10. Salah

2.6K 249 27
                                    

"Kita dipertemukan dalam sebuah ikatan bernama keluarga."

Muthe membuang pandangan lagi. Sekarang, siapa yang harus disalahkan? Muthe senang mengetahui Christy sudah membuka hati untuknya, tapi sesuatu dalam dadanya yang menghentak sesak juga menghantarkan rasa bersalah. Kini mereka saling mencinta, bagaimana menghentikannya?

"Maaf." Christy berucap lagi sambil sedikit menunduk. "Harusnya aku lebih was-was sama Kakak dari awal."

Muthe menatap Christy cepat. "Apa?"

"Harusnya aku gali informasi lebih soal kamu biar aku tahu siapa kamu sebenarnya. Tapi aku nggak ngelakuin itu. Semua ini salah aku, Kak. Kalau aja aku tahu lebih awal, aku bisa jelasin kalau kita saudara dan aku juga bisa tolak kamu." Christy menengadah, menatap Muthe, membuat gadis itu terkejut melihat Christy berkaca. Waktu tangannya terkilir di pertandingan kala itu, Christy tidak menangis padahal Muthe tahu seberapa sakit yang ia rasakan. Namun sekarang Christy menangis di hadapannya, dan yang lebih parah gadis itu menangis karenanya.

"I-ini bukan salah kamu. Seharusnya aku dengerin Ara buat nggak deketin kamu. Maafin aku."

"Maafin aku juga udah baperin kamu." Muthe mengangguk kecil. Ia menunduk melihat Christy melepas perban elastis di tangan kirinya lalu menengadahkan tangannya pada Muthe. "Tangan aku udah nggak sakit. Aku bisa pegang tangan kamu lagi."

"Kenapa?"

"Karena aku sayang kamu."

Muthe merasakan wajahnya memanas. Tapi tak lama, karena ia kembali menunduk lesu. "Tapi kita nggak boleh-"

"Sayang nggak harus pacaran." Christy mengikuti kata-kata Nunu sambil meraih tangan Muthe untuk diletakkan di atas telapak tangannya kemudian ia genggam. Christy memandang Muthe dan tersenyum kecil. "Aku sayang Kak Chika tapi aku nggak pacaran sama dia. Berarti, aku juga boleh sayang kamu."

"Lucu banget, sih?" kata Muthe gemas sambil mencubit pipi Christy dengan tangannya yang bebas. Kalau begini terus, bagaimana ia bisa melupakan perasaannya pada Christy?

Muthe beralih mengusap bekas cubitannya yang memerah di pipi Christy. Gadis itu manis, cantik, lucu, jangan lupa pula sorot matanya yang hangat. Muthe yakin di luar sana pasti ada yang mampu mencintai Christy melebihi dirinya, tapi untuk saat ini sepertinya Muthe belum bisa melupakan Christy. Senyuman manis gadis itu selalu melekat ketika Muthe memejamkan mata, itu membuat niatnya tambah sulit.

Senyum manis. Pandangan Muthe bergerak tak terkendali hingga tertambat pada bibir Christy yang setia tersenyum. Christy yang menyadari arah pandang Muthe seketika merona.

"Ka-kakak kenapa?"

Muthe buru-buru menunduk dan memejamkan mata. Apa yang baru saja ia pikirkan? Jahat sekali. Gadis itu membuang napas dan bergumam pelan. "Maaf."

Christy menoleh ke sekitar, terutama pintu belakang yang terbuat dari kaca. Nunu sudah tidak ada di sana dan Christy tidak mau ambil pusing dengan memikirkan ke mana anak itu pergi. Ia menatap Muthe lagi. "Kak?"

Muthe menengadah, berusaha fokus pada mata Christy. Ia mendumal dalam hati ketika tiba-tiba lupa bagaimana cara menatap seseorang dengan benar. "Y-ya?"

"Aku bisa kalau Kakak mau."

Muthe langsung berdebar tak karuan. Ia mengibaskan tangan kecil dan terkekeh canggung. "Ah, hahah. Apa maksud kamu?" matanya menyapu sekitar dengan panik. Kenapa Christy bisa membaca pikirannya? Gadis itu benar-benar pengamat yang baik. Muthe pikir kemampuannya itu hanya berfungsi di lapangan saja.

Muthe menyerah. Ia menatap Christy. "Tapi kita nggak boleh."

"Nggak ada yang tahu."

"Berani kamu? Kalau sampai merek-"

"Nggak bakal. Kita hilang aja mereka nggak cari."

"Siapa tahu? Bisa aja mereka udah tahu kita-"

"Sini deketan."

Muthe langsung kehilangan kata. Ia menurut saat Christy menariknya untuk sedikit membungkuk mengingat posisi Christy yang masih berlutut sementara Muthe duduk di gazebo. Spontan gadis itu memejamkan mata menyadari wajah mereka sudah dekat. Jantung Muthe berdebar keras seiring napas Christy yang menghangat di wajahnya.

Tepat sebelum bibir mereka bertemu, Christy berhenti dan tersenyum kecil. Ia langsung beralih pada telinga Muthe dan berbisik, "Tapi bohong."

Muthe seketika membuka mata, merasa terkhianati. "Chris-"

"Bener-bener Tante nggak ada akhlak. Udah tahu aku masih kecil tapi dikasih cobaan mulu padahal mau ambil minum doang. Belum aja aku kasih gom-" Nunu seketika putar balik sedetik setelah ia sampai di pintu belakang dengan gelas plastik berisi teh hangat. Ia berniat berjaga-jaga kalau Christy tidak berhasil menenangkan Muthe. Tapi sepertinya sekarang dia tidak dibutuhkan. Anak itu merengut. "Mereka lebih nggak ada akhlak, sih. Katanya nggak boleh pacaran, tapi cium-cium."

Nunu langsung melupakan apa yang ia lihat tadi ketika ia mendapati Chika sedang mengobrol bersama Eli dan Aya. Dengan sengaja, Nunu duduk di sebelah Chika.

"Kak Chika mau aku gombalin lagi?"

"Mau. Coba gombalin lagi."

Nunu tersenyum haru. "Kak Chika satu-satunya orang yang nggak usir aku setelah aku gombalin berkali-kali. Kakak baik dan penuh kasih sayang, pacaran yuk?"

"Yah, tapi aku udah punya pacar."

Nunu mengangguk tak masalah. "Aku ngerti. Kalau kalian putus, kabarin aku ya."

Muthe mendorong Christy ketika ia sadar apa yang telah mereka lakukan. Gadis itu menarik diri sambil menunduk malu. Mereka seharusnya tidak melakukan ini. Muthe melirik ke dalam dengan cemas, bagaimana kalau barusan ada yang melihat.

Christy menunduk. "Maaf, Kak."

Muthe menoleh tajam dan berdecak pinggang. "Siapa yang ajarin kamu kaya gitu? Itu bukan ciuman pertama kamu kan? Hayo, ngaku."

Wajah Christy kembali merah meski Muthe tidak bisa menyadarinya karena pencahayaan yang sangat kurang. "Maaf, Kak."

Muthe membuang napas dan menarik Christy ke dalam dekapannya. "Udah, ya? Kita nggak boleh cium-cium lagi sebelum aku punya KTP."

Christy mengangguk dan membalas pelukan Muthe. "Kak, aku boleh tanya sesuatu?"

"Apa?" tanya balik Muthe tanpa melepas pelukan.

"Baperin itu apa?"




"Baperin itu apa?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bersambung

Habis ini harusnya epilog sih, aku gatau lagi mau lanjut gimana. Epilog jangan? Epilog aja lah, ya.

❤️❤️❤️💔

ChristyWhere stories live. Discover now