Chap 27

1K 163 177
                                    

Chaewon menyalakan lampu untuk menerangi rumahnya, lalu berjalan masuk, begitu pula dengan Felix yang mengikutinya dari belakang. Kesan pertama yang Felix tangkap dari rumah Chaewon adalah sangat minimalis. Suasananya pun tak jauh berbeda dari rumahnya.

Sampailah mereka diruang tamu. Mata Felix langsung menangkap suatu sosok layaknya boneka, ia hanya diam terduduk disofa, menatap TV yang sudah sangat rusak. Mulai dari sini, Felix mengerti bila diruangan ini adalah suasana yang paling mencekam dan paling suram. Bahkan lampu pun tak ada, penerangan hanya ada dari jendela dan sebuah TV yang suaranya begitu memekakkan telinga.

"Eomma (ibu)... Aku pulang. Dia temen aku, aku bawa kesini karena dia terluka. Mohon izinnya" ucap Chaewon seraya menunduk, dan tentu saja, ucapan Chaewon sama sekali tak direspon, bahkan hanya sekedar kedipan mata. Melihat hal tersebut, Felix pun ikut menundukkan tubuhnya untuk memberikan kesan sopan, meskipun ia tak tahu apakah orang didepannya itu benar-benar akan meresponnya. Yaa, Felix memang sudah tahu semuanya tentang kondisi ibu Chaewon, namun ia tak mengira ibunya benar-benar tak merespon sama sekali. Tak lama kemudian, Felix menyadari bila aroma diruangan ini sangat tak asing. Aroma melati... aroma ini benar-benar mendominasi di dalam sebuah ruangan yang begitu sederhana. Apakah penyebab aroma tubuh Chaewon karena ruangan ini yang begitu didominasi oleh wangi bunga melati? Bisa jadi.

Chaewon kembali menegakkan tubuhnya, begitu pula dengan Felix. Ia pun melangkah menuju sebuah pintu kayu yang tampak begitu simple. Felix bisa menebaknya bahwa itu adalah kamar Chaewon. Chaewon pun memutar kenop pintu tersebut, setelah itu ia mengalihkan pandangannya ke Felix yang tak bersuara sama sekali.

"Kamu bisa tunggu dulu disini, biar aku bawain obat-obatan dulu" Felix hanya mengangguk menurut dan menjalankan perintah dari Chaewon. Setelah itu Chaewon pun menutup pintunya dan ia pun segera mencari obat-obatan, begitu pula alat-alat lainnya, tak lupa ia mencari baju untuk ganti Felix, tak mungkin Felix tidur dengan baju seperti itu. Ia pun memutuskan untuk mencari baju mendiang ayahnya yang telah lama ia simpan di dalam kamar kedua orang tuanya.

.

.

.

Felix pun duduk dilantai, ia tak mau mengotori kasur Chaewon dengan tubuhnya yang kotor ini.

"Akkh!" rasanya lukanya terbuka kembali, padahal saat Chaewon menjatuhkannya rasa sakitnya tak terlalu sakit, mungkin karena sudah ia diamkan selama 4 bulan? Felix hanya bisa menghela nafasnya, ia tadi sempat berpikir untuk kembali ke markas SKZ, atau ke rumah Bangchan, namun... rasanya akan aneh bila ia kembali dengan keadaan seperti ini, setelah sekian lama tak berkumpul. Jadi ia memutuskan untuk ikut kepada Chaewon, ia sudah terlalu merepotkan teman-temannya dan juga Bangchan, namun kini pun ia juga merepotkan Chaewon. Ahh, rasanya hidupnya selalu menyusahkan orang lain, itulah yang membuat dirinya sangat tak menyukai dirinya sendiri.

Setelah melamun, Felix pun lama-lama memerhatikan isi kamar Chaewon. Kamarnya begitu sederhana, tak seperti kamar kebanyakan perempuan yang biasanya Felix liat di anime-anime yang ia sering tonton. Mungkin kenyataannya memang seperti ini ya? Kamarnya polos, tak ada boneka lucu, atau pun lampu kamar hias yang menggemaskan. Hanya ada bantal dan kasur ber-spring bed putih, dan meja belajar yang begitu polos. Meja belajarnya pun juga hanya terisi dengan buku-buku pelajaran dan alat tulis lainnya, dan buku bahasa inggris yang diberikan Felix. Rasanya... sangat murni, seperti tak ada hal lain seperti hobinya, atau poster-poster dikamar ini, namun rasanya sangat nyaman.

"Maaf lama" suara Chaewon pun menyadarkan Felix. Segera, netra mereka pun saling beradu, namun Chaewon malah terlihat agak terkejut dan... kesal?

"Kok kamu duduk dibawah?" tanya Chaewon dengan nada kesal dan khawatir.

"Ah- i-itu... Aku takut nanti ngotorin kasur kamu" jawab Felix setengah terkejut. Chaewon mengenduskan nafasnya kasar dan sedikit menggembungkan pipinya. Astaga, mengapa ia melakukan hal itu, Felix yang melihatnya malah tersenyum gemas, senyuman yang begitu tipis hingga tak disadari oleh Chaewon.

"Kamu kan lagi luka, ayo ke kasur dulu, terus lepas baju kamu" Felix membelalakan matanya ketika Chaewon berucap seperti itu, pelakunya pun langsung tersadar akan ucapannya. Seketika wajah mereka berdua memerah.

"Maksudnya ap—"

"Kamu jangan salah paham! Aku mau obatin luka-luka kamu ya! Pokoknya jangan mikir macem-macem!" Chaewon memotong perkataan Felix dengan rasa panik. Tentu saja, bagaimana ia bisa berkata seperti itu kepada laki-laki? Sungguh memalukan, bahkan ia pun jarang berbicara dengan perempuan.

Felix hanya termenung, ia terpaku akibat ucapan Chaewon yang begitu cepat dan sangat kencang. Namun tak lama kemudian, ia pun tersenyum dan tertawa. "Hahahaha, iya iya, tau kok" ujar Felix sembari tertawa, padahal ia juga barusan berpikiran aneh, namun untung saja pikirannya tidak kenyataan.

Akhirnya Felix menuruti apa kata Chaewon. Ia pun berdiri, sambil Chaewon bantu, ia mengetahui bila tubuh Felix pun penuh luka. Setelah Chaewon amati, baju Felix rupanya robek diantara bekas darah yang terlihat sudah lama, entah mengapa, namun Chaewon akan mengeceknya.

Ngomong-ngomong, Chaewon cukup ahli tentang pengobatan, cita-citanya ingin menjadi dokter, agar suatu hari nanti, mungkin ia bisa menyembuhkan ibunya, ia sangat berharap tentang itu.

Sudah sampai mereka di kasur Chaewon. Saat itu Felix agak ragu untuk membuka bajunya, "beneran dibuka?" tanya Felix yang jujur, ia agak malu. Chaewon pun menghembuskan nafas berat, "iyalah, terus aku ngobatinnya gimana" jawab Chaewon, rasanya Chaewon tak begitu tegang, mungkin dipikiran Chaewon ia hanya mengobati Felix, toh dokter pun juga begitu kan? Ia harus terbiasa mulai dari sekarang.

Felix pun perlahan melepas kancing bajunya, mau bagaimana lagi, toh ini cuma soal Chaewon yang akan mengobati lukanya.

Akhirnya bajunya pun terlepas, dan Chaewon hanya bisa membulatkan matanya sempurna seraya menutupi mulutnya yang terbuka, ia benar-benar tak percaya bila luka Felix seperti itu. Kini hatinya seperti diremat oleh duri-duri, rasanya sakit dan sesak.

"Itu... Luka tusukan?" —Kim Chaewon

-Next-

Ps: maaf udh lama gk up dan dichap ini gk ada ilustrasi 😭😭😭

Side Effects『 Chaelix 』✔✔Where stories live. Discover now