20. Teror?

8.6K 986 91
                                    


"I'm fine now but can't do any heavy work yet,"
(Saya baik-baik saja tapi belum bisa melakukan yang berat-berat.)

"Why did you choose to close everything?"
(Kenapa anda menutup rapat hal ini?)

"I'm totally focused on my health, hiding everything is the best option."
(Saya fokus pada kondisi saya, tidak membeberkan itu pilihan terbaik yang saya tau.)

"Ah, I know what you mean. All will indeed be fine if it's not said. moreover you are a public figure."
(Ah, saya tau maksud anda. Memang lebih baik jika tidak di umbar. Apalagi jika publik figur seperti anda.)

Setelah wawancara di sebuah stasiun televisi, Anastasha kembali menjalani pemotretan. Belum lagi tentang comeback-nya dalam waktu dekat ini. Ia sangat sibuk sehari setelah sampai di Korea.

Sebuah telepon masuk saat Anastasha break sejenak dari pemotretan, My Dadda🖤 is calling ...

Anastasha mengangkat teleponnya, "Hallo, assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Iya, Darryl?"

"Dedeknya kangen sama Tasya,"

Suara tangis terdengar, membuat ulu hati Anastasha seperti dicabik. Bayi kecilnya menangis, dan ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Don't cry, please."

"Sayang, jangan nangis, Nak. Mama sayang Daneal."

Tangisan anaknya makin menjadi saja, dan Anastasha merasa sangat tak berguna menjadi seorang ibu. Ia ada, ia bisa saja menemui anaknya sekarang juga, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Jelas ia tidak boleh seenaknya saja di sini, ia sudah dikontrak. Melanggar, dengan pidana ia berurusan. Dan itu akan membuat semua menjadi tambah ruwet.

Sedangkan di sisi lain, Darryl menggendong anaknya sepenuh hati. Ponselnya ia taruh di meja dengan speaker aktif. Dia menghapus jejak air mata anaknya yang terus saja mengalir sejak mendengar suara istrinya.

Bayi kecilnya menangis saat mendengar suara istrinya, Daneal hanya akan berhenti menangis jika sedang tertidur. Dan saat bangun, Anastasha adalah orang pertama yang selalu anakn jya itu cari.

"Tasya, Daneal sakit, sayang."

"Tiap hari nangis nyariin Tasya,"

Tangis Anastasha mulai terdengar, "Astaga, maafin Mama, Nak."

Anastasha sangat khawatir, bayi kecil itu masih umur sebulan. Belum bisa bicara saat menginginkan sesuatu, dan sekarang sedang sakit, tidak ada alasan bagi Anastasha untuk tidak khawatir.

"Mama usahain pulang, Nak. Tunggu sebentar."

"Darryl, tolong jaga Daneal." Anastasha menghapus air mata yang sejak tadi mengalir.

"Iya sayang, Darryl akan selalu jaga anak kita."

"Miss, your rest time is up. You are allow- What?!" Penata rias yang awalnya ingin memanggil Anastasha kaget saat melihat mata sembab idol itu. Berantakan, adalah wajah Anastasha sekarang.

WHERE'D YOU GO, Anastasha?Where stories live. Discover now