Slowly Glows

568 49 2
                                    

Cahaya matahari mulai menampakkan sinarnya di awal musim semi. Udara pagi yang begitu segar ditambah alunan melodi ringan menemani seorang namja yang sedang memasak. Dengan cekatan ia membuat sarapan untuk keluarganya. Walau ia kini hanya memiliki seorang kakak karena kedua orang tuanya sudah meninggal. Namja itu mencicipi rasa dari sup yang ia buat, ia mengangguk ketika dirasa supnya sudah enak. Setelah selesai memasak dan menyiapkan semua makanan di meja makan, gerakan namja itu terhenti ketika lagu di ponselnya berganti. Musik yang mengalun dari ponselnya membawakan dentingan piano. Lagu yang mendamaikan hatinya, membuat rasa rindunya seketika membuncah.

Ia menikmati nada-nada yang membelai telinganya, air matanya yang turun perlahan ia biarkan begitu saja. Suara Eommanya begitu merdu, di iringi permainan piano dari Appanya semakin menambah indah lagu yang memang khusus dipersembahkan untuknya juga kakaknya.

Namja lainnya yang sedang bergelung dalam selimut samar-samar mendengar lagu yang tidak asing baginya. Perlahan ia membuka matanya dan menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Sembari mengumpulkan nyawanya namja itu mempertajam pendengaran, lagu yang begitu menenangkan terdengar di pagi hari membuatnya tersenyum. Ia segera turun dan berjalan menuju dapur, menatap adiknya yang duduk membelakanginya. Tangisan kecil terdengar dibalik punggung yang bergetar itu.
“Kyungie,” panggil namja tadi, ia menghampiri Kyungsoo dan berjongkok dihadapannya.
“Kenapa menangis hmm?” tanya Chanyeol.
“Aku merindukan mereka hyung,” jawab Kyungsoo di sela-sela tangisannya.
“Mereka akan sedih jika melihatmu menangis seperti ini.” Chanyeol menenangkan adiknya, ia menghapus pelan air mata yang mengalir dari mata bulat itu. Ia sendiri juga sedih.
“Sekarang kita makan dulu nee,” ajak Chanyeol. Kyungsoo mengangguk, tangisannya sudah reda. Ia merasa kehilangan tapi ia juga tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Ia masih punya Chanyeol, kakak yang sangat berharga baginya. Kyungsoo berjanji ia akan menjaga kakaknya, ia tak ingin kehilangan lagi.
“Hyung, kau ingin membuat apa?” tanya Kyungsoo. Chanyeol tidak menjawab pertanyaan Kyungsoo, ia sibuk meracik kopi. Kyungsoo hanya mengamati kakaknya, ia merekam dengan jelas apa yang Chanyeol lakukan.
“Nah ... untukmu,” ucap Chanyeol sembari memberikan kopi pada Kyungsoo.
“Gomawo hyung,” balas Kyungsoo. Mereka memakan sarapan dengan tenang.
“Masakanmu enak Kyung,” puji Chanyeol.
“Ani hyung, masih enak masakan Eomma.” Setelah mengucapkan itu wajah Kyungsoo kembali murung. Chanyeol tau adiknya itu belum bisa melepas kepergian orang tua mereka.
“Ehm, hyung aku akan ikut OSIS,” ucap Kyungsoo memecah suasana yang canggung tadi. Ia memperlihatkan formulir yang sudah ia isi pada Chanyeol.
“Hmm, baiklah.” Chanyeol membubuhkan tanda tangannya sebagai  tanda persetujuan dan mengembalikan formulir itu pada Kyungsoo. Setelah memasukkan formulir ke dalam tas Kyungsoo menyudahi acara makannya dan meneguk kopi permberian dari Chanyeol. Ia tersenyum puas, kopi buatan kakaknya memang tidak ada duanya.
“Hyung selalu tau kalau aku suka kopi yang manis,” ucap Kyungsoo.
“Kau kan tidak tahan pahit, hahaha,” balas Chanyeol sedikit tertawa. Kyungsoo yang mencebik kesal, atensinya beralih pada kopi hitam milik kakaknya.
“Kau ingin mencicipinya?” tawar Chanyeol, ia melihat tatapan adiknya yang penasaran akan cita rasa kopi miliknya. Kyungsoo mengangguk pelan. Chanyeol membiarkan adiknya itu mencicipi kopi miliknya. Baru sekali teguk, adiknya itu sudah berdecak.
“Pahit sekali hyung,” ucap Kyungsoo, ia buru-buru meminum kopi miliknya sendiri untuk menghilangkan rasa pahit. Chanyeol hanya tertawa melihat tingkah adiknya yang menggemaskan itu, padahal adiknya sudah duduk di bangku SMA, tapi entah kenapa menurutnya Kyungsoo masihlah adik kecilnya yang lucu.
“Bukankah kau sendiri yang ingin mencicipinya?” Chanyeol meneguk kopi miliknya.
“Rasanya seperti kopi buatan Appa,” ucap Kyungsoo tiba-tiba. Chanyeol tau dulu ia dan Kyungsoo sering mencicipi kopi yang diracik oleh Appa mereka. Berbeda dengan Kyungsoo yang tidak terlalu suka pahit, Chanyeol malah menikmatinya. Ia menyukai rasa pahit yang memberikannya begitu banyak pelajaran terlebih lagi pahitnya kehidupan yang harus mereka jalani saat kedua orang tua mereka meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
“Hyung, cepat habiskan kopimu, kita harus berangkat sekarang” ucapan Kyungsoo menghentikan lamunan Chanyeol. Ia menghela nafas pelan, adiknya itu menganggu ketenangannya saat memasukkan kafein ke dalam tubuhnya.
“Arraseo,” ucap Chanyeol, ia meminum kopinya sampai tandas dan membantu Kyungsoo mencuci piring.

Barista Coffee ✔Where stories live. Discover now