20 - Hug

379K 46.9K 11.2K
                                    

Happy Reading 🖤
_________

Kaki Chrisa mulai lelah, sudah terhitung 30 menit ia berjalan di trotoar. Lalu lalang mobil, sepeda motor, dan kebisingan lain mengganggu telinganya. Jalanan terlihat cukup padat.

Di perpustakaan komik, Chrisa dan Alvero bertengkar karena masalah yang menurut Chrisa sepele. Chrisa hanya bertanya mengenai perasaan cemburu yang harus ia miliki kepada Alvero dan Alvero sangat marah akan itu. Sangat konyol. Perasaan cinta saja tidak punya, bagaimana bisa tiba-tiba Alvero menyuruh Chrisa memiliki perasaan cemburu? Bukankah cemburu sangat berhubungan dengan cinta itu sendiri?

Berkali-kali Chrisa ingin menangis karena Alvero sangat kejam padanya. Kaki Chrisa sangat linu, dan kos tempatnya tinggal masih jauh. Butuh waktu lebih dari tiga jam jika berjalan kaki.

Bukannya bodoh karena tidak memesan ojek online atau taxi, namun, Alvero sengaja merampas dompet dan handphone miliknya. Katanya untuk menghukum karena sudah membuat Alvero kesal dan sakit hati. Sangat tidak masuk di akal Chrisa.

Semakin dipikirkan, semakin membuat Chrisa kesal. Gadis itu terdiam. Menunduk. Kedua matanya memperhatikan kedua kakinya yang sangat lelah. Bahkan, jari kelingking Chrisa sudah lecet. Ia tak pakai sepatu kets, ia memakai sandal selop berbahan acrylic.

"Alvero jahat banget," lirih Chrisa. Gadis itu menahan dadanya yang sesak.

Chrisa menoleh ke kanan dan ke kiri. Sepi. Tidak ada pedagang kaki lima, tidak ada pejalan kaki seperti dirinya, rasanya semakin menyesakkan karena Chrisa merasa seolah dirinya sendiri.

Chrisa terduduk, ia berjongkok, menutup wajahnya dengan kedua tangan. Chrisa menangis sesenggukan. Ia lelah berjalan, ia juga sedih karena tidak tahu kesalahan fatal apa yang ia lakukan sampai membuat Alvero marah dan menghukumnya begini. Ia juga tidak paham kenapa ia harus dihukum?

Kenapa Chrisa bisa setakut itu kepada Alvero, kenapa ia selemah itu bahkan untuk melawan dan mengatakan tidak. Chrisa sangat bodoh karena hanya menurut perintah Alvero. Kenapa? Pertanyaan yang berputar di otaknya. Banyak pertanyaan kenapa yang tidak bisa ia jawab.

Sadar tidak ada yang memperhatikan, Chrisa semakin keras menangis. Dadanya sesak. Ia ingin hidup tenang, tapi Alvero selalu datang untuk mengacak-acak keinginannya.

"Alvero jahat banget sama aku hiks.. salah aku di mana? Kenapa dia jahat banget?"

Tak lama, sepasang kaki berdiri tepat di hadapan Chrisa. Ia bisa mengenali siapa pemilik sepatu mahal itu. Ia mendongak, melihat Alvero yang tengah berdiri angkuh di depannya dengan melipat kedua tangan.

"Gue emang jahat! Dasar cengeng!"

Chrisa semakin keras menangis. Ia kesal, marah, sedih, semuanya menjadi satu. Rupanya Alvero dengar celotehannya.

"Berhenti nangis nggak? Gue tinggal beneran nih!"

Chrisa masih menangis, ia menggeleng, kemudian berdiri dari jongkoknya. Posisinya sudah seperti sedang menyembah Alvero saja, jadi ia putuskan untuk berdiri dan mengusap air mata di kedua pipinya.

"Ka..kamu hiks, nggak beneran pergi?" tanya Chrisa masih terisak.

"Emang lo pikir gue setega itu biarin lo jalan kaki sejauh itu?"

Silhouette [End] Where stories live. Discover now