Bab 4

6 1 0
                                    

Sosok itu melempar kembali ingatannya menuju kejadian di alam Papiloneum. Gadis bersurai putih yang ia lawan itu, pastilah gadis yang disebutkan dalam ramalan. Libratum Recta, penanda keseimbangan yin dan yang dalam tubuh itu juga telah dikuasai gadis itu. Berarti waktunya sudah dekat, entah kehancuran, entah perdamaian.

Sosok itu membuka jubahnya memperlihatkan raganya yang diselimuti oleh kulit cokelat eksotis. Manik merahnya menatap lurus sembari ia melangkah tegas menuju ke dalam kastil. Semua makhluk kegelapan menundukkan kepala setiap sosok itu melewati mereka.

Salah seorang makhluk kegelapan yang adalah penasehatntya menyapa, "Nyonya Diabolus, bagaimana perjalanan Anda?"

Diabolus melirik sekilas dan menjawab singkat, "Tidak baik dan baik."

Kaki jenjangnya menaikki anak tangga menuju singgasana, meraih sebuah mahkota hitam yang tidak turut ia bawa. Kemudian dikenakannya di kepala. Sosok itu duduk di kursi kebesarannya, meraih sebuah bola putih yang menampakkan raga Yuna. Sorot matanya tak dapat diartikan, tapi ia menatap dalam Yuna.

Tenebris, penasehat Diabolus menatap puannya tersebut. "Nyonya, apa maksudmu?"

Diabolus menghela nafas. "Berhenti memanggilku Nyonya. Dan, kabar baiknya aku menemukan gadis dalam ramalan."

"Ah ramalan itu. Lantas apa yang akan kau lakukan?"

Diabolus menyengir, "Tentu saja mengambilnya sebelum Angelus melakukannya. Kita harus bisa mengalahkan dia."

Tenebris mengangguk, "Lalu bagaimana kau akan melakukannya."

Diabolus bangkit, menuruni anak tangga dan menuju sebuah jendela besar. "Aku sudah memiliki rencana. Tujuan kita adalah menghancurkan Angelus dan semua orang yang mengidamkannya. Kita harus membuat alam mereka porak-poranda, bahkan lebih menyeramkan dari alam yang kita tempati ini. Mereka harus merasakan apa yang kita rasakan. Dan gadis itu adalah kuncinya. Siapkan saja apa yang aku katakan. Lakukan itu dan akan aku lakukan sisanya. Berusahalah agar perkamen tiruan itu kau dapatkan, agar mereka tak terbuai oleh kepalsuan."

"Saya mengerti, saya undur diri."

Diabolus masih melemparkan pandangan menuju luar kastil, menghela nafas ketika melihat keadaannya. Alam Corvus jauh berbeda dari alam Papiloneum dan alam milik Si Angelus sialan itu. Disini tak jauh beda dari alam baka, kegelapan menyelimuti semua. Hampir-hampir tak ada terang yang mengintip. Sekeliling alam dijaga oleh gunung-gunung api yang bisa kapan saja menyapu bersih dengan cairan panasnya.

Semua makhluk memiliki perawakan yang mirip satu dengan yang lain. Sayap hitam menghiasi punggung dengan dibalut kulit cokelat eksotis. Manik yang selalu melempar tatapan tajam ke sekitar dan juga tingkat ketidakacuhan juga tinggi sekali. Bukan tanpa alasan, tapi sejarah masa lalu yang memaksa mereka. Diabolus berbalik arah dan berjalan keluar kastil. Ia menarik langkah ke pemakaman dan menghampiri salah satu yang terbesar.

"Ibu, ayah, aku akan memastikan mereka akan aku hancurkan."

Suasana yang kelam tampak semakin kelam. Manik yang sudah tajam malah menjadi tambah tajam. Sosok itu bersungguh-sungguh dengan perkataannya. "Sekali aku bilang akan ku hancurkan, maka akan benar-benar aku hancurkan hingga tak tersisa."

---

Yuna menghempaskan tubuh sesampainya ia di kediamannya. Misi yang harusnya bisa diselesaikan dalam kurun waktu empat hari saja malah terundur hingga satu minggu. Bukan tanpa alasan, membujuk para pemimpin negara secara langsung itulah yang mengulur waktu. Hampir saja Yuna selalu ingin menebaskan pedangnya karena sebal. Mengapa orang-orang dewasa itu malah menyulitkan pekerjaannya? Sampai-sampai mereka bertiga harus memberi jaminan agar mereka ingin hadir.

IustitiaWhere stories live. Discover now