"Lihat saja Kau, Athanasia! Besok Kau akan berenang di danau istana!"
Jennette menyeringai. Remo dan Harry yang melihat itu bergidik ngeri. Sepintas, Jennette tampak seperti orang lain, benar-benar seperti orang lain. Ular hitam, begitulah cara Athanasia mendeskripsikan mana milik Jennette, kini terlihat jelas di mata Remo dan Harry. Meskipun sepintas, Remo dan Harry yakin orang di depan sana bukanlah Jennette yang asli.
"Ku rasa cerita dari pemilik note itu benar. Menurut pandangan orang, gadis itu baik hati bukan? Kenapa bisa seperti itu?" Harry mengerutkan dahi, dia benar-benar bingung.
"Iya, berdasarkan pandangan para bangsawan sih begitu. Tapi sungguh, ini benar-benar berbanding terbalik!" Remo mengepalkan tangannya, "kita harus menolong Tuan Putri sebelum Nona Margarita melakukan rencananya."
Harry melirik Remo yang tampak garang saat ini. Harry sudah lama tak melihat temannya seperti itu. Dia paham betul bahwa Remo akan berekspresi seperti itu hanya saat situasi yang serius terjadi. Dan sekarang, Remo berekspresi seperti itu, maka bisa dipastikan ini situasi yang serius.
"Aku ada rencana," ucap Harry membuyarkan lamunan Remo.
Remo menoleh ke arah Harry dan memberikannya tatapan seolah berkata 'apa'. Harry mengerutkan dahinya dan diam sejenak. Tak lama kemudian dia membisikkan sesuatu pada Remo. Mata Remo membulat tak kala Harry selesai membisikkan sesuatu yang tak lain adalah sebuah rencana.
"Kau gila? Bagaimana mungkin itu berhasil?" Remo menatap Harry tidak percaya.
"Hei, Kau meragukan kepintaran ku?" Harry melipat kedua tangannya.
Remo menggeleng cepat. Bukan masalah rencananya yang menggangu Remo, tapi hal lain yang bisa menggagalkannya. "Lalu kenapa Kau malah mengatai ku 'gila'?" Harry tidak terima.
"Jujur rencana mu itu bagus. Hanya saja sesuatu bisa menggagalkannya," Remo mengerutkan dahi.
"Apa itu?"
"Kau kan buta arah, bodoh!" Remo berseru pelan.
Yap, itulah yang bisa menggagalkan rencananya. Fakta bahwa Harry buta arah.
Rencana dari Harry cukup sederhana dan pastinya bisa berhasil. Rencananya begini, Harry akan membuntuti Athanasia dari jauh. Ketika Jennette muncul dan bersiap menjalankan rencananya, Harry akan muncul dan menggangu dengan alasan menjemput Athanasia. Yang akan jadi masalah adalah, Harry bisa kesasar walaupun membuntuti orang dari jauh. Buta arahnya itu kelewat hebat.
"Oh, benar juga. Dasar buta arah menyesatkan!" Harry mendengus sebal, "lalu kita harus bagaimana?"
Remo menggaruk tengkuknya, "kita gunakan saja rencana itu. Kita buat perubahan dari membuntuti jadi menunggu."
"Maksud mu?"
"Besok pagi, aku akan mengantar mu ke danau istana. Kau tunggu saja di sana sampai Tuan Putri datang. Setelah itu bawa Tuan Putri menjauh. Kalau Tuan Putri bertanya kenapa Kau ada di situ, jawab saja, 'saya kesasar' begitu," oceh Remo panjang lebar, "bagaimana?"
PLAK!
"Ide bagus, Remo!" Harry berseru senang dan memukul pelan punggung Remo.
Pukulan itu pelan untuk Harry , tapi tidak untuk Remo. Rasanya seperti dipukul dengan gagang sapu. Sakit. Remo meringis sambil mengusap-usap punggungnya. Untuk kesekian kalinya dia berpikir, kenapa bukan Harry saja yang menjadi kesatria?
Tanpa mereka sadari, Jennette ternyata sudah kembali ke Istana Ruby. Pukul dua belas lewat dan kini tersisa beberapa orang yang belum tidur, di antaranya ada Lucas. Sedikit yang Remo dan Harry tahu bahwa Lucas melihat semuanya. Dari awal sampai akhir, Lucas melihatnya. Namun, Lucas memilih untuk diam dan memperhatikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance (WMMAP FANFIC) || S1✓ [REVISI]
Fanfiction*HANYA SEBUAH FANFICTION* *Kalau Kalian suka WMMAP, baca aja. Saran dan kritik boleh.* . . . Seorang gadis bereinkarnasi dalam dunia novel yang ia baca. Namun bukannya senang, ia malah sedih karena bereinkarnasi menjadi seorang tokoh yang akan mati...