Pak Irfan Bag. 2

46.1K 2K 110
                                    

"Kamu kenapa diem aja? " kata pak Irfan yang kemudian sedikit mengendurkan genggaman, dari selimut dan bantal yang masih dia pegangi.

"Gapapa pak" kataku sambil meraih selimut dan bantal dari genggamannya dengan cepat.

"Kamu kayak orang ketakutan begitu"

"Maaf pak saya tidak bisa"

"Gak bisa apaaa? " Kata pak Irfan seraya tersenyum nakal.

"Aku gak bisa itu tadi pak"

"Kamu pingin semua ini jadi sulit? "

"Tolong pak, tapi saya gak bisa, bantu saya pak" aku mencoba untuk bernegosiasi dengannya.

"Bagaimana saya mau tolong kamu kalo kamu gak mau tolong saya?? "

"Saya mau tolong bapak apa saja, tapi jangan yang itu pak"

"Keuntungan saya menolong kamu itu apa? memangnya kamu mau nolong saya apa lagi? apa lagi yang kamu punya? "

Aku teringat akan sesuatu, yang semoga ia mau membantu ku jika itu aku berikan padanya.

"Bagaimana dengan ini pak? " aku menyodorkan amplop putih berisi uang yang aku ambil dari saku celana

"Apa itu? "

"Semoga ini cukup untuk membalas jasa yang nanti bapak berikan"

"Iya, apa isi amplop itu? "

"Uang pak"

"Kamu fikir saya bisa dibayar dengan uang yang kamu punya? jangan sembarangan kamu ya, saya gak se-kotor itu! "

Pak Irfan tidak se-kotor itu?? lalu ajakan nya untuk melakukan itu dia fikir tak kotor??? apa dia fikir jika senggama dengannya adalah hal yang suci?

"Memangnya kamu mau kasih saya berapa?? "

"Semua yang ada di dalam amplop ini pak"

Lalu aku mengeluarkan semua lembaran yang ada di dalam amplop yang tengah aku pegangi ini, dan ketika ia melihat isi nya, semua yang barusan ia katakan mendadak berubah, entah karena jumlahnya yang menurutnya banyak, atau memang uang ini memang memiliki daya tarik tersendiri.

"Berikan pada bapak"

Dengan cepat tangannya segera merebut amplop yang sedang aku pegangi, namun aku belum ingin memberikannya, ia harus berjanji terlebih dahulu, agar setelah ini aku dan ibu bisa bebas dan keluar dari tempat pengap ini.

Tapi bapak harus janji ya! " kata ku sambil masih memegangi ujung amplop dan ujung lainnya pak Irfan sendiri yang memeganginya.

"Janji apa? kamu gak usah khawatir, kamu akan bapak bantu biar bisa keluar dari sini"

Tiba-tiba lampu-lampu yang ada menyala, membuat benderang, pandangan yang semula redup kini terlihat jelas, dan dengan jelas aku melihat mata pak Irfan melotot ke arah amplop yang sedang kami pegangi kedua ujung nya.

"Pak Irfan?? sedang apa pak? " kata Romi polisi muda yang tak tahu sejak kapan ia ada di sana, di depan saklar lampu, yang salah satu tangannya masih memegangi saklar tersebut.

"Eh anu Rom, saya sedang mengecek Maryani, tadi dia sepertinya sakit"

Pak Irfan terlihat gugup dengan adanya polisi muda disini, terlihat dari raut wajahnya yang kikuk.

"Lalu itu kertas apa pak?" Romi berjalan mendekati kami.

Amplop putih yang masih ku pegangi setengah ia rebut dengan paksa, jika tidak tebal mungkin sudah sobek karena tarikan paksa dari tangan pak Irfan.

SUAMIKU GENDERUWO (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang