ON HOLD SAMPAI WAKTU YANG TIDAK DITENTUKAN.
Ezra Mahardika. Si Most Wanted sekolah. Berasal dari keluarga kaya dengan sifat bar-bar, petakilan, dan suka tawuran tapi selalu menjadi juara di kelasnya. Ciri-ciri bad boy tanpa cacat bukan? Dari sekian...
Jangan lupa klik bintang dan beri komentar untuk part ini yaa😘
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Beneran gila nih orang"
"Gue nggak gila Sat. Cuma Anin-nya yang nggak mau ilang dari otak gue"
"Anjir, gue lagi bicara sama siapa sih?"
"Sama sahabat lo Sat, calon suaminya Anin"
"Bangsat"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Anindira meletakkan tas ranselnya di lantai samping meja belajarnya. Saat ini tidak ada orang di rumahnya dan ia tak peduli dengan itu.
Ia pun mengganti pakaiannya dan masuk ke dapur lalu memasak mie instan andalannya. Setelah makan, Anindira mengambil tas selempangnya dan keluar dari rumah untuk pergi bekerja.
Yap. Untuk memenuhi kebutuhan hari-harinya, ia harus bekerja karena ia tidak bisa mengandalkan kedua orang tuanya untuk itu. Gajinya pun lumayan untuk ia gunakan untuk membeli makanan dan ia tabung untuk uang kuliahnya nanti. Meski ia mendapat beasiswa, tapi tetap saja ia pasti akan membutuhkannya suatu saat nanti.
Anindira membuka pintu cafe tempatnya bekerja part time dan langsung menuju ruang ganti kemudian keluar lagi dan langsung berdiri di meja kasir lalu memeriksa beberapa hal di sana.
"Nin, lo bisa ngeracik minuman kan?" Tanya Siva, sang barista yang diangguki oleh Anindira.
"Lo bisa nggak gantiin shift gue malam ini? Gue ada acara soalnya. Gue janji besok bakal gantiin shift lo jadi besok lo nggak perlu masuk kerja" Ucap Siva dan tanpa menunggu lama, Anindira membalasnya dengan anggukan.
"Thank you Anin sayangku~" Seru Siva sembari memeluk Anindira dari samping.
Meski Anindira tipe orang yang jarang berbicara, tapi Siva tahu kalau Anindira adalah gadis yang baik.
Setelah memeluk Anindira, Siva segera pergi untuk pulang dan tinggallah Anindira di sana yang merangkap dua pekerjaan sekaligus.