15~Lukisan [Edited]

1.7K 194 9
                                    

Edited

Di depan Istana Garnet, tampak papa berjalan dengan Felix yang mengikuti tak jauh di belakangnya. Merasa senang, aku mempercepat lariku dan meninggalkan Lily yang kewalahan mengejarku. Maaf ya Lily, aku tidak sabar bertemu papa. Sudah seminggu sejak kami terakhir bertemu.

"PAPA!"

Papa berbalik dan tersentak kaget saat aku melemparkan diri ke arahnya. Dengan reflek yang bagus, papa segera menangkap dan menggendongku. Ekspresi bingung dan sedikit khawatir tampak di wajahnya. Bagiku itu lucu juga.

"Papa! Athy kangen dengan papa!"

Aku mencium pipi papa dan memeluk lehernya, tersenyum sampai kedua mataku menutup. Meskipun agak malu untuk mengakuinya, jujur aku kangen pada papaku yang kurang ekspresi ini. Berbangga dirilah karena ada yang kangen dengan es batu sepertimu, pa!

"Jangan berlari dan melompat seperti itu. Kau membuat kepalaku pusing."

"Ehehe...Athy sudah tidak sabar bertemu, papa!"

Tepat setelah mengatakan kalimat itu, Lily datang dengan napas tersengal-sengal. Aku buru-buru turun dari gendongan papa dan menghampiri Lily. Aku sampai lupa Lily dari tadi mengejarku!

"Tu...Tuan....Putri....jangan berla....ri seperti...itu la...gi!"

"Maafkan Athy, Lily. Athy sangat bersemangat setelah melihat papa. Apa Lily baik-baik saja?"

Lily mengangguk dan jatuh terduduk, membuatku mulai panik. Haduh, kalau Lily sakit aku bakal merasa bersalah! Ah, Lily! Aku minta maaf! Saat aku sedang panik-paniknya, Felix menghampiri kami dan menawarkan untuk mengantar Lily kembali ke Istana Emerald. Aku yang bingung harus melakukan apa, langsung menyetujuinya dan berterima kasih pada Felix.

Aku meminta maaf lagi pada Lily yang hanya dijawab oleh anggukan lemah darinya. Lily berpesan agar aku bersenang-senang dengan papa. Saat itulah senyumku melebar dan aku pun mencium pipinya sebagai permintaan maaf.

Ketika aku mundur beberapa langkah dan Felix maju menghampiri Lily, mataku hampir terbelalak. Aku yakin papa juga mengalami hal yang sama. Kenapa? Karena tepat setelah Felix meminta maaf pada Lily, dia menggendongnya ala bridal style.

Felix yang sadar dengan apa yang ia lakukan, segera pergi meninggalkan Istana Garnet. Dari kejauhan, aku bisa melihat kedua orang itu memerah seperti kepiting rebus.

'KALIAN PACARAN KOK TIDAK BILANG-BILANG, SIH?' teriakku dalam hati dengan perasaan syok.

Masih dilanda syok, aku dan papa terdiam beberapa saat. Setelah berhasil mencerna apa yang terjadi, papa menggendongku dan berbalik haluan untuk pergi ke Istana Garnet.

Aku hanya diam selama papa menggendongku. Kupikir kita akan minum teh? Kalau memang tidak jadi tak masalah. Sambil melihat-lihat ke sekeliling, aku merasa bahwa tempat ini  cukup asing. Sebenarnya papa membawa kita ke mana, sih?

Saat papa membuka sebuah pintu, lamunanku buyar. Ternyata papa membawaku ke sebuah kamar yang cukup sederhana. Apa ini kamar papa? Menurunkanku dari gendongannya, papa kemudian duduk di sofa. Aku mengedarkan pandanganku sampai mataku tertuju pada peta besar di samping kasur.

Kutarik kembali kata-kataku tentang 'sebuah kamar yang cukup sederhana' itu. Peta besar yang sedang aku lihat saat ini ukurannya selebar dinding dan terbuat dari EMAS! Aku tidak bohong, ini semua emas! Merasa kecil di depan peta EMAS raksasa ini, aku memutuskan untuk mendekati papa.

Pandanganku lagi-lagi tertuju ke sebuah dinding, kali ini dihiasi dengan lukisan-lukisan Raja Obelia terdahulu. Tapi bukan lukisannya yang menarik perhatian, melainkan pigurannya. Mereka terbuat dari EMAS!

Chance (WMMAP FANFIC) || S1✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang