1. When I left you

47.9K 3K 82
                                    

If I went somewhere far, I'd write your name on every star. So, everyone could look up and see you mean the world to me.

____

Anastasha memijit pelipisnya, pikirannya berkecamuk. Kekasihnya, Darryl, pria malang itu pasti sangat terpukul sekarang. Dan Anastasha sangat tau itu.

Gadis cantik itu menyusul kekasihnya, Anastasha membuka pintu kamar Darryl sangat pelan. Ia melihat kekasihnya sedang mengepalkan tangan kanannya, dengan kepala yang sedang bersandar di tembok.

Punggung pria itu terlihat rapuh sekali, Anastasha mendekati kekasihnya.

"Darryl?"

Darryl mengangkat wajahnya dan berbalik, pria itu berjalan pelan lalu memeluk Anastasha erat. Darryl rapuh, ia membutuhkan Anastasha.

"Tasya..." Suara Darryl terdengar sangat parau, Anastasha sungguh tidak ingin mendengar lirihan itu.

"Papa ninggalin Darryl, Tasya..."

Anastasha mengangguk, ia sangat tau penyebab rapuhnya Darryl.

"Kenapa papa ninggalin Darryl..."

Anastasha menepuk-nepuk punggung kekasihnya, mencoba menenangkan Darryl. Ia juga sangat sedih, Abraham sudah seperti ayah kedua untuknya setelah papanya.

Anastasha melepas pelukannya dan menangkup pipi Darryl dengan kedua tangannya, dilihatnya mata abu-abu terang yang sangat ia sukai itu, sedang menahan air yang sudah tertampung di pelupuknya.

"Menangis aja, gak ada yang melarang Darryl menangis disini..." ucap Tasya mengelus pipi Darryl.

Anastasha menahan rahang Darryl saat pria itu akan memalingkan wajah, Anastasha menganggukkan kepalanya mengisyaratkan pada Darryl untuk menangis saja di depannya.

"Anastasha tidak akan tertawa, Darryl itu manusia. Gak ada larangan untuk tidak menangis bagi pria."

"Menangis aja"

Darryl memejamkan matanya, meneteslah air mata yang sejak tadi ditahannya. Nafas pria itu memburu, dadanya naik turun menahan sesak yang amat mendalam di hatinya.

Anastasha menahan nafasnya, ia juga sakit melihat Darryl-nya seperti kehilangan semangat. Jika bisa, ia ingin menemani Darryl lebih lama lagi. Bisakah?

Anastasha mengusap air mata yang mengalir di kedua pipi kekasihnya, ia ikut menangis.

Tuhan, betapa rapuhnya pria yang ada di hadapannya kini.

Bisakah Anastasha memohon agar hati kekasihnya ini diberikan ketabahan yang sedikit lebih besar lagi?

Anastasha lalu memeluk Darryl saat pria itu benar-benar menangis, disandarkannya kepala Darryl di dadanya.

Keheningan, membuat suara tangis Darryl terdengar jelas. Anastasha tidak henti-hentinya mencium kening pria yang sangat ia sayangi itu.

Sungguh, Anastasha sebenarnya sangat membenci air mata yang keluar dari mata indah prianya itu.

"Allah sayang sama papa, Allah mau ketemu sama papa lebih cepat. Jadi Darryl gak boleh sedih lama-lama, ya."

"Nanti papa ikut sedih kalau lihat Darryl sedih."

Anastasha mengusap air mata Darryl yang terus saja keluar, ia bisa merasakan kesedihan yang amat mendalam Darryl.

Tangis Darryl terdengar sangat pilu, Anastasha sangat tidak tega mendengarnya. Ia memeluk Darryl sangat erat, berharap bisa memberikan kekuatan untuk Darryl.

WHERE'D YOU GO, Anastasha?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang