5. Final

2K 231 18
                                    

Sejauh ini, Christy mulai terbiasa dengan keberadaan Muthe. Seperti sekarang. Karena tim basket sekolah berhasil masuk final, pelatih mereka meniadakan latihan dan membiarkan anggotanya istirahat sebelum turnamen besok. Christy menggunakan kesempatan itu untuk menonton latihan Muthe.

Semua gerakan mereka sudah jadi, kini ekstrakurikuler dance meminjam gedung anak teater untuk berlatih dalam penguasaan panggung. Kata Muthe, penguasaan panggung itu penting dalam sebuah pertunjukan. Selain kekreatifan dan kekompakan peserta, penilaian juga berdasar pada bagaimana mereka memanfaatkan posisi mereka untuk menarik perhatian penonton.

"Eh, kamu siapa?"

Christy tersentak dan menengadah untuk melihat siapa yang berucap barusan. Ia melirik pada atribut seorang gadis yang berdiri di sebelahnya itu dan langsung mengerti bahwa ia adalah kakak kelas. Christy berdiri dari duduknya karena tidak sopan bicara pada yang lebih tua kalau ia yang duduk.

"Christy, Kak."

"Oh, nunggu Muthe, ya?" Christy merasakan wajahnya memanas karena kakak kelas itu tahu. Sepertinya Muthe menceritakan kedekatannya dengan Christy pada semua orang, karena baik di kelas pun teman-temannya juga menggoda demikian.

"I-iya, Kak."

"Aku juga nungguin temen aku." gadis itu duduk di sebelah Christy sambil memandang ke panggung, Christy mengikutinya juga. "Oh, iya, aku Fiony."

"Kakak nunggu Kak Ara, ya?"

Fiony menoleh dan terkekeh. "Kok tahu?"

"Nebak aja, kok. Tadi aku lihat kalian ngobrol di depan." bohong Christy. Ia tahu dan mungkin semua orang juga tahu karena gelagat Fiony kentara sekali bahwa ia menaruh hati pada Ara.

Fiony tersenyum dan menatap ke panggung, memperhatikan Ara yang berkali lipat tambah keren dengan keringat di bawah lampu sorot. Sepertinya Christy juga tahu bahwa perasaan Fiony belum terbalas. Seperti kata Muthe, Ara juga masih bingung ia harus memilih siapa antara Fiony dan Jessi.

Beberapa jam berlalu, ketika langit mulai gelap mereka memutuskan untuk menyudahi latihan. Muthe menghampiri Christy dan tersenyum senang melihat gadis itu setia menantinya.

"Maaf ya, lama. Kamu pasti bosen. Beli es krim, yuk? Aku traktir."

Christy tersenyum dan mengangguk. "Boleh kalau kamu maksa."

Muthe balas tersenyum dan menggenggam tangan Christy untuk berjalan beririgan menuju minimarket di dekat sekolah. Mereka berjalan dalam sunyi, hanya senyum malu-malu yang tampak di wajah keduanya. Christy tidak pernah berpikir bahwa ia bisa sebahagia ini ketika diajak membeli es krim.

Atau mungkin, bukan es krim yang membuat Christy bahagia. Tapi Muthe.


•••


"Aduh. Telat, telat, telat, telat," desis Muthe cemas sambil melangkah lebar-lebar menuju gedung olahraga kota. Kemarin dia berjanji pada Christy akan menonton pertandingan final, tapi ia malah kesiangan dan terjebak macet.

Gadis itu terengah setibanya di tribun. Pertandingan sudah berjalan, skor sekolahnya tertinggal enam poin. Muthe menoleh ke kanan dan ke kiri mencari tempat, lantas tersenyum lega melihat Ara dan Fiony melambai padanya.

"Telat banget lo." kata Ara sebagai ganti sapaan.

"Kesiangan gue. Semalem haluiin Christy sampe lupa tidur."

Fiony menoleh tidak percaya. "Ha-haluin?"

"Jangan dengerin dia, ya. Lihat aku." Ara meraih dagu Fiony agar mereka bertatap. Ara tersenyum manis. "Muthe cuma ngasal, kok. Nggak usah dengerin dia, otaknya memang rada-rada."

ChristyNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ