Keputusan Author (Jeda Author)

24.4K 622 18
                                    

"yank kamu nulis lagi di wp? suamiku genderuwo kamu lanjutin? "

Itu yang pertama kali suami gue ucapkan ketika baru saja pulang dari kantornya.

"udah kamu bersih-bersih dulu, ganti baju, nanti aku bikinin mie instan, kamu makan, abis itu baru aku jelasin di kamar, sekalian aku juga mau tanya-tanya sama kamu sedikit."

"ya" Jawabnya singkat dengan nada yang lesu, mungkin dia lelah karena pekerjaannya di kantor, atau kecewa harus menunda mendengar penjelasan dari gue.

Setelah selesai membuat mie instan di dapur, gue masuk kamar terlebih dahulu, kemudian merebahkan diri di atas ranjang tidur sambil baca satu persatu komentar kalian semua di wp, mungkin kebanyakan dari kalian sudah sedikit lupa dengan alur ceritanya, maafkan gue yak.. jujur gue pun baru buka aplikasi wp beberapa minggu belakangan ini. Malahan gue sempet uninstal.

"gilak yank, kamu kasih cabe jablay nya kebanyakan di mie nya" Kata suami gue yang baru aja masuk ke kamar. Kemudian dia duduk di tepi ranjang, dari sini terlihat mukanya merah, dan keringat bercucuran dari keningnya, dan sesekali dia mengelap ingus yang keluar spontan dari hidungnya.

COWOK LEMAH!! Begitu gue bergumam dalam hati.

Kemudian dia ikut berbaring di samping gue. Badannya ia miringkan ke arah gue.

"Iya, aku lanjutin nulis suamiku genderuwo di wp "

Dia mengangguk perlahan dengan wajah yang penuh dengan keraguan.

"Kamu yakin? "

"Sure.. kenapa enggak"

"Terus kamu tadi mau nanya apa? "

"Kamu kan tahu, waktu Maryani koma dia dirawat di rumahnya pak Haji kan? "

"Koma yang kata kamu Sukmanya dia keluar dari tubuhnya?? "

"Iya"

"Iya terus? "

"Saat ibunya meninggal kan jasadnya di bawa ke rumahnya, kata orang-orang di sana yang ikut takziah, Maryani tuh sadar dan datang kesana? "

"Iya" jawab dia singkat.

"Kamu bisa ceritain gak bagaimana kondisinya Maryani saat itu yank? ekspresinya seperti apa, lantas ia bilang apa aja? "

Singkatnya, Anton suami gue ini berasal dari desa yang sama dengan Maryani, dia teman dekat Rudi, bisa dibilang teman sedari kecil, dan beberapa part cerita dari novel ini pun sumbernya dari Anton, terlepas dari benar atau tidaknya itu gue anggap sebagai pemanis saja,

"Waktu pertama datang ke rumah, aku lihat Maryani seperti orang mabuk, dia mirip orang linglung, datang dengan merangkak"

"Terus dia bilang apa? "

"Kalo itu aku kurang tahu sih yank, kamu tahu kan aku gak deket sama dia atau pun keluarganya, tapi aku lihat dia ngomong sama pak Haji, tau ngomong apa, pokoknya kayak orang linglung deh tingkahnya"

"Kalo ibunya Rudi gimana? "

"Wah kalo yang ini aku gak berani cerita banyak yank, takut. "

"Takut kenapa? "

"Intinya, dia ilang, raib, gak tahu kemana, di kampung gak ada,  di kota juga masih dalam pencarian kan"

Memang dari banyak cerita yang gue denger, ketika kita mengikat perjanjian dengan mahluk halus, ketika kita mati, itu sebenarnya tidak benar-benar mati. Jiwa dan raga kita akan dipaksa untuk melayani mereka, sebagai pengabdian dari perjanjian yang sudah kita buat sewaktu kita hidup dulu. Sampai kapan kita mengabdi, sampai ajal yang sebenarnya tiba, barulah kita bisa menghadap yang kuasa.

Tapi apa iya ibunya Rudi pun ikut membuat perjanjian dengan mahluk halus?

Sejujurnya gue menuliskan kisah ini bukan karena gue peduli sama Maryani atau pun sama keluarganya Maryani, malah gue kesel ma Maryani, gue muak aja lihat keseharian mereka, Maryani dan Suci.

Setelah membaca surat dari Suci kemaren, rasanya gue perlu melanjutkan apa yang udah gue tulis, dan harapan gue di mana pun sekarang loe berada semoga loe dimakan genderuwo yani!!!

SUAMIKU GENDERUWO (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang