MPB'67

2.1K 99 6
                                    

Happy Reading
💕
***








Sore berganti malam, perlahan Vania mengerjapkan matanya, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, di lihatnya jam dinding di seberang sana menunjukan pukul 12 malam.

Terlihat Rasya yang duduk terlelap di samping brankar Vania sambari memegangi tangan Vania, senyum simpul terukir di bibir Vania.

Vania memutuskan untuk tetap diam, supaya tidak menganggu Rasya, ia yakin seharian ini Rasya sangat kelelahan.





Uhk ...






Vania langsung menutup mulutnya saat ia tiba-tiba terbatuk.




Uhuk

Uhuk

Uhuk




Tapi Vania sama sekali tidak bisa menahan rasa ingin terbatuk itu, sampai akhirnya membuat Rasya terperanjak bangun.

Rasya langsung bangkit, sedikit memberdirikan brankar Vania lalu mengusap lembut punggung Vania.

"Lebih baik?" Vania mengangguk.

Rasya beranjak ke atas nakas lalu mengambil segelas air dan sebuah sedotan lalu memberikannya pada Vania.




Uhuk

Uhuk

Uhuk




Baru saja Vania meminum beberapa tegug air ia langsung terbatuk lagi.

"Sak, ... " Ucapan Vania langsung terhenti saat tenggorokannya langsung terasa sakit dan panas saat ia mencoba bicara. Nafas Vania seakan memburu karena rasa sakit di tenggorokannya,  jantungnya pun langsung berdegup cepat

"Ngga usah ngomong dulu ya, aku panggil dokter Danu sebentar." Vania mengangguk.

Rasya pun meninggalkan Vania sendirian, tak lama Rasya kembali bersama dokter Danu.

Dokter Danu langsung memeriksa Vania.

"Jangan banyak bicara dulu, pakai bahasa isyarat saja untuk beberapa waktu ke depan." Vania mengangguk.

"Saya akan menulis daftar makanan apa saja yang boleh dan harus di hindari ya."

"Usahakan jangan menarik nafas terlalu dalam, dan jika ada rasa ingin batuk, tidak apa-apa batuk saja, namun jangan terlalu di tekan di bagian dada."

Vania hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan dokter Danu.

"Saya permisi, lebih baik anda istirahat saja, besok pagi saya cek lagi."

"Terimakasih dok." Dokter Danu mengangguk dan langsung meninggalkan mereka.

"Kamu istirahat lagi ya, masih malem." Ucap Rasya sembari melirik ke arah jam dinding.

Vania menepuk tempat tidur di sampingnya, menandakan Rasya untuk ikut naik ke atas brankar.

Rasya tersenyum lalu duduk duduk di samping Vania, Vania merangkul lengan Rasya dan menaruh kepalanya di pundak Rasya.

Vania menarik-narik baju Rasya sembari menatap Rasya, Rasya mengernyitkan alisnya berusaha mengartikan apa yang ingin Vania katakan.

"Baju ini?" Vania mengangguk.

"Tadi Pak Dodi yang anterin kesini, sekalian sama baju-baju kamu." Vania mengangguk-angguk.

Tangan Vania memberi isyarat bahwa ia membutuhkan ponselnya, Rasya langsung mengambil ponsel Vania yang ia taruh di atas nakas.

My Perfect BoyFriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang