RANGGA BAGIAN 21

296 39 2
                                    

Setelah kejadian Bella mendapatkan kejutan dari teman-temannya itu, kini mereka sedang berada di ruang keluarga rumahnya Rani.

Dan pastinya setelah membereskan kekacauan tadi ya, kalau belum mana mungkin mereka bisa berada disini. Dan lagi kasurnya Rani basah akibat perbuatan sebor menyebor air dari Via.

Bella masih kesal karena mendapat serangan mendadak itu, dan sampai sekarang Via dkk masih mencoba membujuk agar Bella tidak marah lagi.

"Udah bel, jangan ngambek gitu ah." Bujuk Salsa.

"Iya nya udahan lah ngambeknya, maafin kita ya. Eheheh." Ucap Via tanpa dosa.

"Becanda etdah, baperan amat sih." Kini giliran Rani yang bersuara dengan tangan yang sudah mencubit pipi gembul milik Bella, berusaha agar ia tak marah lagi.

"Ya lu pada kagak ngira-ngira lagi kalo mau ngerjain, kalo gw keselek tuh air, terus keminum, klepek-klepek, trus dead gimana? Nanti gada Bella yang imut, yang ngeselin ini. Orang kek gw kan langkah. Nanti lu, lu, lu pada kangen lagi sama gw. Aturan gw udah enak-enakan di surga lah ini mesti bulak-balik gegara kalian pada kangen sama gw, kan repot woi. Dikira dari surga ke sini ada mas-mas gojek kali." Ucap nya panjang lebar yang membuat baik Rani, Via, dan Salsa hanya bisa ternganga mendengar penuturan yang baru saja di ucapkan Bella.

"Ran, Sa. Anget kok pantesan dia kek gini." Ujar Via, setelah ia meletakkan tangannya di kening Bella lalu di taruhnya telapak tangan yang satunya ke kekeningnya.

"Dikira gw gila kali." Saut Bella yang buru-buru menepis tangan Via dari keningnya.

"Yekan emang elu dah gila." Teriak Rani, Via dan Salsa berbarengan.

"Eh, buset selo napa oi." Kaget Bella.

"Gemes loh gw Bel, sumpah." Ujar Salsa.

"Ooo, ya jelas dong kan gw emang gemesin." Bangga Bella.

"Via, kek nya otaknya abis kecuci sama aer yang lu siram ke dia tadi." Bisik Rani ke pada Via.

"Nah bener tuh ran, gw juga mikir gitu. Ato jangan jangan aer yang gw bawa tadi bekas soklin lantai??" Balas Via.

"Nah tuh kan bener, jadi cling dah tuh otaknya." Bisik Rani lagi.

"Heh, ngapain lu sama via bisik-bisik. Ngomongin gw ya." Tuduh Bella.

"Dih kepo amat, ini urusan orang gede anak kecil itu gak boleh ikut-ikutan." Jelas Rani.

"Mamvus lu." Ujar Salsa.

"Eh, lu ga jadi pergi sma si Rangga?" Tanya Rani pada Via.

"Jadi lah, emang ini jam berapa?"

"Jam 13:00."

"Eh, buset. Gilaaa! Ngapa ga ngasih tau gw sih." Kesal Via pasalnya ia belum siap-siap sama sekali.

"Ya elu salah sendiri pake ngerjain si Bella la Bella segala."

"Kan ujung-ujungnya mah gw terus yang kena."

"Ampuni teman-teman Via yang berdosa ini ya Allah." Ucap Via dengan memelas.

"Yee, si upil onta." Toyor Rani.

"Is, apa sih Ran. Sakit tau." Kesalnya.

"Bodo amat emang gw pikirin."

"Udah ah Rani mah jahad."

Tok

tok

tok

Terdengar ketukan pintu dari arah depan rumah.

"Siapa Ran?" Tanya Salsa keheranan karena mereka tidak memesan makanan atau semacamnya.

"Gak tau." Cuek Rani sambil berpura-pura tak tau.

"Bentar geh, coba gw aja yang keluar." Ujar Via.

Tok

tok

tok

"Assalamualaikum." Saut orang dari luar.

"Waalaikumsalam, ya sebentar. " Balas Via.

Via lalu membukakan pintu agar ia dapat melihat siapa orang yang mengetuk pintu rumah Rani.

"Ada ap.." Ucapan Via terjeda ketika melihat orang yang berada di hadapan nya kini.

"Hai." Ucap orang itu.

"Loh, kok disini?"

"Ehehe, iya. Udah siang, kan mau nemenin gw maen. Jadi kan?"

"O-oh, i-iya jadi lah jadi."

"Tapi kok lu bisa kesini, kan gw ga minta lu ke rumah nya Rani" Lanjut Via.

"Oo itu, ehehe Rani yang nyuruh gw kesini. Suruh jemput lu juga katanya."

'Wah, bener-bener ni si Rani. Malu woi gw masih buluk gini lah si Rangga udah rapih sama ganteng gini. Kan tengsin gw.' Ucap Via dalam hati.

"Woi"

"E-eh"

"Malah ngelamun, ayok."

"Ehehe, em gw belum siap-siap." Ujarnya malu.

"Masa sih tapi kok, lu udah cantik gini? bohong ya." Tuduh Rangga.

"Is apaan sih."

"Via, katanya lu belum siap-siap tapi kok pipi lu merah gitu? Kebanyakan pake perona apa gimana?" Tanya Rangga yang melihat pipi Via berubah menjadi merah.

'Bangke, pake di bilangin pula.' Ucap Via malu dan sepertinya pipinya tambah memerah akibat ucapan Rangga tadi.

"Ih apa sih Ngga." Ucap Via salah tingkah.

"Udah masuk dulu gih." Ajak nya lagi.

"Ahaha, yekan gw bener. Tuh pipi tambah merah, jadi gemes pen nyubit." Ucapnya lalu mencubit pipi Via yang cubi itu.

"Aaaa adududu, sakit woi." Teriak Via dengan memukul mukul tangan Rangga yang sedang mencubit pipinya itu.

"Biarin, abisnnya elu gemesin geh." Ujarnya lalu melepaskan cubitan di pipi Via.

"Gemes sih gemes woi, tapi gosah nyubit juga kali." Kesalnya lalu mengelus elus pipinya agar mengurangi rasa sakit bekas cubitan Rangga tadi.

"Ulululu, atit ya? Cini Angga elusin." Ujar Rangga lalu mendekatkan tanganya ke pipi Via kembali.

"Is, apaan sih woi." Tepis Via pada tangan itu yang mencoba mendekat kembali ke pipinya.

"Hais lu mah, kan gw mau ngobatin biar ga sakit lagi."

"Uhuhuhu, makasih loh."

"Eh beneran tuh pipi masih sakit gak? Kalo masih gw obatin beneran ini, yakin deh gw obat nya beneran mujarab auto ilang tuh sakit nya." Jelas Rangga.

"Buset, emang ada obat kek begituan?" Tanya Via penasaran.

"Ada lah, kan tadi gw bilang."

"Eh, iya juga ya."

"Mau ga?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

_____Next_____

Jan lupa vote and comen ya man teman 🙃💕💕

RANGGAWhere stories live. Discover now