Nasi uduk

37.8K 1.7K 128
                                    

"menurut kamu mbak cantik gak? "

"iya mbak, mbak Suci cantik kok"

"terus kalau kamu jadi laki-laki, kamu bakal suka gak sama mbak? "

"mungkin bisa suka, hehehe" jawabku sekenanya.

"mbak juga kalo jadi laki-laki pasti bakal suka sama kamu"

"makasih mbak"

"iya, semua laki-laki bakal tergoda sama payudara kamu yang besar dan ranum itu yan"

"maksudnya mbak? "

"eh gapapa, hehe"

"mbak gak dingin? " kataku dengan nada datar.

Dia mengangguk dan segera mengenakan handuk yang dia ambil dari dalam kamar mandi, aku kembali meninggalkannya. Aku tak mengerti seseorang yang pendiam seperti mbak Suci bisa berkata seperti tadi, maksud dari perkataanya apa aku tak tahu. Aku duduk di tepian ranjang basah yang ada di dalam kamarku sendiri, sambil menyiapkan seragam yang akan aku kenakan nanti, yang baru saja aku ambil dari dalam lemari pakaian. Aku mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan dari salah satu amplop yang tersimpan di dalam tas pinggang dan memasukannya ke dalam tas gendong yang akan aku bawa ke sekolah.

Dia kini sudah mengenakan seragamnya, dan handuk masih melilit di atas kepalanya. Di tangannya tergenggam kerudung berwarna putih. Dia berdiri di mulut pintu kamarku.

"yan, mbak udah selesai"

Aku mengangguk sambil tak lupa melemparkan senyum ke arahnya, sebisa mungkin sebagai tuan rumah, aku berusaha untuk bersikap ramah dan sopan, agar ia kerasan tinggal bersamaku.

Terdengar suara pintu depan ada yang mengetuk.

"kamu mandi aja yan, mbak yang liat, kayaknya itu bapak nganterin sepeda motor"

Aku mengangguk tanda setuju, dan segera pergi ke kamar mandi, ia terlihat tengah mengenakan kerudungnya, dan segera bergegas ke ruang tamu untuk membuka pintu depan.

Sedangkan aku, masuk ke dalan kamar mandi untuk buang hajat dan membersihkan diri. Selasai buang hajat, semua pakaian yang masih melekat di tubuh aku tanggalkan, tanpa ku sisakan satu helai pun. Dia kembali masuk ke dapur, dan terlihat di tangannya tergenggam sebuah bungkusan plastik.

"yan, ayok kita sarapan, mbak udah beli nasi uduk di warung depan"

"iya mbak, sebentar lagi selesai nih"

"kamu suka nasi uduk kan?

" iya mbak, malah jadi ngerepotin mbak Suci nih"

"gapapa yan" kata dia sambil mengambil beberapa piring yang tersusun di rak.

"tadi bener pak haji ya mbak? "

"iya yan"

Dia masih berdiri di sana, masih menatapku dari sana, aku kemudian jongkok dan segera mempercepat kegiatan mandi pagi ini, sedikit risih memang, karena ibuku sekali pun belum pernah rasanya menongkrongi ku yang sedang mandi. Dia terlihat curi-curi pandang sedari tadi ke arahku yang berada di dalam kamar mandi.

Lalu tiba-tiba dia membuka pintu kamar mandi, membuatku sedikit kaget dan kikuk. Aku yang sedang dalam posisi jongkok segera merapatkan lutut dan menutup kedua payudaraku dengan sebelah lengan.

"maaf mbak mau apa? "

"eh maaf yan, mbak mau cuci tangan"

"oh iya, sebentar ya mbak, aku pakai handuk dulu, ini udah selesai kok"

Dia mengangguk, dan sialnya dia hanya berdiam di mulut pintu kamar mandi tanpa menyingkir terlebih dahulu.

"maaf mbak saya mau ambil handuk"

Lagi-lagi dia hanya mengangguk, aku sih berharap dengan aku berkata seperti itu dia mau mengerti jika aku risih dengan berdirinya dia di sana. Namun dia masih saja diam di sana, menatapku dengan sorot yang tajam, memandangiku seakan-akan sebuah hal yang mengasyikan baginya. Entah dia pura-pura tak mengerti, atau memang benar tak mau mengerti, lantas apalagi yang harus aku katakan padanya, agar ia mau berpindah dari tempat ia berdiri sekarang.

"mau mbak ambilkan handuknya? "

Ya ampuuuuuuuun, mbak Suci yang aku hormati, bisa kah mbak memberi sedikit aku ruang saat ini???? kataku dalam hati yang penuh kesal kepadanya.

"gapapa mbak, aku bisa ambil sendiri"

Handuk itu menggantung tepat di belakang tubuhku, pada paku yang menempel di dinding. Mau tak mau aku harus bangkit untuk mengambil handuk tersebut, dengan cepat aku meraihnya, dengan tangan sebelah yang masih ku pakai untuk menutupi kedua payudara ku.

Siaaaaal dia masih menatap ku dengan pandangannya yang mampu membuatku kesal.

Segera aku melilit handuk ini menutupi payudara hingga ke tengah paha.

"permisi mbak aku mau lewat dulu" kataku dengan senyum yang masih aku lempar padanya.

Dia hanya menggeser tubuhnya sedikit ke samping, hanya ada sedikit celah untuk ku agar aku bisa keluar dari sini. Lagi-lagi dengan keadaan terpaksa aku harus menerobosnya, aku melewati tububnya dengan posisi berjalan menyamping, membuat kami kini dalam posisi saling berhadapan.

"emmmmm badan kamu wanginya enak" kata dia yang terlihat mengendus tubuhku yang berada tepat di hadapannya.

"makasih mbak" kataku yang tak bermaksud menimpali perkataan nya. Semua kata yang terlontar saat ini hanya kesertamertaan saja, yang ku maksudkan hanya sebagai bentuk penghormatan ku saja padanya.

Aku segera berjalan cepat ke arah kamar, untuk segera memakai pakaian yang sudah aku siapkan tadi. Setelah masuk kamar aku segera menguncinya, agar ia tak lagi mengganggu privasi ku, agar aku memiliki sedikit ruang untuk diriku sendiri. Setelah selesai berpakaian aku segera keluar kamar, dia sudah duduk di ruang tamu, sambil menyantap nasi uduk dalam piring yang tengah di tampa nya.

"ayo yan, sarapan, nasi uduknya lumayan enak" kata dia yang sedang menikmati nasi uduk yang ada di tangannya.

"iya mbak" aku ikut duduk di depannya, membuka bungkusan nasi uduk yang ku letakkan di atas piring.

"oya nanti aku jalan kaki aja mbak berangkatnya, mbak naik motor aja, soalnya kalau mbak harus antar aku dulu, nanti mbak harus muter lagi"

"kamu bisa bawa motor kan yan? " kata dia yang kini terlihat sedang menggigit gorengan bakwan.

"iya aku bisa mbak, tapi nanti pulangnya aku sedikit telat mbak, soalnya mau ada urusan dulu"

"yawdah gapapa, motornya kamu bawa aja, nanti mbak bisa jalan kaki pulangnya, motornya kamu pake aja dulu"

"gak usah mbak"

"gapapa, atau mau mbak anter nanti, memangnya kamu mau kemana? "

"aku mau ke pasar sih, mau belanja buat nanti masak, yawdah nanti aja deh aku jemput mbak dulu"

"yasudah gimana enaknya kamu saja, oya yan, untung tadi subuh pak haji sudah benerin pipa air nya ya, jadi kita bisa mandi"

"hehe iya mbak"

"bayangkan kalau ternyata pak haji belum benerin pipanya, pasti kita gak mandi deh berangkat sekolah"

"iya mbak, gak bisa aku bayangin, betapa bau asemnya aku"

"kamu asem juga enak kok"

"maksud mbak Suci apa??? "

"eh gapapa yan, coba kalau pak haji gak benerin tadi, bisa-bisa kamu mandi di sungai lagi deh kayak kemaren sore, mana sepi ya"

Eh tunggu... tunggu dulu...... dari mana dia tahu aku waktu kemarin mandi di sungai??????????????????????

SUAMIKU GENDERUWO (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang