Bab 25

3.3K 143 7
                                    

Setiap tanya pasti ada jawabnya,
hanya saja kita tak pernah tau kapan waktunya tiba.

🍃

Hujan yang semula turun amat derasnya perlahan mulai mereda, hanya menyisakan rintik-rintik dari sebagian awan hitam yang masih bertahan di langit. Ternyata benar apa kata orang, jika yang menurunkan hujan adalah awan hitam maka hujan akan turun deras namun singkat, sementara awan putih sebaliknya.

Sungguh, gadis itu tak pernah sekalipun peduli mengenai hujan kecuali hari ini.

Gravie masih melangkah beriringan bersama cowok yang telah basah kuyub itu, tangannya ia biarkan tetap berada di dalam genggaman Derry yang selalu dingin. Cowok itu pun sama, mungkin kehangatan dari tangan gadis itu dapat sedikit mengurangi rasa dingin di tubuhnya.

Mereka melintas di antara cela sempit bangunan rumah-rumah penduduk, aroma lembab, serta tanah yang penuh dengan genangan air membuat Gravie diam-diam memasang ekspresi tak nyaman.

Gerombolan anak kecil dengan pakaian basah dan kotor berlarian berpapasan dengan mereka. Berhubung jalan tidak begitu lebar, tanpa sengaja anak-anak tersebut menyenggol Gravie yang seketika berdecak sebal.

Derry menahan senyum ketika menangkap reaksi gadis itu. "Mereka tahu caranya nikmatin hidup," katanya tiba-tiba.

Gravie langsung menoleh.
"Hah, maksudnya?"

"Orang-orang yang masa kecilnya dihabiskan dengan main timezone kaya lo nggak bakalan paham." Sebelah sudut bibir cowok itu tertarik.

Gadis itu memicingkan mata sesaat, kemudian kembali menatap jalanan.
Setekah keluar dari perkampungan tadi, mereka menemui gang kecil yang kemudian membawa keduanya ke sebuah jalanan yang lumayan ramai.

Gravie menoleh ke kanan kiri bingung, "Loh kalo endingnya bakal ngelewati jalan ini juga, kenapa harus susah-susah muter ke perkampungan tadi coba?"

"Biar nggak diikuti."

"Diikuti? Siapa juga yang mau ngikutin, kaya artis aja."

Mereka kemudian berbelok memasuki sebuah gang panjang yang lebih mirip sebuah lorong, kedua sisinya ditutup tembok yang menjulang cukup tinggi.

Gadis itu melirik Derry yang terus menatap ke depan, keraguan tiba-tiba menyelimuti hatinya. "Kita sebenarnya mau kemana sih?"

Cowok itu tak menjawab.
Langkah mereka kemudian terhenti ketika berada di tengah gang. Derry melepas genggamannya, lantas menghadapkan tubuhnya pada Gravie yang tampak terus melirik ke sekitar tak nyaman.

"Siapapun bisa jadi musuh di dunia ini, lo nggak akan pernah tau. Maka selalu waspada lah.." ucap cowok itu entah bermaksud apa.

Ia menelan liur menatap wajah datar Derry, pikirannya berkecamuk mengartikan perkataan yang baru saja didengarnya.

Siapapun bisa jadi musuh?
Maksudnya apa? Tunggu, Derry--jangan bilang... gue dijebak?

"Termasuk lo?" tanya Gravie menahan napas.

Senyum menyeringai itu kembali terlihat, Derry maju satu langkah mendekati gadis itu. Sontak Gravie bergerak mundur.

"Kenapa, lo takut?"

Gadis itu menggeleng.

"Tapi ekspresi lo nunjukin sebaliknya."

Sial.

Cowok itu kembali melangkah maju, tangannya terulur menyentuh pipi kiri Gravie. Menatap wajahnya sesaat kemudian kembali melepaskannya.
Ekspresi Derry berubah kembali tak peduli seperti biasanya.

DERRY : manusia tanpa cinta [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora