Sebuah Kesepakatan

47.1K 1.9K 247
                                    

Aku segera merapihkan amplop putih yang sudah berceceran di hadapan ku. Ada enam amplop semuanya, dan semua amplop tersebut aku simpan ke dalam kantong celana, yang terlipat rapi, di atas meja yang berada tepat di samping sebelah kanan ranjang ini. Dua amplop aku simpan di kantong depan, satu di saku kiri, satu di saku kanan, dan empat lainnya aku simpan di kantong belakang, masing-masing dua amplop di kantong kanan dan kirinya.

Suara pintu kamar terdengar, derap langkah kaki semakin mendekat, aku segera merapikan kembali celana jeans milikku, melipatnya dan kembali menyimpannya ke atas meja kecil tersebut. Lalu segera aku berbaring kembali ke atas ranjang.

"Kamu sudah sadar"

Dia pak Ridwan, kemudian dia duduk di atas kursi yang posisinya masih berada di samping ranjang ini.

"Pak, dimana ibuku? "

"Tak perlu kamu khawatirkan ya, ibu kamu baik-baik saja, hanya jiwa nya yang tidak baik"

"Maksud bapak ibu ku gila? "

"Kami sudah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, di rumah sakit ini juga, menurut hasil pemeriksaan ibu mu memang sudah gila, mungkin karena depresi yang berkepanjangan"

"Gak mungkin ibu gila pak, gak mungkin" aku menampik apa yang baru saja di ceritakan pak Ridwan.

"Yang penting kamu baik-baik saja ya, dan maaf ibumu terpaksa harus bapak bawa ke rumah sakit jiwa, dan jika ibumu bapak lepas, takutnya ia malah menyakiti orang lain"

Aku terisak kini, mengetahui kenyataan ibu yang sudah berada di rumah sakit jiwa, padahal belum lama ini kami selalu membicarakan tentang masa depan kami, tentang akhir dari penderitaan kami.

"Oya setelah bapak melakukan pemeriksaan lebih lanjut, bapak mengambil kesimpulan kalau kamu tidak ada kaitannya dengan kematian Rudi, kita bisa anggap itu kelalaiannya, membuat ia terjerembab masuk kedalam sumur, namuuuun, kamu bisa saja bersalah atas tuduhan telah melakukan pembunuhan dengan ibu mu, membunuh dua orang petugas kepolisian, buktinya jelas dan kalian bisa saja bapak jebloskan ke penjara, kamu dan ibu mu"

"Maksud bapak? tapi aku waktu itu duduk di depan dan tak tahu apa yang sudah terjadi di belakang"

"Tapi faktanya, dua anak buah saya meninggal kan?? dan di sana hanya ada ibu mu? bukan begitu?? untung ibumu gila, kalau tidak??"

"Tapi mustahil pak, bagaimana ibu saya bisa melakukan itu semua, sedangkan tangannya sendiri saja diborgol?? "

"Sudah cukup, saya tahu arah pembicaraan kamu!! wong deso, pasti nyangkutinnya dengan hal ghaib!!! iya kan?? intinya........kamu tahu kan polisi Romi juga telah gugur, dan bapak harap kamu tak buka suara tentang pemerkosaan yang kamu alami oleh polisi Romi, jujur saya sendiri kesal harus kehilangan tiga anak buah sekaligus!!!"

"Tapi aku minta ibuku juga ikut di keluarkan dari rumah sakit jiwa pak"

"Kalo untuk itu, bapak gak bisa, harusnya kamu bersyukur, karena saran dari pak Irfan, bapak masukan ia ke rumah sakit jiwa bukan penjara, di sana kamu bisa menengok ibumu kapan pun kamu mau, dan itu pun untuk kebaikan kamu juga dan untuk kebaikan kesatuan kepolisian, dan ini untuk biaya kamu kedepannya, bapak harap kamu mau untuk sepakat"

Dia menyodorkan tas pinggang kecil kepada ku.

"Di dalam sana ada uang sepuluh juta, bapak harap cukup untuk modal kamu melanjutkan sekolah, oya bapak juga sudah mengirimkan surat ke sekolah kamu, berisi permintaan izin untuk membawa kamu sebagai saksi kasus kematian Rudi, jadi kamu gak perlu khawatir lagi, nanti bapak akan kirim surat lanjutan juga ke sekolah kamu jika kamu akan menerima beasiswa sampai kamu lulus"

SUAMIKU GENDERUWO (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang