2. Makan malam

175 28 3
                                    

Mendengar pertanyaan dari sang ayah, adi pun melirik adam memberi kode agar menjawab. Untung saja adam begitu peka jadi ia langsung paham.

"Ekhem... Begini pah, eca kan baru umur 18th, dia juga baru jadi mahasiswa, apa ga terlalu terburu-buru?" ujar adam pada kakek irawan.

"Loh, bukannya lebih cepat lebih baik?" Ujar kakek irawan.

"Pah... Adi rasa eca belum siap, biarin dulu dia nikmatin masa-masa muda menjadi mahasiswa." Ujar adi.

"Hmm ya sudah kalau gitu, papah cuma pengen lihat dika sama eca bisa di resmikan secepatnya. Tapi kalau menurut kalian begitu, ya sudah" ujar kakek irawan lirih

"Papah jangan sedih gitu dong, tenang ajah pah ga akan lama kok" ujar tika sambil tersenyum

"Iya tik" ujar kakek irawan

Tiba-tiba eca datang sambil menghentak-hentakkan kaki dan memasang ekspresi cemberut

"Pah, mam eca sebel sama dika!" Ujar eca lalu duduk diantara adam dan tika

"Loh kamu kenapa sayang?" Ujar adam sambil mengusap kepala eca

Belum sempat eca menjawab, dika pun datang "masa gitu ajah ngadu!!" ujarnya mengejek

"Dika! Jangan ngeledek eca terus ah" ujar wulan

"Dika ga ngeledek kok bun" ujar dika

"Bang dika nih, nyari ribut terus sama ka eca" ujar zaki

"Loh kok abang sih yg di salahin terus?" Ujar dika tak terima

"Emang lo salah!" Ujar eca

"Dika sama eca, kalau ribut terus nanti gue kurung ya berdua!!" ujar bian

"Emang gue kucing apa??" ujar dika dan eca kompak

"Ehh kok tiba-tiba kompak?" Ujar tika

"Iiish apa sih mam, dia ajah tuh yang ngikutin eca terus!" ujar eca sambil menunjuk dika

"Ya ampun ca, gua salah mulu di mata lu!" ujar dika

"Sudah-sudah!! kalian tuh ya berantem terus kalau deket. Kalian kan sudah besar ga malu sama zaki?" Ujar nenek irawan

"Tau tuh oma, omelin ajah mereka berdua!" ujar zaki

"Ssssttt... udah ah jangan berantem mulu! lebih baik kita makan malam ajah yuk?" Ujar wulan.

"Nah itu lebih baik, dari pada kalian berdua berantem terus" ujar adi melirik eca dan dika.
-
-
-
-
-
Kini kedua keluarga yang tak memiliki ikatan darah, namun sudah di anggap selayaknya anak dan saudara kandung sendiri pun berkumpul di meja makan dengan suasana yang hangat.

Di meja makan yang besar, telah tersaji hidangan yang sangat mewah dan menggiurkan. Semua masakan yang telah tersaji, wulan yang memasak di bantu oleh asisten dapur. Ibu dua anak itu memang gemar memasak dan sangat pintar menciptakan rasa yang begitu lezat.

Semuanya sudah berkumpul menjadi satu di meja makan, saling berbincang dan bergurau sambil menyantap hidangan utama. ini merupakan acara antar keluarga yang tak begitu formal. Acara antar keluarga yang santai penuh dengan gurauan dan kehangatan.

Sementara itu Eca dan Dika duduk berhadapan, saling menatap tajam seolah ingin bertarung di atas meja makan. Mereka memang selalu seperti itu jika di pertemukan. Tak pernah bisa menyatu barang satu detik saja.

"Sayang, ayo di makan!" ujar tika melirik anaknya yang sedari tadi tak menyentuh makanan di piringnya.

Namun Eca hanya diam tak merespon tika.

Karena tak mendapatkan respon dari eca, tika pun menoleh ke arah eca yang tengah menatap dika, lalu ia pun tersenyum kecil. "Dikanya ga bakalan ilang kok ca, udah ah jangan di liatin terus. Ayo di makan ca!" Ujar tika

"Iish mam, siapa juga yang liatin dika? Ini eca juga mau makan nih!" ujar eca sambil menyendokkan satu sendok nasi ke dalam mulutnya.

Tika hanya menggeleng melihat tingkah anak dan calon menantunya.

Di sisi lain dika tak berhenti menatap eca yang duduk tepat di hadapannya. Ia belum menyentuh sama sekali makanannya.

Karena dika tak kunjung menyentuh makanannya, membuat bian melirik ke arah dika "Ya ampun dik, lo ga akan kenyang kalau liatin eca mulu!!" ucap Bian yang berada di sampingnya

Dika pun menolah ke arah bian "apaan sih mas? siapa juga yang liatin eca?!" ucap dika lalu menyendok makanan ke dalam mulutnya.

"Lo jangan benci-benci banget dik, nanti jadi cinta mati repot loh!" ujar bian

"Mwas bwian, jwangan ngwada-ngwada!! manwa adwa ywang begwitu!" ujar dika sambil mengunyah makananannya

"Di telen dulu dik, ya ampun!! Lagian lo kenapa sih sampe benci banget sama eca? Padahalkan dulu waktu kecil cuma hal sepele doang!" ucap bian yang ikut menyendok makanannya.

"Lo ga ngerti mas, ini soal harga diri tahu!" ucap dika

Sedangkan bian hanya menggeleng mendengar penuturan dika, dan memilih melanjutkan makan malamnya.
-
-
-
-
-
Setelah selesai menyantap hidangan utama. Kini mereka beralih menyantap makanan manis yang tersedia di meja.

Di saat eca ingin mengambil puding yang berada di hadapannya, ada tangan lain juga yang memegang lengannya yang sedang memegang sendok puding.

"Gue duluan!" Ujar eca sambil melotot ke arah dika

"Gua duluan ca!" Ujar dika tak mau kalah

"Sendoknya gua yang pegang duluan, berarti ya gua yang duluan!" ujar eca

"Ga pokoknya gua duluan!" ujar dika

Eca dan dika saling berebut tak mau mengalah, hingga membuat keluarganya memperhatikan mereka berdua karena perdebatan mereka.

"Ekhem.. dika, eca pudingnya masih banyak kok, jangan berebut gitu!" Ujar kakek irawan

"Iiya opa" ujar eca

"Dika kamu tuh harusnya ngalah dong sama yang lebih muda" ujar kakek irawan

Mendengar ucapan dari kakek irawan's, eca pun menjulurkan lidahnya meledek dika.

Dika yang melihatnya pun hanya bisa melotot ke arah eca. "Iya opa, dika ngalah" ujar dika melepaskan genggaman lengannya pada lengan eca dan sendok puding lalu duduk.

"Nah gitu dong! kamu tuh akan jadi calon imam buat keluarga kamu, Jadi kamu harus ngalah sama eca, jangan di ledekin terus! Harus bisa jadi contoh buat pendampingnya!!" ujar kakek irawan.

Mendengar penuturan oppanya, dika yang sedang minum pun tersedak. Sedangkan eca yang sedang asik mengunyah pudingnya pun ikut tersedak juga.

"Mmaksud oppa gimana?" Ujar dika

"Iiya oppa, maksudnya gimana?" Ujar eca

MUSUH, TAPI MENIKAH?Where stories live. Discover now