Amplop Putih Di Bawah Bantal

102K 3.5K 350
                                    

Aku terbangun, cahaya mentari yang masuk melalui jendela kamar membuat mata ku terasa silau, aku tak tahu sudah berapa lama aku terbaring di ranjang ini. Hal yang aku ingat terakhir kali, yaitu suara lembut mas Rudi saat mengucapkan kata terima kasih tepat di daun telinga ku, setelah itu aku tak tahu lagi apa saja yang sudah terjadi.

"Kamu sudah bangun nduk?" suara ibu mengembalikan kesadaran ku sepenuhnya, kini aku bisa melihat di samping ranjang ku sudah duduk ibu, dan juga mas Rudi.

Mas Rudi yang tersenyum santai, menggambarkan seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada kami, dan aku sempat ingin marah dan memberi tahu ibu tentang apa yang sudah terjadi padaku semalam tadi. Namun sebelum aku membuka mulut, mas Rudi tiba-tiba berkata, membuat aku makin bertanya-tanya.

"Syukur lah kamu gapapa dek, untung ular itu tak memakan kamu"

"Iya nduk, untung mas Rudi ada nolong kamu, kalo dia gak ada, mungkin kamu.." ibu tak melanjutkan perkataannya, suaranya terdengar parau, dan air mata nya menetes perlahan.

"Bu? mas Rudi semalam tidur disini?" aku memancing sebuah pertanyaan yang mungkin bisa menjawab semua rasa penasaran yang ada di kepala.

"Gak nduk, dia langsung pulang setelah membuang ular yang melilit tubuh kamu di dapur, dan membantu ibu menggendong kamu untuk membaringkan kamu di ranjang, harusnya ibu percaya sama kamu kemarin nduk"

"Iya maaf ya dek, mas gak bisa nemenin kamu, soalnya ndak enak sama tetangga kalo mas nginep disini"

Lantas siapa yang menyetubuhiku semalam, hingga membuat aku terkapar?? jika mas Rudi benar-benar langsung pulang, bagaimana dia ada di kamar ini malam tadi? apa dia pulang setelah menggagahi ku terlebih dahulu??

"Ibu semalam tidur dimana?"

"Di sini, disamping kamu nduk, begitu mas Rudi pulang"

Apa semalam tadi aku hanya bermimpi? mimpi yang benar-benar terasa nyata, tiba-tiba aku merasakan pusing di kepala, kejadian demi kejadian yang sudah menimpaku tergambar kembali perlahan demi perlahan di kepala.

"Gaaaak ini bukan mimpi!!!" kataku sambil menjenggut rambut kepalaku sendiri

"Kamu kenapa nduk???" kata ibu yang mukanya terlihat sangat cemas.

"Badannya panas bu, sepertinya dia demam" kata mas Rudi sambil telapak tangannya memegang keningku.

"Lebih baik kita ke klinik ya nduk"

"Aku ndak apa-apa bu, aku cuma pusing aja, dan bingung"

"Kamu bingung kenapa nduk??"

"Aku gak tahu bu, aku gak bisa ngebedain lagi antara mimpi dan kenyataan"

"Ibu gak ngerti maksud kamu nduk" kata ibu sambil terisak

"Sudah bu, kita bawa Yani ke klinik aja ya" ujar mas Rudi yang menatap ibu dengan serius.

"Aku gapapa, aku cuma pusing aja!!"kata ku dengan nada suara yang sengaja ku tinggikan.

"Benar kata Rudi nduk, sebaiknya kita berobat ya" kata ibu sembari membelai pundak tangan ku.

"Ibu bisa ambilkan air hangat di baskom sama kain bu? buat kompres Yani, biar demamnya turun" kata Rudi sambil jari telunjuknya menunjuk ke arah muka ibu.

"Iya nak Rudi" kata ibu dengan suara halus, dan langsung beranjak dari atas kasur.

"Mas!!! kamu!!!"

"Gapapa nduk" kata ibu membela mas Rudi dan langsung pergi meninggalkan kami berdua di dalam kamar.

Mas Rudi kemudian bangkit dan ikut keluar kamar, aku tak tahu apa yang akan dia perbuat pada ibu ku, aku mencoba untuk ikut bangkit, namun tubuhku terasa berat untuk beranjak dari atas kasur ini, yang bisa kulakukan saat ini aku mencoba untuk berteriak, namun suara ku seakan tak terdengar, suara yang keluar dari mulutku seakan-akan pergi kedalam ruang yang hampa dan menghilang tak berjejak.

SUAMIKU GENDERUWO (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang