4. Perhatian

2.3K 245 8
                                    

Peluit ditiup dan bola dilambungkan ke atas. Muthe menahan napas melihat Zee meloncat dan menggapai bola untuk dialihkan pada Eve di sisi kiri. Sesekali Muthe juga melirik Christy yang diam di kursi cadangan, mata gadis itu terlihat mengawasi permainan di lapangan dengan tenang.

"Jessi!" Ara tiba-tiba berdiri dari duduk, membuat Muthe menoleh kaget padanya.

"Santai kali."

"Ah, Muthe! Gue nggak pernah lihat Jessi main seserius ituu." Ara kembali duduk dan menyatukan telapak tangannya di depan dada. "Kenapa gue deg-degan, ya?"

"Lo ngeduain Fiony?"

Ara mendelik sekilas. "Belum juga pacaran."

"Berarti lo berniat ngeduain Fiony?"

"Nggak tahu."

Muthe membuang muka malas. Ada untungnya ia tidak jadi menaruh hati pada Ara. Muthe kembali memperhatikan lapangan dengan serius, berusaha mengamati pemain musuh seperti yang dilakukan Christy. Tapi, bukannya mendapat suatu titik terang, yang ada kepalanya jadi pusing. Semua pemain tampak sama di mata Muthe. Tidak ada yang membedakan mereka.

Bermenit-menit berlalu hingga SMA Taiyo berada di ambang kekalahan. Poin mereka tertinggal jauh sementara waktu kian menipis.

"Nah itu! Nomer sembilan, La! Akhirnya dia masuk lapangan!" heboh Sisca melihat Christy menanti di tepi.

Ara mendekati Muthe dan berbisik. "Gue jadi penasaran juga."

"Eits, nggak boleh. Christy punya gue. Nggak cukup lo naksir Fiony sama Jessi sekaligus?"

"Apaan, sih? Gue penasaran cara mainnya. Kak Sisca aja sampai seneng banget Christy masuk, pasti dia hebat."

Christy akhirnya melangkah masuk ke lapangan. Ia langsung menghampiri Eve yang berdiri di sebelah kiri dan sedikit berbisik.

"Kak Eve, tolong jagain nomer tujuh, ya. Jangan sampai dia dapat bola, dia pinter kasih tipuan soalnya."

Eve mengusap keringat tak acuh. "Kenapa harus gue?"

"Soalnya Kak Eve yang paling gesit di antara kita. Dia pasti nggak bisa ngapa-ngapain kalau musuh Kak Eve."

"Eh, hehe. Oke, deh." Eve tersenyum senang setelah dipuji.

Seperti yang Lala bilang, Christy adalah pengamat yang baik. Dia tidak hanya mengamati tim lawan tapi juga memperhatikan timnya. Dari hasil pengamatannya selama latihan, Christy tahu Eve adalah pribadi yang tak mau disuruh-suruh, apalagi oleh adik kelas sepertinya. Tapi gadis itu lemah akan pujian.

"Christy, gue harus apa?" bisik Zee sebelum pertandingan kembali dimulai.

"Kita ikuti kata-kata Kak Meme aja kaya biasa. Aku yakin dia udah tahu situasinya. Tapi buat sementara, jangan oper ke Kak Eve dulu. Biar dia jagain nomer tujuh."

Zee mengangguk mengerti. "Iya sih, si nomer tujuh emang ngerepotin. Kita percayain aja dia ke Kak Eve."

Lala dan Sisca tampak tersenyum puas melihat pemain mereka kembali menyebar dan bersiap untuk melanjutkan pertandingan. Di sisi lain, Muthe dan Ara memperhatikan dengan serius. Seberapa besar perubahan yang dibuat setelah Christy masuk? Sekarang mereka tertingal dua belas poin, apa mungkin mereka dapat menyusul?

•••

"Christyy," panggil Muthe manja sambil berhambur dalam pelukannya ketika gadis itu keluar gedung olahraga bersama yang lain.

"Eh." Christy terdorong mundur saat Muthe memeluknya, beruntung Christy kuat menahan, jadi mereka tidak jatuh. Christy menunduk khawatir pada Muthe. "Kak, aku bau keringat."

ChristyNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ