Mayat Dari Dalam Sumur

72.2K 2.8K 331
                                    

Siang ini, udara begitu terasa panas dan pengap, aku tersadar dengan tubuh yang sangat lemah, menyapu pandang, sambil mengingat kejadian malam tadi yang sudah aku lewati. Masih terbaring di dalam kamar ini dan berat sekali untuk beranjak, namun rasa lapar akhirnya menuntut ku untuk segara bangkit dari atas ranjang ini, aku berjalan gontai menuju dapur, dan mengambil pakaian ku yang menggantung di jemuran, kondisinya sudah kering dan bisa untuk ku pakai kembali. Setelah memakai pakaian, ku buka satu persatu lemari yang ada di dalam dapur, berharap bisa menemukan sesuatu untuk aku makan.

Namun sayang tak ada apapun di dalam lemari ini, air minum pun sudah habis, terlihat dari galonnya yang sudah kosong, aku baru sadar, dapur ini terlihat sangat kotor dan bau, sisa piring bekas makan yang sudah menjamur, gelas kopi yang sudah berjamur pula, dan debu yang menempel di lantai terasa sangat tebal, layaknya rumah yang sudah lama tak di huni.

Bau amis dari arah kamar mandi membuat ku ingin muntah, bau nya sangat menusuk hidung, rasa penasaran membuatku nekat untuk membuka pintu kamar mandi, dan aku menyesal telah membukanya.

Terlihat ada banyak kepala burung, ya hanya kepalanya saja dan masih memiliki bulu, berserakan di lantainya, dengan darah yang sepertinya dari burung tersebut ikut berceceran di sekitaran, terutama di dalam bak kamar mandi, di sana nampak seperti kubangan darah, amis dan mampu membuat ku pusing, aku yang tak tahan lagi, memuntahkan cairan putih berlendir, mungkin karena memang belum ada yang aku makan dari semalam.

Aku berjalan terhuyung ke kebelakang, dan segera menutup kembali pintu kamar mandi, ada apa dengan rumah ini, kenapa banyak kepala burung gagak di kamar mandinya? Aku baru ingat, mungkin ibu nya mas Rudi tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah ini.

"Bu, maaf bu ganggu, ibu ada di dalam?" Kata ku sambil mengetuk pintu yang sepertinya itu pintu kamarnya, karena semalam ia masuk ke dalam kamar ini.

Semua terdengar sunyi, seperti tak ada kehidupan di dalam rumah ini.

"Bu... ibu ada di dalam?? aku masuk ya!!" Aku mencoba memastikan sebelum aku membuka pintunya.

Dan sebuah kejadian yang diluar akal ku lihat di depan mata. Dia..... ibu nya mas Rudi...
Terlentang di atas kasurnya, dengan kedua tangan dan kedua kakinya terikat pada ujung ranjang.

Dia tak mengenakan baju apa pun, telanjang tanpa sehelai pakaian yang menempel, rambutnya terlihat acak-acakan, seperti sudah di jambak habis-habisan, dan organ vitalnya banyak sekali bercak darah yang sudah mengering sebagian, sebagian lagi darah itu masih menetes perlahan, membasahi ranjang ber-sprei putih, hingga sprei nya terlihat berwarna merah. Banyak luka berwarna biru kehitaman di sekujur badannya, seperti bekas hantaman benda tumpul, atau apalah aku tak tahu karena aku bukan detektif, yang membuat aku ketakutan adalah payudara sebelah kanannya rusak, seperti habis di makan oleh sesuatu namun tak sampai habis.

Aku berteriak untuk meminta tolong, dan segera berlari menuju pintu depan, untuk keluar pergi meninggalkan rumah terkutuk ini. Namun naas, pintu nya terkunci.

Dan saat aku kembali menoleh ke belakang, aku baru sadar, ternyata rumah ini benar-benar seperti sudah lama di tinggalkan penghuninya, debu di lantai yang sangat tebal, jaring laba-laba terlihat dimana-mana, tikus dan kecoa ikut meramaikan susana di dalam rumah ini.

Aku menggedor-gedor pintu dengan harapan ada yang mendengar dari luar, karena aku tak bisa keluar lewat jendela, karena jendela sudah di pasangi tralis besi.

"Tolooooong, toloooooong" tak ada yang mendengar, karena ketika aku lihat dari jendela, tak ada rumah yang dekat dengan rumah ini, di samping kanan dan kiri rumah ini hanya terlihat banyak tanaman hias, pagar setinggi bahu orang dewasa, dan pohon-pohon besar di depan nya.

Mustahil sekali untuk saat ini ada orang yang bisa mendengar, kecuali memang kebetulan ada orang yang lewat di depan rumah ini.

Aku panik dan tak tahu harus berbuat apa, dan yang paling aku takutkan adalah isi dari rumah ini, berisi bangkai ibu nya mas Rudi, aku harus bagaimana.... Aku benar-benar bingung, hingga tak bisa bersikap tenang, aku benar-benar ketakutan.

"Ibuuuuuuu tolong akuuuuu ibuuuuuuu" aku berteriak dari jendela yang aku buka, berharap ada seseorang di luar sana yang mendengar teriakan ku.

"Ibuuuuuuuuuuu tolooooooong"

Aku benar-benar ketakutan, hingga kaki ku yang tanpa alas menginjak sesuatu yang lembek dan bersisik, ketika aku menengok ke bawah, aku menginjak seekor ular.

Ular itu lagi,, dia melilit ku hingga sekujur tubuh, sampai aku tak bisa lagi bergerak, dan dari celah sempit lilitannya, dari sini aku melihat beberapa orang, berpakaian seperti polisi, melihat-lihat dari luar rumah, baru aku mau berteriak meminta tolong, ular itu membawa tubuh ku seperti terbang mundur menjauh. Pandangan ku semakin memudar, memudar, dan gelap seluruhnya.

Mataku terbuka, dan hal pertama yang aku lihat di depan mata ku adalah serpihan kaca atau beling yang sepertinya pecahan dari gelas, aku tertidur di lantai, entah dimana ini, aku tak tahu, pusing sekali rasanya kepala ku, dan pikiran ku benar-benar sudah dibuat hampir gila oleh ular tersebut. Tak lama seseorang merangkul ku, menangis sambil mendudukkan tubuh ku, lalu kemudian memeluk ku.

"Ibu kira ibu bakal kehilangan kamu nduk"

Aku melihat wajahnya, dia ibuku yang sedang menangis, dan di samping kami ada pak haji yang sedang berdiri, sambil mulutnya komat kamit membaca sesuatu.

"Aku dimana bu?"

"Kamu di rumah nduk, ini di dapur, dari semalam kami mencari kamu, hampir putus asa ibu mencari"

"Iya ternyata kamu masih di dalam rumah ini, kamu di umpetin genderuwo di atap rumah" Kata pak haji menambahkan.

"Aku dari atap?"

"Iya nduk" kata ibu sambil menangis "Kami yang di ruang depan mendengar suara gedebuk, dan kami semua kaget ternyata itu kamu nduk" kata ibu menambahkan ceritanya.

Pantas badanku terasa sakit sekali, aku melihat ke atas, dan benar di sana aku melihat atap yang berbahan bilik bambu sudah jebol, atau hancur berlubang.

Kemudian pak haji memberikan ku segelas air putih.

"Diminum yan"

Aku menuruti apa yang pak haji perintahkan tanpa banyak tanya untuk apa dan kenapa. Aku melihat ibu masih menangis, sambil terus membelai rambut ku.

"Bu?? ibu gak usah nangis lagi ya, ibu gapapa kan?"

"Iya nduk, ibu ndak apa-apa" kata ibu sambil terisak "Tapii" kata ibu menambahkan

"Tapi apa bu?"

Dia memeluk ku dengan sangat erat, sangat kencang sekali "Mas Rudi nduk, mas Rudi"

"Ia kenapa mas Rudi bu?"

"Dia sudah gak ada"

"Maksud ibu?"

"Dia meninggal"

Aku tak percaya dengan apa yang baru saja ibu ucapkan, semalam tadi ia ada bersama ku.

"Ibu jangan mengada-ada ya"

"Iya nduk, mayatnya ditemukan membusuk oleh warga di dalam sumur, yang ada di belakang KUD"

"apa?????????????¿??????????¿??????"

SUAMIKU GENDERUWO (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang