Part 11: Boldness

10K 1.5K 290
                                    

Namjoon tahu sejak awal dia pastinya akan menghadapi sesuatu yang tidak terduga di hari Seokjin mengajukan lamaran untuknya dan 'memaksa'nya untuk menikah dengan Pangeran kedua itu.

Akan tetapi Namjoon tetap merasa sedikit terkejut ketika akhirnya dia tahu bahwa masalah yang dihadapi Seokjin adalah masalah politik. Keluarga kerajaan memang selalu berada dalam bahaya karena tidak semua orang menyukai Raja mereka, tidak peduli sebaik apa sang Raja dan juga anggota keluarga kerajaan yang lain, akan tetap ada yang menginginkan mereka mati.

Ketika Namjoon menjadi Jenderal, ada banyak rahasia militer dan juga rahasia keluarga kerajaan yang dipercayakan padanya. Namjoon adalah orang yang mengatur keamanan kerajaan ini dan juga keluarga kerajaan, Pangeran Sejong sendiri pernah mengatakan pada Namjoon bahwa pekerjaan sebagai Pangeran adalah pekerjaan berat yang mengancam nyawa.

Namjoon tahu, karena dia bersama dengan pasukan khususnya beberapa kali mengurus orang-orang yang ingin mencelakai keluarga kerajaan. Hanya saja Namjoon tidak tahu bahwa ternyata terror untuk keluarga kerajaan juga datang dari kaum bangsawan, orang-orang yang sangat dekat dengan mereka.

Hari ini adalah awal dari serangkaian tur untuk merayakan hari pernikahan Namjoon dan Seokjin. Namjoon sudah selesai bersiap-siap dan jujur saja, dia merasa sedikit aneh saat akan pergi keluar istana untuk acara resmi namun tidak memakai seragam dinas kemiliterannya.

Seokjin duduk di sisi lain ruangan, dikelilingi dua pelayan pribadi dan mereka sedang mengurus penampilan Seokjin. Seokjin terlihat tengah tertawa dan kembali berbicara dengan serius pada dua pelayannya.

Ada hal lain yang Namjoon temukan dalam diri Seokjin sejak mereka mulai tinggal di kamar yang sama dan itu adalah Seokjin yang tidak pernah dingin pada pelayan pribadinya. Seokjin akan menyapa mereka, menanyakan kabar keluarga mereka, dan mengobrol seolah mereka adalah teman lama.

Seokjin tidak memperlakukan mereka sebagai orang-orang yang lebih rendah darinya, dan itu membuat para pelayan pribadi Seokjin melayaninya dengan tulus, kadang Seokjin tidak perlu mengatakan apapun, pelayannya akan segera menyiapkan kebutuhan Seokjin tanpa bertanya.

Namjoon berjalan menghampiri Seokjin dan pelayan Seokjin yang sebelumnya tengah menyisir rambutnya tersentak kemudian bergerak menjauh. Namjoon berdiri di belakang Seokjin, "Kau sudah siap?"

Seokjin tersenyum kecil, "Hu-uhm, kurasa begitu." Dia tersenyum pada pelayannya yang memperhatikan mereka, "Kurasa aku sudah terlihat menawan untuk tur hari pertama ini." Seokjin tertawa, "Kalian semua bisa pergi. Terima kasih."

Para pelayan Seokjin menggangguk dan segera berjalan keluar dari kamar Seokjin. Seokjin menunggu hingga dia mendengar suara pintu yang ditutup sebelum kemudian menoleh kepada Namjoon. Namjoon berdiri di sebelahnya, kedua tangan di sisi tubuhnya dan dia berdiri dalam jarak aman dari Seokjin.

Seokjin mendesah pelan, "Kau tahu, kita sudah menikah dan jika kau sekaku ini saat berada di dekatku, orang-orang akan mengira kita sedang mengurus perceraian."

Dahi Namjoon berkerut, "Huh? Apa maksudnya?"

Seokjin berdiri dan berhadapan dengan Namjoon, "Ini tur untuk merayakan pernikahan kita." Seokjin menggerakkan tangannya dan menuding jarak di antara tubuh mereka, "Dan apakah jarak seperti ini terlihat umum untuk pasangan baru? Kurasa tidak."

Namjoon memperhatikan jarak di antara dia dan Seokjin, "Lalu apa yang kau sarankan?"

Seokjin menggigit bibir bawahnya, terlihat gugup. "Aku tahu pernikahan ini agak aneh dan tidak biasa, tapi Namjoon, kurasa kau harus sedikit lebih 'hangat' padaku ketika kita berada di depan orang lain."

Régalien Wedding [ ON HOLD ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt