🐧Chapter01🐧

3.6K 151 4
                                    

SELAMAT MEMBACA

||🐧Chapter01🐧||

"Dasar tak tahu diri, bisanya nyusahin saja!"

Bibirnya terkunci rapat tatkala hardikan ibu mertua terus mengarah padanya. Matanya sudah mati rasa untuk mengeluarkan air lagi, karena setiap hari yang ia dapatkan adalah perilaku dan ucapan kurang menyenangkan dari Bu Mala- Ibu mertua toxic.

Yaya Almira, wanita cantik berumur 27 tahun yang telah memasuki tahun ketiga pernikahannya dengan mas David- anak Bu Mala dan juga telah dianugerahi seorang buah hati bernama Olga Ananda yang masih berumur 7 bulan.

Pagi ini, entah dosa dan kesalahan apa lagi yang Yaya perbuat, wanita itu kembali mendapat semprot mulut jahanam Bu Mala. Padahal saat mulut Bu Mala mulai berkicau mengatakan ia tak berguna, baru beberapa jam lalu Yaya selesai membuat sarapan untuk keluarga ini termasuk suaminya yang telah berangkat kerja. Ia juga sudah mencuci semua pakaian kotor sendirian, juga beberes rumah dari latar belakang sampai depan. Tak tahu diri dari aspek mananya Yaya itu?

Padahal jika peneliti megadakan survei  orang-orang nyusahin di dunia ini, wanita berumur hampir 50 tahun itu akan unggul dengan peringkat pertama. Bagaimana Bu Mala bisa terlepas dari kata nyusahin dan nggak tahu diri, kalau wanita itu saja masih menumpang tinggal di bawah atap rumah yang Yaya miliki sejak 5 tahun lalu, artinya saat belum menikah dengan mas David dulu, Yaya sudah sangat mandiri.

Sungguh, jika bukan karena Yaya mencintai semua orang yang berada di bawah atap rumahnya ini, ia tak mungkin bisa bertahan selama ini. Terlebih, sikap Mas David juga cukup menyebalkan sebagai suami, karena pria itu tak tegas sama sekali untuk bisa menjadi imam yang baik untuk keluarga kecilnya.

Mas David sungguh akan sangat menyebalkan jika sudah bersama Bu Mala, bisa dibilang mas David itu budaknya Bu Mala, karena apapun yang wanita tua itu katakan dan pinta selalu mas David iyakan, karena pria itu cukup hormat pada sang ibu tercinta sampai-sampai tak pernah membantahnya.

"Pergi sana dari hadapanku! Jika bisa, sekalian saja kau pergi dari hidupku dan anakku dengan membawa anak sialanmu itu!" usir bu Mala dengan memberikan tatapan dan ucapan tajam pada Yaya.

Yaya hanya mengangguk pelan, tak baik menanggapi ucapan keji ibu mertuanya. Ia lalu benar-benar pergi, tapi pergi ke teras depan rumahnya untuk menghirup udara yang tak segar-segar banget. Sesampainya di teras depan rumah, ia melihat tetangga yang toxicnya tak jauh beda dengan ibu mertuanya sedang memamerkan deretan emas asli yang lebih dari 5 gram di depan para tetangga kompleks yang sedang lalu-lalang melewati rumahnya dan juga rumah mbak Lala-- tetangga toxic tadi.

"Aduh Mbak Saroh ..., hari ini panas banget ya?" tanya mbak Lala sembari mencepol rambut secara asal yang aslinya guna memamerkan kalung emas 7 gram pada mbak Saroh yang baru kembali setelah mengantar Dopit (anak mbak Saroh) ke sekolah dengan tangan yang memegangi stang motor butut untuk di dorong karena mogok kehabisan bensin saat baru saja akan memasuki kawasan rumah rada elite ini. "Eh Mbak, itu motor apa kabar? Bukannya dinaikin kok malah di dorong gitu? Gak ada uang buat beli bensin ya? Ck-ck, kasihan banget sih ya ampun." Sambung mbak Lala sambil melipat tangan ke dada dengan mulut menyungging sebelah, karena bangga telah berhasil membuat teman 1 gengnya sendiri terinjak-injak harga dirinya di depan orang-orang yang sedang lalu-lalang.

Hal saling injak-menginjak harga diri ini sudah sangat lumrah di geng yang ibu-ibu kompleks daerah sini dirikan. Geng aneh yang isinya hanya saling pamer kekayaan tidak peduli mereka mendapatkan uangnya dari mana, Yaya tak tahu dan sedikit bingung karena hal itu. Pasalnya, para suami yang ada di kompleks ini kerjanya banyak yang tak wahhh sampai bisa menghasilkan uang banyak secara cepat.

Lelah √Where stories live. Discover now