Kisah lama part2 (Jeda Author)

4K 240 14
                                    

Gue bingung harus mulai dari mana, menceritakan  kisah gue dan Suci ini bermula. Namun ada satu waktu yang cukup gue ingat saat itu, di suatu sore yang suasananya cukup hingar-bingar oleh suara dangdutan dari kampung sebelah, gue mengantar Suci untuk melihat Bapaknya di kebun. Pak haji sudah dari siang pergi ke kebun, namun sampai sore dia belum jua pulang ke rumah. Membuat khawatir Suci. Gue yang memang sedang berada di rumahnya kala itu, mengerjakan PR sekolah bersama, menawarinya untuk mengantarnya ke kebun menggunakan sepeda motor yang gue bawa, syukurnya ia mengiyakan tawaran gue, dan kami pun pergi bersama.

Motor gue parkir cukup jauh dari lokasi perkebunan milik pak Haji, karena akses untuk kesana hanya bisa dilalui berjalan kaki, gue pun saat itu belum cukup mahir mengendarai sepeda motor trail.

Setelah mencari-cari akhirnya kami menjumpai pak Haji di sana, sedang duduk bersandar di bawah pohon jengkol, dari wajahnya nampak seperti tengah kelelahan.

"bapak kenapa belum pulang? " tanya Suci dengan sorot mata yang tajam

"tadinya bapak udah mau pulang, cuma difikir-fikir tanggung juga, sedikit lagi garapan bapak selesai" kata dia menjawab pertanyaan Suci sambil memandang ke arah gue dan melemparkan senyumannya, dan gue pun membalas senyumannya.

"yasudah yuk sekarang pulang pak"

"iya nduk, sebentar ya bapak ke saung dulu ambil peralatan, sekalian bersih-bersih, kamu tunggu saja di depan jalan"

"iya pak"

"oya bapak boleh minta tolong sekalian sama kamu? mumpung kamu berdua sama temenmu"

"apa pak? "

"cabutin bapak singkong ya sekalian, satu batang pohon aja, kalian berdua kuat lah pasti" kata dia sambil tersenyum ke arah kami, dan kami mengangguk.

Kurang lebih seperti itu percakapan mereka  yang gue inget. Jadi gue dan Suci pergi dari sana meninggalkan pak haji untuk mencabut singkong di kebun miliknya juga, yang letaknya tidak jauh dari kebun kacang panjang ini yang sampingnya banyak di tumbuhi pepohonan yang cukup rindang.

Posisi kebun singkong milik pak Haji berada di tebing yang di bawahnya mengalir kali atau sungai besar, setelah berhasil mencabut singkong, kami membawanya ke tepi kebun, membersihkannya sambil duduk berbincang.

"Ci aku boleh nanya sesuatu gak? "

"kenapa? " kata dia singkat sambil pandangannya fokus ke singkong yang sedang ia bersihkan dengan tangannya dari tanah yang menempel.

"sejak kapan kamu seperti ini? "

Dia diam. Singkong yang sedang dipeganginya iya lepas jatuh ke tanah, lalu ia menatap gue dalam.

"kamu bener mau tahu ceritaku? " kata dia singkat. Gue mengangguk pelan.

"ini semua berawal ketika aku diangkat anak oleh pak Haji, waktu itu... " dia menghentikan ceritanya kemudian air matanya turun perlahan.

"udah Ci kalo kamu gak mau lanjutin ceritanya gapapa kok, aku ngerti"

"gapapa, aku harus nyeritain ke kamu yun"

"kamu yakin ci? " tanya gue ragu

Dia mengangguk pasti. Lalu ia menyeka air matanya dan kembali melanjutkan ceritanya yang sempat tertunda.

"waktu itu awalnya.... setiap almarhumah ibu atau istri bapak mandi dia suka minta tolong sama aku buat bantu nyabunin seluruh badannya, itu awalnya,,, sampe.... "

"sampe apa ci? "

"sampe aku jadi kayak gini" kata dia sambil tersenyum kecil.

Gue tahu betul itu hanya senyuman palsu, karena gue bisa melihat dengan jelas genangan air mata yang hampir tumpah dari kedua matanya. Gue berdiri di hadapannya, menggenggam tangannya untuk mengajaknya berdiri bersama, dan memeluknya lembut dengan penuh rasa haru.

Ketika gue melepaskan pelukan, gue melihat dia masih diam mematung, tatapannya fokus pada satu titik, ketika gue membalikkan badan melihat apa yang sedang ia tatap dengan lekat, dari sini terlihat ada seseorang, seorang wanita tanpa sehelai busana yang sedang mandi di bawah sungai sana.

SUAMIKU GENDERUWO (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang