Affection

421 54 3
                                    

Setelah diberi tahu letak ruang rawat Chanyeol, Kyungsoo menuju kesana. Ia menghela nafas sejenak sebelum membuka pintu dan mendapati tubuh kakaknya terbaring lemah dengan alat-alat yang mengelilinginya. Tangisan yang sempat mereda kembali merebak keluar tanpa bisa dicegah. Kyungsoo tak sanggup berkata-kata, ia menggenggam tangan orang yang paling ia sayangi. Satu-satunya keluarga yang ia punya kini harus terbaring lemah.

“Hikss... hyung,” panggil Kyungsoo.

“Kenapa tidak memberi tahuku jika Chanyeol hyung sakit, kenapa memendam semuanya sendirian,” racau Kyungsoo.

“Chanyeol hyung harus bangun sekarang dan ceritakan semuanya pada Kyungsoo, kalau Chanyeol hyung tidak bangun-“ Kyungsoo menjeda kalimatnya.

“Kyungsoo juga akan ikut tertidur seperti Chanyeol hyung.” Kyungsoo menyerah, ia takut kehilangan lagi. Sudah cukup pahlawan juga bidadarinya pergi ke surga, ia tak mau di tinggal sendirian di dunia.

“Kau ini bilang apa,” ucap Chanyeol. Matanya masih terpejam.

“Chanyeol hyung sudah sadar? Apa perlu Kyungsoo panggil kan dokter?” Kyungsoo mengusap air matanya.

“Jangan berkata seperti itu, hyung tidak akan meninggalkanmu...” lirih Chanyeol. Matanya perlahan terbuka dan memandang hangat ke arah Kyungsoo.

“Sebenarnya Chanyeol hyung sakit apa?” tanya Kyungsoo, ia tak ingin memperpanjang masalah kalimatnya tadi.

“Tidak ada, hyung baik-baik saja,” balas Chanyeol sembari tersenyum manis.

“Bohong, jika baik-baik saja kenapa harus masuk ke ruang operasi, jika baik-baik saja kenapa mesin-mesin ini menempeli Chanyeol hyung, jika baik-baik saja kenapa Chanyeol hyung terlihat sangat kesakitan tadi,” ucap Kyungsoo. Ia mengatakan kalimatnya dalam satu tarikan nafas sembari mempoutkan bibirnya.

“Aigoo, apa kau mencemaskan hyung?” goda Chanyeol.

“Hyung, jangan menggodaku dan jangan mengalihkan pembicaraan, cepat jawab pertanyaanku sejujur-jujurnya,” kesal Kyungsoo.

“Mian mian, tidak ada yang perlu dijawab Kyung,” ucap Chanyeol masih tetap dengan senyumannya. Senyuman yang semakin melukai Kyungsoo karena kakaknya itu tidak mau terbuka dengannya. Dengan sekali gerakan Kyungsoo bangkit dari duduk dan berlari keluar.

Suho yang baru selesai menemui dokter Lim terkejut melihat Kyungsoo yang berlari keluar. Ia segera masuk ke ruangan Chanyeol.

“Apa yang terjadi?” tanya Suho. Ia membantu Chanyeol yang hendak bersandar di ranjangnya. Chanyeol menggeleng pelan.

“Kau sudah menceritakan padanya?” Chanyeol lagi-lagi menggeleng.

“Astaga, Kyungsoo harus tau Chan.. Dia bukan anak kecil yang bisa di bohongi begitu saja... Melihat keadaanmu tadi Kyungsoo benar-benar panik, ia bahkan terus menyalahkan dirinya sendiri karena mengajakmu piknik,” terang Suho.

“Aku tidak ingin menambah beban pikirannya hyung,” elak Chanyeol.

“Chan, dengarkan aku ... kau sudah tidak punya waktu lama lagi. Jika tak kunjung mendapat donor ginjal, terpaksa kau harus menjalani cuci darah seumur hidupmu dan karena kau melewatkan cuci darah hari ini itu memperparah kondisimu. Kau harus cuci darah dua kali seminggu.” Perkataan Suho membuat Chanyeol membulatkan matanya. Sekali dalam seminggu saja sudah terasa menyakitkan baginya.

Bruk... Kyungsoo yang berada di ambang pintu seketika jatuh terduduk setelah mendengar penjelasan dari Suho. Ia tadi memang berlari keluar tapi kembali lagi karena khawatir dengan Chanyeol jika di tinggal sendirian. Tapi tak disangka ia harus mendengar penjelasan yang begitu menyakitkan.

Barista Coffee ✔Where stories live. Discover now