🐧Chapter05🐧

1.3K 96 3
                                    

SELAMAT MEMBACA

||🐧Chapter05🐧||

Pagi harinya.

"Waaah, ternyata di sini ada yang masak tah? Heum, pantasan baunya sampe rumahku." ucap mbak Lala yang masuk entah lewat mana sampai bisa ke dalam dapur Yaya. Yaya yang sedang masak sambil menggendong Olga pun tak banyak melakukan pergerakan saat tangannya sedang mengaduk sayur dengan spatula.

"Ja-jangan Mbak, belum matang!" larang Yaya karena tiba-tiba tangan mbak Lala akan mengambil sayur pepaya yang masih ia masak.

"Masak pake pepaya doang pelit banget sih kamu tuh, Mbak," cibir Mbak Lala dengan senyum paksa di bibirnya.

"Sayurnya belum matang Mbak," lirih Yaya.

"Yaudah deh Mbak, kalo gitu, nanti aku minta aja ya kalo dah mateng. Aku pulang dulu mau mandi, belum keramas soalnya sejak kemarin," ucap mbak Lala sambil beranjak pergi, namun saat kaki wanita itu melangkah meninggalkan Yaya yang hanya bisa meliriknya saja, wanita jelek rada sok yes a.k.a mbak Lala menoleh kembali ke belakang. "Eh, Mbak Yaya! ada shampo nggak!?"

Yaya mengangguk. "Ada Mbak, zink tapi," jawabnya tentang merek shampo yang sering ibu mertuanya pakai.

"Astaga 2020 masih pake zink? Murahan banget sih perawatan rambut Mbak Yaya tuh, dih." balad Mbak Lala bergidik jijik sambil mencepol asal rambutnya yang berantakan, karena wanita itu baru bangun tidur.

Yaya hanya terdiam malas menanggapi ucapan mbak Lala.

Sudah bisa dikatakan lama Yaya tinggal bersebelahan dengan mbak Lala. Tapi entah kenapa ia masih saja ia betah hidup di sana.

"Mbak Yaya, aku minta uang 10.000 dong buat beli shampo sama jajan di mang Dedi," pinta mbak Lala seperti anak meminta pada ibunya untuk membeli makanan ringan di penjual sayur keliling.

Yaya merogoh sakunya lalu ia berikan kepada mbak Lala uang selembar yang ia ambil asal tadi. "Masukin ke daftar bon ya, Mbak." ucapnya lirih, takut mbak Lala tersinggung.

"Yak elah, 2020 sama tetangga aja masih pelit. Main-main ke gunung sana! Liat-liat, gimana solidaritas semut berbagi makanan," cibir Mbak Lala sambil merebut kasar uang yang Yaya sodorkan tadi.

Yaya mengangguk. "Iya, besok saya mau main ke gunung, sekalian tinggal di sana. Biar bisa bergabung langsung sama makhluk yang emang ada otaknya tapi di takdirkan tidak berakhlak,"

"Ngelunjak ... ngelunjak, dasar sok pinter!" Saat mbak Lala mau kembali ke rumahnya Yaya tiba-tiba membalas ucapannya lagi.

"Saya emang pintar, Mbak. Ranking 1 terus dari paud sampe kelas 2 SMA."

"Kamu emang pinter dibidang pelajaran. Tapi, kamu bego dibidang pertetanggaan, dasar pelit!" ketus Mbak Lala lalu langsung pergi begitu saja.

"Yaya! Cepat selesaikan masakan kamu! Jangan buat aku menunggu sampai mati kelaparan!" perintah bu Mala dari ruang tv.

"Iya Bu!"

Di ruang tamu, bu Mala sedang duduk santai sambil bermain ponsel bermerek advan dengan kedua kaki naik ke atas meja.

"Ya ampun, pingin banget deh beli nih baju, seksi-seksi gimana gitu. Ullala, bakalan dilirik pak Santoso nih aku kalo pake baju kayak gini." ucap bu Mala saat sedang melihat-lihat status WA temannya yang jadi olshop.

"Nak! Anakku sayang, David! Sini, Nak!" panggilnya pada suami menantunya yang baru selesai mandi.

"Iya Bu, ada apa?" tanya mas David dengan tangan yang masih mengeringkan rambut menggunakan handuk.

"Minta uang 200 ribu Nak, buat beli baju baru," pinta Mala tanpa beban.

"Uang David tinggal 250 ribu Bu, itu pun buat istri David,"

"KAMU MAU DURHAKA SAMA IBU, IYA!?" bentak bu Mala marah, karena anaknya lebih mementingkan menantu sialnya itu.

David menggeleng cepat, lalu buru-buru berlari ke kamarnya untuk mengambilkan ibunya uang.

"Ibu kan bulan lalu udah beli baju, masa beli baju lagi bulan ini?" sahut Yaya yang baru menyelesaikan masaknya.

Mala melirik sinis menantunya tanpa membalas ucapan Yaya, karena anaknya sudah menyahutnya terlebih dahulu.

"Gak papa, Yank. Yang penting kita nggak jadi anak durhaka yang nggak memenuhi permintaan ibu." sahut mas David sambil memberikan uang 200 ribu pada ibunya.

"Dengerin tuh kata suami kamu!" ketus Mala.

Yaya menghela nafas panjang sambil melirik tangan David yang masih memengang uang 50 ribu. "Mas! Itu uangnya buat aku sini, buat beli susu Olga," pinta Yaya tapi langsung Mala sahut.

"Gak usah! Kamu ada asi kan? Uang itu buat beli kebutuhan dapur. Mau gak makan kamu?" tanya Mala menyengak Yaya sambil menyambar kasar sisa uang yang di pegang mas David.

"Tap- ...,"

"Udah ah. Ibu mau makan, David ceramahin tuh istri kamu!" suruh bu Mala lalu bangkit untuk menuju ruang makan, guna mengisi perutnya dengan sarapan yang dibuat menantu sialnya itu.

Sepeninggalannya bu Mala, mas David menceramahi istrinya panjang lebar atas perintah ibunya, sampai membuat Yaya pusing sendiri di buatnya.

~~~

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA♡

Lampung, 15 April 2020

Lelah √Where stories live. Discover now