🐧Chapter15🐧

1.4K 85 2
                                    

SELAMAT MEMBACA

"Mbak, beri waktu kita seminggu untuk mencari uang buat membayar semua hutang istri saya, Mbak," timpal mas Stiven tersirat kesedihan.

"Beribu maaf Mas Stiven. Tapi, kelakuan istri Anda sungguh sudah sangat keterlaluan, kami sebagai tetangga merasa diinjak-injak ketika dia mulai bersikap merendahkan. Tapi dengan tak tau dirinya, dengan pedenya dia malah bergaya dengan uang hasil kerja keras kami selama ini. Jadi saya tak ingin tawar menawar lagi, saya dan suami saya ingin uang itu di kembalikan, kita lagi membutuhkan uang itu sekarang." balas Yaya agar mas Stiven paham akan buruknya kelakuan istrinya itu.

Katakan lha Yaya naif pada saat itu, karena telah meminjamkan uang pada orang yang salah. Tapi pada saat itu, alasan yang mbak Lala pakai sangat lha banyak dengan di taburi wajah yang sangat menyedihkan, yang membuat ia iba lalu kecolongan karena telah memberi hutang pada orang berperangai buruk seperti wanita tak tau diri itu.

Mas Stiven menghela napas panjang. "Dek! Emas kamu dijual aja ya buat bayar hut- ...,"

"Nggak! Nggak mau! Dan nggak akan pernah mau!! Aku mending rumah ini dijual dari pada merelakan harta kebanggaanku hilang hanya untuk membayar hutang pada tetangga kurang akhlak ini," potong mbak Lala pada saat suaminya memberikan ide yang takkan pernah mungkin ia lakukan.

"Tapi Dek, nanti kita akan tinggal di mana?" tanya mas Stiven dengan wajah frustasi.

"Seterah elo mau tinggal di mana! Kalo gue mah bebas! Karena bentar lagi kita akan CERAI!"jawab Mbak Lala dengan menekan kata akhir dan menghilangkan kesopanannya pada mas Stiven.

Kenapa cerai lagi? batin Mas Stiven benar-benar merasakan kesedihan.

"Bagaimana Mbak Lala? Udah nemu keputusan akhirnya?" tanya Yaya karena tak tega melihat kesedihan yang terpancar dari wajah tampan mas Stiven.

"Fix, kita sumbangkan tanah dan rumah ini pada tetangga gak ada akhlak ini, Stiv!" ucap Mbak Lala spontan sambil melangkah pergi menuju kamarnya untuk mengambil sertifikat tanah dan rumah untuk di berikan pada Yaya.

"Dek jangan, Dek!" Mas Stiven mengikuti mbak Lala masuk kamar mereka untuk mencegah apa yang istrinya lakukan itu.

"Kasian mas Stiven nya, Mas," lirih Yaya pada suaminya.

"Hmm." balas mas David tak peduli.

Tak memakan waktu lama, Mbak Lala kembali dengan tangan yang membawa 2 map berisi sertifikat tanah dan rumah.

"Nih makan! Gue gak butuh! Di sana udah ada tanda tangan gue, gantian lo yang tanda tangani. Lalu biarkan gue pergi tanpa membawa masalah ini sampai larut-larut!" Mbak Lala membanting map tadi ke atas maja.

"Terima kasih. Mulai besok kalian berdua bisa langsung pergi, atau nggak kalo kalian masih mau tinggal di sini, bisa saja saya izinkan tapi dengan syarat membayar 1.5 juta perbulan,"

"Najis! Detik ini juga gue pergi dari lingkungan biadab yang mempertemukan gue dengan orang sialan kayak lo, Yaya!" ketus Mbak Lala langsung berlari pergi meninggalkan rumahnya ke sembarang arah tanpa membawa apa-apa selain tas yang berisi emasnya.

"Dek jangan pergi, Dek!" Mas Stiven mencoba mengejar mbak Lala yang semakin menjauh. Tapi mbak Lala mengabaikannya karena 2 hal.

Pertama, dia tidak ingin hidup miskin membelenggu separuh hidupnya dengan bersama pria yang tak memiliki harta banyak. Kedua, sewaktu di kamar tadi Mbak Lala memaksa mas Stiven menalaknya. Dengan barat hati Mas Stiven mengiyakan dan bercerai lha mereka berdua, karena paksaan mbak Lala tadi jika tak di kabulkan keinginannya, wanita itu memilih bunuh diri, karena benar-benar tak sanggup hidup tanpa gaya yang membutuhkan banyak biaya.

Barakhirlah kisah seorang tetangga yang penuh gaya dengan perceraiannya yang mengiris hati MANTAN suaminya.

***

Horeee cerita mbak Lala selesai, siapa yang senang? Gak ada ya, hehehe.

Next part, gantian Malampir, horeeeeeee!!!!

Ada yang nungguin? Enggak ya, hehehe. Kan updatenya sehari banyak banget.

1 hari ini telah update 5 part, hehehehe hebat banget😂😂😁

Typo bilang ya

Lelah √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang