Aku melotot ke arah Lucas. Secepat itu? Dia berhasil menemukan lokasi tubuh Carax secepat itu? Bahkan tanpa tahu wajah aslinya bagaimana.
"Anda yakin, Tuan Lucas?" Felix bertanya.
Spontan, semua orang menatap ke arah Felix. Ku lirik Lucas yang hanya menatap datar. "Kau meragukan ku, Felix?" tanya Lucas.
"Hais! Bukan begitu, Tuan Lucas. Kalau Anda bisa mencari secepat itu, kenapa tidak mencari Tuan Anastacius secepat mungkin? Kan tidak perlu buang waktu menunggu pesta ulang tahun Tuan Putri," Felix mengerutkan dahinya.
Aku mengerjapkan mata. Benar juga ucapan Felix. Kalau mendengar deskripsi dari Paman saja Lucas bisa menemukan lokasi tubuh Carax, kenapa tidak dari kemarin? Ini buang waktu berapa bulan coba?
"Felix benar. Kau terlalu buang waktu, bocah," papa bertompang dagu dengan kesal.
"Bukan salah saya," jawab Lucas enteng, "salahkan tikus itu karena tidak bisa dilacak."
Aku mengerutkan dahi, "kenapa jadi salah Paman Anas?"
Kami menatap Paman Anas yang kini tersenyum. Di balik senyumannya, ada rasa takut. Terutama saat Lucas ikut menatapnya. Sesaat aku jadi percaya kalo ini salah Paman Anas.
"Aku melacak berdasarkan penampilannya. Kalau tikus ini memakai penampilan yang tidak ku tahu, bagaimana bisa aku melacaknya?" Lucas bersungut-sungut kesal.
Felix mengerjapkan matanya. Harry yang sejak tadi hanya menyimak tiba-tiba berseru. "Pasti Tuan Anastacius punya dua penyamaran!" semua orang tersentak kaget kecuali Lucas, "benar bukan, Tuan Lucas?"
Harry tampak berbinar-binar. Dia menantikan anggukan dari Lucas. Seratus persen dia yakin jawabannya benar. Lucas terkekeh pelan dan mengangguk, membuat Harry bersorak senang.
"Kalau lewat sihir tidak bisa, kenapa Kau tak pergi mencarinya ke rumah anjing putih itu?" papa bertanya.
Tepat sebelum Lucas menjawab, Paman Anas bicara lebih dulu. "Aku tidak ada di rumah anjing itu."
"Yang Mulia dengar? Saya sudah mengunjungi rumah anjing itu 30 kali dan hasilnya nihil," Lucas melipat kedua tangannya.
"Harusnya Kau mencari lebih jauh lagi," papa menautkan alisnya.
"Yang Mulia menyuruh saya mencari di tiap sudut Kerajaan Obelia? Dia bahkan menyamar!" Lucas mulai kesal.
"Kalau begitu cari satu-satu," papa menekan nada bicaranya.
"Anda meminta saya mencari satu persatu dari sekitar 100 juta orang?" Lucas naik pitam.
"Kau ini penyihir menara hitam! Harusnya-" kalimat papa terpotong.
BRAAAK!
Aku menggebrak meja kuat-kuat. Ku hujani kedua orang yang berdebat itu dengan tatapan tajam. Aku kesal. Saat ini aku benar-benar kesal.
Bisakah mereka tidak membesar-besarkan masalah? Ini masih pagi. Setidaknya cepat selesaikan diskusi ini karena aku ada pelajaran siang ini.
Papa dan Lucas mematung. Paman Anas yang ada di antara mereka juga ikut mematung. Ini peringatan kedua. Kalau ada yang berulah lagi, aku akan benar-benar menjatuhkan mereka dari atap!
"Tangan Anda baik-baik saja, Tuan Putri?" Lily bertanya dengan nada khawatir.
"Sakit," jawab ku singkat dan cuek.
Aku bersandar pada kursi ku dan membiarkan kedua tangan ku beristirahat di paha. Jujur itu tadi sakit, tapi kalau tidak begitu papa dan Lucas tidak akan selesai berdebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance (WMMAP FANFIC) || S1✓ [REVISI]
Fanfiction*HANYA SEBUAH FANFICTION* *Kalau Kalian suka WMMAP, baca aja. Saran dan kritik boleh.* . . . Seorang gadis bereinkarnasi dalam dunia novel yang ia baca. Namun bukannya senang, ia malah sedih karena bereinkarnasi menjadi seorang tokoh yang akan mati...