MPB'72

2.2K 110 14
                                    

Happy Reading

💕
***








Ceklek


"Ana, ..." Tepuk seseorang di pipi Vania.

Vania mengerjapkan matanya perlahan, ia mulai menyesuaikan matanya dengan sinar matahari yang menelusup di sela-sela tirai dan tepat mengenai wajahnya.

"Ana, ayo bangun, sebelum Ayah kesini." Vania mengernyitkan alisnya, ia duduk lalu menatap seorang pria kecil yang ada di hadapannya.

"Kak Vano." Ucap Vania.

"Kamu kenapa?" Tanya Vano.

Vania pun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru tempat ini, ini adalah kamar masa kecilnya di kediaman Harrish.

"Ayo turun kita Sarapan." Vano langsung meraih tangan Vania yang membuat Vania langsung tersentak.

Vano tampak heran melihat Vania.

Di lihatnya jari jemari Vania yang terlihat kecil. Vania pun sontak berlari kecil ke arah cermin, ia membulatkan matanya, tubuhnya menjadi kecil, dan ia memakai dress selutut putih dengan aksen bunga mawar biru yang menghiasi bajunya.

Baju kesukaan Vania saat Vania masih kecil dulu, rambut panjang, dan mata hazel itu, Vania meraba cermin berusaha menyentuh bayangannya di sana.

"Kak Vano, ..."

"Kenapa Ana?" Tanya Vano bingung.

"Ngga Kak, ayo turun." Vania pun berbalik lalu tersenyum.

"Ayah bawa hadiah loh buat kita." Ucap Vano senang.

Vania mengangkat alisnya sebelah 'Ayah? Bawa hadiah? Buat kita? Sejak kapan?' batin Vania bingung.

Seakan tidak percaya dengan ucapan Vano, 'kita' yang Vano maksud tentu saja hanya Vano dan Leo, sedari dulu selalu begitu.

"Ayah juga ada kejutan buat kamu loh, kamu pasti seneng." Ucap Vano.

"Beneran Kak?" Vano mengangguk pasti seraya tersenyum lalu menarik tangan Vania meninggalkan kamar.

"Ayah bawa boneka besar buat kamu."

Vania semakin di buat bingung dengan situasi ini, Harrish tidak pernah melakukan ini sebelumnya, dan apa ini? Kenapa dia kembali ke masa ini? Apa ini mimpi? Tapi terasa begitu nyata, atau kehidupannya selama ini yang mimpi?

"Kamu kenapa?" Tanya Vano, Vania hanya menggeleng.

"Kaget ya, udah ngga sabar kan, ayo." Vania masih terdiam.

"Ayo Ana."

Vano pun menarik tangan Vania menuruni tangga, terlihat di ruang tamu Leo, Bunda dan Ayah yang sedang sibuk membuka beberapa bungkus kado.

"Akhirnya anak gadis kesayangan Ayah bangun juga." Vania semakin di buat bingung dengan keadaan ini.

'Anak gadis kesayangan Ayah? Bagimana bisa.' batin Vania.

Terlihat Harrish membuka lebar tangannya memeluk Vania, Vania hanya diam.

Ia mematung di dalam pelukan Harrish, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan, harrish tak pernah melakukan ini sebelumnya.

Namun lama kelamaan Vania mendekap erat leher Harrish, pelukan yang selama ini Vania inginkan, dekapan yang selama ini Vania rindukan adanya, akhirnya ia bisa mendapatkannya, bukan atas dasar keterpaksaan, Vania pun terisak di sela dekapan Harrish.

My Perfect BoyFriendWhere stories live. Discover now