Seekor Ular

131K 3.8K 589
                                    

Semua laki-laki sama saja, sudah jam sembilan, namun mas Rudi belum juga datang menjemput ku, apa dia lupa akan ajakannya semalam? atau mungkin dia mendadak ada keperluan lain? atau mungkin dia sakit? akibat dari hujan-hujanan bersamaku saat itu, saat ia mengantarku pulang kemarin sore, jika dia memang sakit, aku pasti akan mencemaskan nya, karena dirumahnya tak ada sesiapa, jika dia benar sakit, siapa yang akan merawatnya nanti? ya tuhan semoga dia baik-baik saja. Ada baiknya untuk ku saat ini, mencoba berfikiran positif, ya mungkin dia ada keperluan lain yang tak bisa dia hindari.

Kini aku hanya bisa terbaring di atas ranjang kamar, sambil menanti kehadirannya sembari membaca novel romance kesayanganku.

Di dalam novel yang sedang ku baca, diceritakan jika wanita yang sedang jatuh cinta akan rela melakukan apa pun itu untuk sang kekasih hatinya. Aku sadar itu hanya cerita novel, hanya di novel semua itu bisa terjadi, beda dengan dunia nyata, aku sih tak akan mau, karena cinta menurutku bisa saja tak pernah ada di kehidupan yang sebenarnya, jika cinta memang harus ada, bisa dipastikan hanya dimiliki oleh seorang ibu, rasa cinta pada anaknya sendiri, selain itu aku yakin tak ada lagi. Untuk persoalan cinta-cintaan anak remaja, menurutku itu hanya sebuah dorongan nafsu semata. Dan seumpama kalian memaksa tentang perasaan cinta memang ada selain cinta yang dimiliki oleh seorang ibu, mengapa bapak tidak ada disini bersama kami?? jika memang dia meninggal, apakah tuhan tidak cinta padaku? karena telah merenggut bapak dariku.

***

Jam dua belas siang, bedak yang menempel di wajah perlahan menipis, bau parfum refill eskada moon yang aku kenakan tadi pun kini bau nya sudah mulai memudar, hingga saat ini belum juga ada tanda-tanda akan kedatangannya, aku rindu aroma tubuhnya, novel yang aku baca, kini sudah tergeletak di lantai kamar, aku sudah mulai bosan.

Siang ini cuaca terasa sangat panas, mungkin sore akan turun hujan, celana jeans serta kaos kesayangan yang tengah aku kenakan aku tanggalkan, kini aku hanya mengenakan pakaian dalam saja, sambil berbaring menantikan kehadirannya.

Tak ada sesiapa di rumah ini, ibu sudah pergi sedari pagi tadi, berjualan kue keliling kampung yang tak ada liburnya, tadi ia sempat menanyaiku yang sudah terlihat cantik katanya, begitu mendengar penjelasan ku, ibu hanya berpesan untukku agar tetap bisa menjaga diri dan sikap.

Andai mas Rudi ada disini saat ini, mungkin kita akan menanggalkan baju bersama-sama, gilaaaaaaa fantasi macam apa ini? seperti adegan film biru yang pernah ku tonton saat masa SMP dulu. Iya aku mau jujur, aku pernah menontonnya sekali, aku rasa itu sudah cukup, cukup sekali seumur hidup.

Kini aku hanya bisa mesem-mesem sendiri, mengingat-ingat betapa bodohnya aku dulu yang mau diajak nonton film begituan. Tapi sepertinya aku juga harus mengucapkan terima kasih buat Putri dan Eva, berkat kalian, aku jadi tahu seperti apa alat kelamin laki-laki dewasa.

Angin perlahan masuk melalui lubang-lubang kecil dari dinding bilik bambu rumah ini, seakan siap menghantarkan rasa kantuk untuk ku yang tengah terbaring di atas ranjang.

Kesadaran ku sudah mulai menurun, langit-langit kamar yang sedang ku tatapi lambat laun makin memudar. Belum sempat mata ini terpejam karena kantuk yang begitu sangat, tiba-tiba aku merasakan kehadirannya berbaring tepat di sampingku.

Aku mencoba menggeleng-gelengkan kepala agar kesadaran ku kembali utuh, juga mencoba meyakini jika ini hanya mimpi. Dia tersenyum melihat apa yang sedang aku lakukan saat ini.

"Mas Rudi? "

Dia tidak menjawab apa-apa, lagi-lagi dia hanya melemparkan senyumannya yang manis, kemudian dia mendekap ku yang sedang tak memakai baju dan celana ini.

Aku terhanyut dalam pelukannya, hingga hal-hal yang belum pernah aku rasakan ia berikan dengan penuh kelembutan. Hal ini mutlak adalah hal terindah yang ada di dunia, begitu cepatnya aku menyimpulkan tentang apa yang tengah ia berikan pada ku kini.

Lalu aku tersentak, seperti baru bangun dari mimpi, dan aku sungguh dibuat kaget, ketika aku mencari mas Rudi yang sudah menghilang entah kemana, dan merasakan sesuatu yang berat menindih kedua paha ku, aku melihat ke bawah diantara kedua paha ini, di sana sudah ada seekor ular, yang kepalanya berada dekat dengan organ vital ku, dan badannya menjuntai ke bawah ranjang, aku tak tahu seberapa panjang ular itu, namun dari kepalanya yang besar, aku yakin ular itu sangatlah panjang.

Aku berteriak seketika karena kaget, aku yakin ini bukan lagi di alam mimpi. Ular tersebut memutar badannya, turun dari ranjang, dan keluar dari kamar ku yang memang pintunya tak aku tutup, hanya tertutup oleh gordyn saja. Aku tak berani untuk mengejar karena rasa takut yang teramat. Dan tiba-tiba....

Gordyn kamar kembali tersibak.

"Ada apa nduk?" Tanya ibu yang mukanya terlihat tegang.

"Ular bu, ular"

"Dimana????"

"Tadi sudah keluar, ularnya besar bu" kataku dengan terbata-bata mencoba untuk menjelaskan.

Ibu kembali ke luar kamar, sepertinya ia mencari dimana ular itu berada. Aku segera beranjak dari kasur, dan pergi menyusulnya. Ibu sedang berada di dalam dapur, dan keadaan dapur sudah terang oleh cahaya lampu neon.

"Gak ada nduk! kamu pasti mimpi"

"Enggak bu, aku lihat dengan jelas kok"

"Jelas gimana, wong kamarmu gelap gulita seperti itu!"

"Maksud ibu?"

"Ini sudah maghrib, dan ngapain kamu gak pake baju?"

"Anu bu.... tadi gerah"

"Makanya, ibu sudah sering bilang sama kamu, pamali tidur sore-sore!"

"Iya bu, maaf"

"Sudah cepat langsung pergi ke kamar mandi, sekalian kamu mandi, badanmu itu baunya sudah mirip wedus, nanti handuknya ibu ambilkan"

Aku menuruti apa yang ibu katakan, segera masuk ke bilik kamar mandi, saat aku menanggalkan semua pakaian dalam yang melekat di tubuh ini, dalam keadaan telanjang bulat aku mengusap kembali organ vital ku, terasa basah dan hangat, apa benar aku tadi hanya bermimpi??? tapi aku seperti tidak sedang bermimpi, pertanyaan demi pertanyaan mencuat dalam benak selama aku berada dalam kamar mandi, aku mencium bau melati yang sangat menusuk hidungku, bau yang sangat aku sukai saat ini, dan aku sadar, bau itu berasal dari cairan yang berada di sekitaran organ vital ku ini, aku mencoba untuk kembali meyakinkan diri, kembali mengusap dan menciumnya, ya bau ini, cairan ini bau sekali melati.

Dari dalam kamar mandi, aku mendengar suara ketukan dari pintu depan, "Ya tunggu" kata ibu yang suaranya terdengar sampai kesini.

Dan tak lama, ibu kembali

"Nduk, cepetan mandinya, Rudi sudah menunggu di teras depan, ini handuknya" kata ibu sambil menyerahkan handuk yang ada digenggaman nya.

SUAMIKU GENDERUWO (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang