku merasa iba terhadapnya, tapi aku bisa berbuat apa sekarang, ini semua juga kehendak nya dan lebih-lebih lagi ini adalah kehendak Allah, lagi pula saat aku bertemu dengannya, aku sudah menolak permintaan nya tapi ia tetap bersikukuh untuk menerima permintaannya itu.

"In syaa Allah, selama Allah masih memberi nafas padaku, aku akan berusaha membahagiakannya..." Ucapku datar.

"Kupegang janjimu Fan." Ucapnya tegas.

"Afwan, saya gak mau berjanji, karena bisa bisa saja suatu saat nanti saya mengingkarinya, karena saya bukanlah manusia sempurna melainkan saya hanya orang biasa yang bisa lalai akan janji yang dibuat, maka dari itu saya hanya bisa berusaha..."

Hening...

Kini ia tak lagi bicara sepatah kata pun setelah mendengar penjelasan ku, aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya.

"Nak, ayo kita kesana dulu Abi mau bicara..." Ucap Abi yang tiba tiba datang menghampiri kami. Dan aku hanya mengiyakannya, lalu berpamitan kepada Fathan.

"Fan...tunggu! " Panggil Fathan agak sedikit berteriak karena jarak sudah sedikit jauh.

Akupun membalikkan badanku lalu ia menghampiriku, mungkin ada sesuatu yang ingin disampaikan lagi_batinku.

"Ini...(sambil menyerahkan kertas putih)

Aku yang merasa agak bingung dengan kertas itu bertanya padanya.

Penantian HalalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang