WARNING!
Episode kali ini bikin baper! Nggak bohong! Author yang ngetik aja dag-dig-dug ser! Intinya ini peringatan karena kalian mungkin bakal dag-dig-dug ser, senyum-senyum sendiri, bahkan guling-guling gak jelas. Yak, sekian, selamat membaca..
.
.Claude melirik Lucas yang menghela napas pelan. Merasa ada yang tidak beres, Claude akhirnya menyuruh Remo kembali ke Istana Ruby. Tepat setelah Remo pergi, Lucas berdecak kesal.
"Ck. Masalah lagi," gumamnya pelan.
"Apa lagi?" Claude bertompang dagu.
Claude bosan mendengar kata 'masalah'. Hampir tiga puluh menit dia membahas masalah yang terjadi di Obelia dengan Lucas. Masalahnya tentu saja berkaitan tentang keamanan (dari sihir hitam) dan kesejahteraan di istana (karena keberadaan Jennette).
Claude bertompang dagu dan menyuruh Lucas untuk bicara. Lucas yang memijit-mijit kepalanya pelan, akhinya mulai bicara. "Note milik Hannah, ada di tangan kesatria cokelat tadi."
"Lalu?"
"Ku rasa dia menguping pembicaraan siang ini. Kalau tidak, note itu sudah sampai di tangan Hannah sekarang."
Lucas menghela napas. Dia bisa saja mendatangi Remo, mengambil note itu, dan menghapus memori Remo. Tapi, dia tidak bisa melakukan itu. Alasannya hanya satu, Athanasia. Ya, gadis itu sudah melarang Lucas habis-habisan untuk tidak menggunakan sihir berbahaya. Maka jadilah Lucas yang tidak menggunakan sihir seperti itu.
"Apa yang akan Kau lakukan?" Claude bertanya memecah lamunan Lucas.
"Mungkin menunggu sampai kesatria cokelat itu mengaku sendiri. Untuk saat ini kita biarkan dulu. Dia tidak akan membicarakan ini pada siapapun kalau tidak mau dianggap gila. Benar bukan? Siapa yang percaya kalau Chimera itu bukan yang asli?" Lucas melipat kedua tangannya.
Claude hanya mengangguk malas dan menyuruh Lucas melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda. Tapi sebelum Lucas bicara, Claude bertanya terlebih dahulu. "Ke mana jubah mu?" Sontak pertanyaan itu membuat Lucas berkeringat dingin.
Author POV end
***
Malam harinya
"Bagaimana acara minum teh Anda bersama Tuan Lucas? Menyenangkan?" Lily bertanya pada ku sambil menyisir rambut ku.
"Sangat! Lily tahu? Awalnya Lucas ingin mengajak Athy ke danau, tapi batal karena Jennette mungkin saja membuntuti," aku menatap Lily dari cermin.
"Nona Margarita? Bagaimana bisa begitu?" Lily masih menyisir rambut ku.
Aku menghela napas. Ku ceritakan kronologi dari Jennette yang datang dengan rapi dan dandanan cantik, Jennette yang menyapa Lucas, Jennette yang meminta izin untuk masuk ke taman ku, sampai akhirnya aku dan Lucas masuk ke labirin.
"Padahal Lucas mau mengajak Athy minum teh di tengah danau," ucap ku memanyunkan bibir.
BRUUK!
Sesuatu jatuh dan menghantam lantai. Aku menoleh dan ternyata itu sisir. Aku menatap Lily yang membatu. Ha? Lily kenapa?
"Di tengah danau?" tanyanya lirih.
"Iya. Tengah danau."
"Saya malah bersyukur kalian tidak jadi ke danau! Bagaimana kalau Anda tenggelam lagi? Tolong jangan lakukan hal-hal aneh seperti itu!" Lily berseru panik.
Dengan segera aku berbalik dan menenangkan Lily. "Iya Lily. Athy tidak akan minum teh di tengah danau. Lily tidak perlu khawatir." Aku mengucapkan kalimat itu berkali-kali sampai Lily tenang. Sungguh, apa yang perlu ditakutkan kalau ada Lucas? Kalau aku terjatuh ke danau, aku yakin dia akan menyelamatkan ku meskipun harus mendengar kalimat ejekannya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance (WMMAP FANFIC) || S1✓ [REVISI]
Fanfiction*HANYA SEBUAH FANFICTION* *Kalau Kalian suka WMMAP, baca aja. Saran dan kritik boleh.* . . . Seorang gadis bereinkarnasi dalam dunia novel yang ia baca. Namun bukannya senang, ia malah sedih karena bereinkarnasi menjadi seorang tokoh yang akan mati...