MPB'51

2.4K 117 0
                                    

Happy Reading
💕
***





"

Maaf ya udah bikin kamu sedih." Ucap Rasya sembari mengusap lembut pipi Vania, Vania hanya menggeleng.

Setelah acara selesai Rasya langsung membawa Vania ke ruang ganti yang ada di dalam ballroom untuk sedikit menenangkan Vania.

Vania duduk di sebuah kursi depan meja rias dan Rasya berlutut di hadapan Vania dengan terus mengusap lembut wajah dan rambutnya.

"Kamu marah?" Tanya Rasya. Vania menggeleng.




Hup




Rasya berdiri dan langsung mendekap tubuh Vania, Vania melingkarkan tangannya di pinggang Rasya dan mendekapnya dengan erat.

"Rasanya sesak Sya, ..." Gumamnya.

"Kenapa Kak Vano harus putar rekaman itu, kenapa? ..." Gumam Vania.

"Semua kenangan pahit yang selama ini udah aku coba lupain seakan kembali lagi, dan rasanya sesak." Lanjutnya

Rasya semakin merengkuh tuh Vania.

"Tenang ya, aku di sini."

Rasya melepas pelukannya dan kembali berlutut di hadapan Vania, memberikan senyum termanis berharap sesak di dada Vania segera menghilang dan senyum di bibir Vania kembali mengembang.

"Mungkin Vano cuma mau mengingatkan kamu kenangan indah saat kalian main bersama dulu." Vania menggeleng.

"Video itu di ambil setelah dan sebelum aku di marahi habis-habisan oleh Ayah, hanya karena sebuah boneka yang ku minta." Perlahan air mata meleleh di pipi Vania, dengan sigap Rasya menghapusnya.

"Udah ya, aku yakin Vano ngga bermaksud kaya gitu, mungkin itu kenangan satu-satunya yang Vano punya tentang kamu, yang selalu ngingetin Vano sama kamu sayang."

"Kenapa hari ini?"

"Maaf ya, semuanya jadi kacau gara-gara aku." Ucap Rasya, Vania menggeleng.

"Kita pulang ya, tenangin diri kamu di rumah ya." Ucap Rasya.

"Aku mau di sini sebentar lagi." Rasya tersenyum sembari mengusap lembut pipi Vania.

"Ini hadiah dari Mama, Bunda dan Oma, kamu ngga mau pakai?" Ucap Rasya setelah mengambil sebuah kotak hijau dan memberikannya pada Vania.

"Mereka sangat terkejut sama hal nya seperti kamu sayang, mereka ngga tau kalau Vano akan putar rekaman itu." Jelas Rasya, Vania mengangguk.

Vania hendak meraih kotak itu, tapi ia urungkan, dan kembali menarik tangannya dan menaruhnya di atas kedua pahanya.

Rasya menaruh kembali kotak itu dan mengenggam tangan Vania.

"Aku di sini buat kamu sayang, yang lalu biarlah berlalu, ayo buat masa depan yang baru bersamaku, kau mau?" Vania tersenyum mendengar ucapan Rasya kemudian mengangguk setuju.

Rasya menarik kedua tangan Vania hendak mengecupnya, namun pergerakannya terhenti saat ia melihat noda merah di sana.

"Ini, ..."




Hup




Vania langsung menarik kembali tangannya, mengepalkannya dengan erat dan menyembunyikannya.

Vania langsung membuang muka dan tak mah melihat Rasya.

"Boleh aku lihat?" Tanya Rasya sembari menengadahkan kedua tangannya di hafapan Vania, Vania menggeleng.

"Kenapa?" Rasya mengangkat satu alisnya.

"Nanti kamu marah." Rasya tersenyum kecil.

"Ini salah aku, aku ngga akan marah, ayo sini tangannya." Ucap Rasya sembari menengadahkan kedua tangannya ke hadapan Vania.

My Perfect BoyFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang