Siapakah Kamu Sebenarnya

78.3K 2.7K 322
                                    

"Nak Rudi.... kamu lihat yani???...... Yani?????????........"

"Eh ibu, ada apa bu? ada apa dengan Yani?"

"Yani menghilang dari rumah"

"Saya gak ngeliat bu, kebetulan saya juga baru aja pulang dari terminal bus, jemput ibu saya"

"Oh ibu kamu sudah pulang?"

"Iya bu, mari mampir, tapi ibu saya sudah tidur, bentar saya bangunkan ya"

"Gak usah nak Rudi, ibu juga buru-buru, harus cari Yani lagi"

Ibu???? apakah itu suara ibu?? mengapa mas Rudi mengatakan tak melihat ku?? sedangkan aku ada di sini bersamanya?? bukankah ia yang mengajak ku kemari?

Mas Rudi yang masih berdiri di mulut pintu rumah, dan hanya membukakan pintunya setengah,membuat ibu yang di luar rumah tak mampu melihat ku, begitu pun dengan diri ku yang tak bisa melihatnya, namun aku yakin dari suaranya, itu adalah suara ibu ku. Aku hanya bisa mendengarkan suaranya saja yang penuh dengan kekhawatiran.

"Ibuuuu aku ada disini" aku mencoba untuk bangkit, namun tiba-tiba gerak badan ku seperti terkunci, aku tak mampu untuk bergerak.

"Ibuuuuu tolong akuuuuu... aku disini buuuu" kataku sambil berteriak.

Namun ibu sepertinya tak mendengar. Terbukti dari ibu yang kemudian pamit pada mas Rudi.

"Maaf ya nak Rudi ibu ganggu, ibu mau mencari Yani lagi, ibu sangat khawatir"

"Ibu beneran gak mampir dulu?? pak RT, pak Haji, mari mampir"

"Maaf ya ibu gak bisa mampir dulu dan maaf sekali lagi ibu ganggu kamu jam segini"

"Gapapa bu, lagian saya juga belum tidur, ibu saya sakit, nanti kalo udah azan subuh, saya ikut bantu ibu mencari Yani, saya pasti ikut mencari"

Aku tak tahu siapa saja yang ada di luar sana, namun mereka sepertinya sedang mencari ku. Dan aku tak mengerti mengapa mas Rudi tega melakukan ini pada ku

"Ibuuuuu... pak hajiiiii... tolong akuuuu.. aku disini bu"

Aku masih tak mampu untuk bergerak, dan mereka sama sekali tak mendengar jeritan ku. Aku menangis sejadi-jadinya, aku memang bodoh, begitu mudahnya percaya dengan mas Rudi yang sepertinya memiliki niat yang jahat terhadap diri ku.

Suara knalpot motor kembali berbunyi, semakin perlahan, dan hilang menjauh. Kemudian mas Rudi menutup kembali pintu rumahnya, dan menguncinya. Lalu ia duduk tepat di samping ku yang masih menangis, aku masih tak percaya dengan apa yang baru saja mas Rudi lakukan padaku. Dan aku kembali bertanya-tanya, jika di luar tadi ada pak Haji, lantas siapa sosok yang tadi bersama kami????

Dengan lembut mas Rudi membelai rambut ku yang kaku karena lumpur yang mengering, dia mengelap air mata yang menetes dengan ibu jarinya.

"Sayang, maafin mas ya, mas cuma ingin buat kamu bahagia"

Aku yang masih menangis dan masih tak mampu untuk bergerak hanya bisa pasrah melihatnya, kini ia menatap mataku dengan tajam. Aku tahu, pasti kini ia akan melakukan sesuatu pada ku. Sekuat tenaga aku mencoba untuk bangkit dan mencoba untuk melarikan diri, namun usaha ku sia-sia. Aku masih diam terpaku tak mampu bergerak sedikit pun, hanya memejamkan mata yang kini bisa aku lakukan.

Kini aku yang masih terpejam, merasakan tubuh ku diangkat, aku membuka mata, lalu dia membawa ku masuk ke dalam kamar mandi. Dia merebahkan tubuh ku pada bak mandi yang berisi air hangat yang di atasnya bertabur bunga melati. Sebelumnya dia melucuti semua pakaian yang sedang ku kenakan satu persatu lalu dia mengecup kening ku, sangat lembut, dan dia kembali berucap,

"Aku ingin membuat kamu bahagia dek" lagi-lagi hanya dengan suaranya ia mampu membius ku.

Dia pun menanggalkan semua pakaian yang ia kenakan, hingga benar-benar terbuka seluruhnya. Dia kini ikut masuk kedalam bak mandi, dan dia mengangkat tubuh ku yang masih kaku dengan perlahan, hingga aku berada dalam pangkuannya. Dia yang berada di bawah, membasuh sekujur tubuh ku dengan air yang ada di bak mandi ini, mengusapnya perlahan, dari ujung kepala, hingga ujung kaki, aku hanya bisa mendesah, air mata yang tadi mengalir kini sudah tak keluar lagi. Tangannya membelai dan menggerayangi setiap inci dari tubuh ini.

Bibirnya yang kini kurasakan basah mengecup leher ku dengan dalam, hingga menghasilkan sebuah bunyi decakan. Kita mandi bersama dalam satu bak yang sama, membasuh semua kotoran. Serta luka yang selalu aku dera, yaitu rasa kesepian yang selalu saja ku rasakan. Luka kesepian perlahan hilang, dan aku yang kini dalam dekapannya, ingin mengucapkan terima kasih, siapapun atau apa pun engkau, kau mampu mengisi kesepian ini.

Kami sudah selesai mandi, dan kini aku mampu untuk menggerakkan tubuh ku kembali, dia bangkit dari bak mandi, lalu dia menggenggam erat jemariku, dan menuntun ku untuk keluar dari bak mandi juga, kami yang basah berjalan bergandengan, masuk ke dalam sebuah kamar, yang sepertinya kamar milik mas Rudi. Aku tak bisa bicara apa-apa, bukannya aku tak mampu untuk bicara, namun aku tak tahu apa yang harus aku bicarakan lagi padanya, aku menikmati semua ini.

Kini ia memakaikan aku sebuah gaun tidur yang berbahan halus dan lembut. Setelah memakaikan ku gaun tidur, dia menggendong ku dan merebahkan tubuh ku ke atas ranjang tidur.

"Kamu istirahat ya dek, kamu jangan dulu kemana-mana, kamu percaya saja sama aku, dan kamu akan bahagia selamanya" kata-kata yang ia ucapkan lembut di daun telinga ku.

"Tapi besok aku harus berada di sekolah mas"

"Mas sudah bilang sama kepala sekolah, kalo kamu gak bisa masuk sekolah karena sakit, soal ibu mu, nanti mas akan urus"

"Mas mau apakan ibu ku??"

"Aku gak akan menyakitinya dek, kamu tenang aja"

"Aku gak mau buat ibu khawatir mas"

"Iya sayang, mas gak akan buat ibu kamu khawatir ya"

"Kamu janji???"

"Ya, mas janji"

"Sebenarnya mas ini siapa???"

"Kok kamu nanya seperti itu?"

"Mas Rudi yang aku kenal tak seperti ini mas"

"Aku masih Rudi yang dulu, kamu jangan berfikir yang enggak-enggak ya dek"

"Tapi kamu bener-bener beda mas"

"Tapi kamu suka kan?"

Aku hanya mengangguk, dan kami pun berciuman.

"Mas Rudi, aku ingin selalu bahagia terus bersama kamu mas" kataku yang sudah tak kuasa menahan gejolak dalam diri, pada dia yang sedang terlihat rakus menjilati leher ku dengan penuh nafsu.

"Iya sayang tentu saja, mas akan selalu membuat kamu bahagia selamanya"

Kata-katanya seperti apa yang tertulis dalam novel cinta yang pernah aku baca, membuat bahagia selamanya??? selamanya itu sampai kapan??? sampai aku mati?? Ya dulu aku memiliki rentetan pertanyaan demikian, namun dekapannya kini mampu menjawab semua pertanyaan yang ada, aku pasti akan bahagia mas selamanya bersama dekapan mu yang menangkan ini, jika kalian pun bertanya sampai kapan selamanya itu, kalian akan menemukan jawabannya, ketika kalian mendapatkan dekapan seperti yang tengah aku rasakan kini, dan dengan bodohnya kalian pun akan percaya, dekapan itu akan membawa kebahagiaan pada kalian selamanya, selama-lamanya, hingga kalian berharap tak terhingga lamanya.

Azan subuh terdengar berkumandang dari kejauhan, kini dia terlihat tergesa-gesa, dan dia pergi keluar dari kamar ini, yang sebelumnya dia kembali mengecup keningku, dan berkata

"Kamu istirahat ya dek" sambil menutup kedua mata ku dengan tangannya, dan setelah itu aku kembali tak sadarkan diri.

SUAMIKU GENDERUWO (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang